Berjalan ditengah larut malam saat sepi seperti ini terasa seperti uji nyali. Bukan karena Guy takut hantu, hanya saja keadaan desa saat ini sedang tidak aman. Banyak Shinobi dan para petinggi konoha tewas terbantai dan sampai saat ini pelaku pembantaian itu masih bebas berkeliaran. Meski tingkat keaman desa terbilang tinggi, tetap saja perasaan waswas itu pasti ada. Biasanya Guy tidak peduli dengan sekitar, ia bahkan terbiasa pulang larut malam sendirian. Entahlah, malam ini ia merasa suasananya sedikit mencekam.
Tiba-tiba Guy mendengar suara langkah kaki lain. Saat menoleh kebelakang, ia tak menemukan orang lain. Mencoba berjalan kembali dan langkah kaki juga terdengar lagi.
Seseorang mengikutinya.
Gedung apartemennya hanya tinggal berjarak beberapa meter lagi. Guy berpikir untuk segera lari, tapi...
"Lama tidak bertemu, Guy" Orang yang mengikutinya telah berada tepat didepannya.
"Kau? Kakashi?" Guy menatap terkejut orang yang berdiri tepat dihadapannya. Pria itu tampak tak berubah dari terakhir kali ia melihatnya 20 tahun yang lalu. Gaya rambut itu masih sama, masker itu masih menutupi wajahnya, hanya kini badan itu tampak kekar dan berotot.
Kakahsi terkekeh melihat Guy yang menatapnya terkejut, namun hanya sekilas karena detik kemudian wajah itu berubah datar dan sorot mata pria itu tampak begitu dingin "Jangan menatapku seperti itu"
Guy menatap Kakashi dengan intens dan teliti. Seakan tak ingin melewatkan setiap inci pun dari wajah pria yang dulu pernah menjadi rival nya. Sesuatu tiba-tiba terbesit dalam otaknya "Apa kau yang melakukannya? Maksudku, apa kau yang melakukan pembantaian para Shinobi konoha?"
"Jika aku mengatakan, Ya. Aku yang melakukannya. Aku yang membantai para Shinobi konoha. Lalu kenapa? Apa kau merasa marah dan ingin membunuhku?" Tanyanya. Guy menatapnya terkejut.
"Apa alasanmu melakukan ini? Apa ini ada hubungannya dengan 20 tahun yang lalu?" Guy memberanikan diri bertanya, karena ia perlu alasan yang jelas kenapa Kakashi melakukan itu semua. Kakashi mengencangkan rahangnya, ia menjawab Guy dengan itu.
"Aku tak perlu alasan yang jelas untuk melakukan apa yang aku inginkan. Aku seorang pembunuh dan kau tahu itu" Ia menekankan kata pembunuh membuat Guy bergidik ngeri melihat kilat kemarahan dari sorot matanya.
"Tapi jika kau masih ingin mendengar alasannya" Kakashi berbisik tepat ditelinga Guy, padahal tak ada orang lain disana selain mereka berdua "Karena aku ingin" Katanya diselangi seringaian tipis diwajahnya.
"Maafkan aku"
"Maaf? Untuk apa?"
"Untuk kejadian 20 tahun yang lalu. Harusnya aku mempercayaimu, harusnya aku percaya bukan kau pelakunya, harusnya aku membantumu bukan malah meninggalkanmu. Maafkan aku"
Kakashi terkekeh, kemudian lagi-lagi wajahnya berubah datar. Ia mengencangkan rahangnya, lalu sebuah cahaya kebiruan dengan kilatan petir muncul ditelapak tangannya "Aku tak butuh kata maafmu. Akan kupastikan kau mati dengan penuh kenikmatan, Guy"
•••••
BRAKK.
Tsunade tersentak mendengar bantingan pintu. Ingin memaki, tapi yang datang adalah Shikaku Nara. Ayah dari Shikamaru.
"Tsunade-Sama" Wajah pria itu tampak tegang.
"Ada apa?"
