Aku terbangun dengan perasaan tidak nyaman di perut. Mata masih setengah tertutup, sementara suara angin malam dari luar jendela mengisi kesunyian kamar. Perutku memberontak, meminta segera dibawa ke kamar mandi. Dengan enggan, aku bangkit dari tempat tidur, berjalan pelan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar. Langkahku tertahan oleh kegelapan, hanya diterangi cahaya bulan yang menyelinap dari balik tirai tipis. Bela masih terlelap di sampingku, napasnya terdengar halus dan teratur.
Di dalam kamar mandi, suara air mengalir menemani pikiranku yang masih setengah sadar. Ketika aku mulai merasa lebih baik, suara samar terdengar dari luar. Suara percakapan—tak jelas, namun cukup untuk membangkitkan rasa penasaran. Setelah selesai, aku berdiri di depan cermin sebentar, menatap bayangan diriku yang masih setengah tertidur. Rambutku sedikit berantakan, dan rasa kantuk yang mendominasi mulai hilang digantikan rasa penasaran.
Aku memutuskan keluar dari kamar. Ketika pintu terbuka sedikit, suara percakapan menjadi lebih jelas. Aku melangkah hati-hati, menghindari bunyi lantai kayu yang bisa membangunkan Bela. Udara dingin menerpa wajahku saat aku berjalan menuju ruang tengah. Lampu-lampu kecil di sudut ruangan memberikan sedikit penerangan, namun suasana masih didominasi oleh bayang-bayang malam yang sepi.
Di ruang tengah, aku melihat sosok yang familiar. Gemy duduk di sofa kayu dengan santai, sebatang rokok di tangannya mengepulkan asap tipis ke udara. Di sebelahnya, kakek penjaga villa duduk dengan tenang, juga memegang rokok yang sama. Mereka berbincang pelan, seolah tidak ingin mengganggu keheningan malam. Asap rokok melayang-layang di udara, bercampur dengan aroma kayu tua dan sedikit aroma tembakau yang khas.
Aku melirik ke arah jam di dinding, jarum pendek menunjuk angka tiga. Pukul tiga pagi, dan di tengah malam sunyi ini, dua orang itu tampak begitu larut dalam obrolan mereka, seakan waktu tidak berpengaruh. Gemy tampak rileks, sesekali tersenyum sambil menghembuskan asap dari mulutnya, sementara kakek itu berbicara dengan suara lembut dan penuh pengalaman, suaranya nyaris tenggelam oleh suara angin yang berhembus di luar.
Ada sesuatu tentang suasana ini yang terasa berbeda. Bukan sekadar obrolan ringan, tetapi lebih seperti percakapan dua jiwa yang saling memahami, diikat oleh keheningan malam. Aku berdiri diam, memandangi mereka dari balik pintu, tidak ingin mengganggu momen itu. Gemy dan kakek penjaga homestay seolah berada di dunia mereka sendiri, tenggelam dalam percakapan yang hanya mereka yang tahu.
Aku mendekat sedikit, mencoba lebih jelas mendengar percakapan mereka. Namun, tiba-tiba Gemy menyadari kehadiranku. Dia menoleh pelan, matanya yang sedikit lelah namun tetap tajam menatapku dengan penuh tanya.
"Regina? Kok udah bangun?" tanyanya dengan suara rendah, tidak ingin membangunkan orang lain. Dia menyingkirkan rokok dari bibirnya, menaruhnya di asbak yang ada di meja kayu di depannya.
Aku terdiam sejenak, tersenyum tipis. "Nggak tahu, tiba-tiba kebangun. Mungkin gara-gara udara dingin ini," jawabku sambil melipat kedua tangan di dada untuk melawan udara malam yang sejuk menusuk kulit.
Gemy mengangguk pelan, menepuk kursi kosong di sebelahnya. "Sini, duduk. Mumpung udah bangun, sekalian aja gabung."
Aku ragu sejenak, lalu mendekat dan duduk di kursi kayu di sebelahnya. Dari dekat, aku bisa melihat jelas raut wajah Gemy—tenang, tapi ada sesuatu di balik matanya yang seperti sedang memikirkan banyak hal. Kakek penjaga villa menatapku sambil tersenyum ramah, anggukan kecil darinya menyambut kehadiranku.
"Ngobrolin apa kalian?" tanyaku, mencoba memecah kesunyian yang terasa tebal di udara malam itu.
Gemy menarik napas dalam, seakan menimbang kata-katanya sebelum menjawab. Setelah hembusan pelan, ia menoleh ke arahku. "Regina, ini namanya Mbah Soka," katanya sambil memperkenalkan kakek penjaga villa dengan nada penuh penghormatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Morning Star
Romance"The Morning Star" adalah sebuah kisah romantis yang mengisahkan perjalanan cinta antara Regina Theodora dan Gemy Ali, dua jiwa yang dipertemukan kembali oleh takdir setelah bertahun-tahun berpisah. Dibesarkan dalam keluarga TNI yang penuh dengan ni...