•••••
Kantor Hokage benar-benar kacau sekarang, tangisan dan jeritan dimana-mana. Sejak Shikaku memberi tahu Tsunade bahwa Guy telah dibunuh dan kepalanya yang terpenggal diletakkan didepan pintu apartemennya. Tsunade langsung pergi untuk melihatnya secara langsung.
"Shizune-San yang pertama kali menemukannya"
Tsunade bergidik ngeri membayangkan Shizune harus melihat kepala Guy yang terpenggal "Bagaimana denganmu, Tenten? Kau baik-baik saja?" Tanya Tsunade khwatir, melihat Tenten yang lebih sering menunduk dari biasanya. Wajahnya seperti menahan sesuatu "Pulanglah dan istirahat"
Tenten menggeleng sambil menggigit bibir bawahnya. Ia seperti menahan agar tangisannya tidak pecah didepan semua orang, cukup Lee yang menangis bahkan meraung-raung sambil meneriaki nama Sensei nya itu.
"Aku baik-baik saja" Ucapnya berusaha agar suaranya tak bergetar.
Tsunade tak ingin bertanya lebih lanjut, ia tak ingin Tenten meruntuhkan tangisannya yang sedang sangat ia jaga didepannya "Baiklah. Tenangkan Lee, kepalaku pusing mendengar tangisannya" Bohong Tsunade, Tenten mengangguk dan kemudian pergi menghampiri Lee yang tengah ditenangkan oleh Neji.
•••••
Sakura menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat dan mendapati Kakashi yang sudah berada tepat dibelakangnya. Penampilan pria itu begitu berantakan, bau anyir darah begitu menyengat.
"Tanganmu kenapa?" Tanya Sakura sedikit meringis. Bukan Kakashi namanya jika ia tak mengabaikan pertanyaan Sakura yang menurutnya tak penting. Kakashi berjalan kearah lemari yang berada di dekat sofa, membuka laci paling atas untuk mengambil kasa. Lalu mengelapkannya dengan kasar diseluruh tangannya yang masih mengeluarkan darah.
"Biarkan aku membantumu" Tawar Sakura yang hendak melangkah mendekatinya, namun langkahnya langsung terhenti saat Kakashi menggelengkan kepalanya dan berucap dengan suara datar "Tidak perlu, aku bisa sendiri"
Sakura diam sesaat, kemudian mengangguk dan kembali mengalihkan pandangannya pada jendela kecil dikamarnya yang menampilkan pemandangan indah bunga Hortensia (Hydrangea) yang mulai bermekaran dan memenuhi hampir seluruh lahan disana.
"Bukankah mereka cantik?" Tanya Sakura "Setidaknya di tempat yang sangat mengerikan ini, aku bisa menemukan satu hal yang cantik dan jauh dari kata menakutkan"
Mendengar ucapan Sakura membuat Kakashi terkekeh, hal itu tentu saja membuat Sakura menatap kesal kearah Kakashi "Apa aku terdengar sangat puitis dan itu lucu untukmu?" Sakura meletakkan kedua tangannya dipinggang, ia benar-benar kesal sekarang.
Kakashi menghentikan kekehan nya, tapi wajahnya masih dihiasi senyuman lebar "Kau tahu? Bunga Hortensia melambangkan kesombongan dan keangkuhan. Aku sedang menyindir mereka semua yang mati karenaku" Kakashi mengatakan sambil sedikit meringis karena perihnya luka yang ia dapat, tapi rasa perih itulah yang membuat Kakashi menyukainya. Rasa luka yang digoreskan ditubuhnya "Jadi Sakura, tidak ada satupun hal yang tidak mengerikan di tempat ini" Sambung Kakashi lagi, membuat Sakura benar-benar kehabisan kata-kata.
"Dan aku menyesal pernah mengatakan mereka cantik"
KAMU SEDANG MEMBACA
ごめんなさい ( Gomen'nasai ) ( KAKASAKU - ON GOING )
ActionTidak ada manusia yang dilahirkan jahat, mereka hanya melalui hal yang tidak biasa sehingga membuat mereka menjadi jahat. Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto Cover © Artis