Hari pertunjukan telah tiba.
Malam itu, langit Bali berselimut bintang, menyaksikan keajaiban yang terhampar di tepi pantai. Sebuah panggung terbuka berdiri megah di atas pasir putih, dihiasi ornamen khas Bali yang berpadu sempurna dengan keindahan alam sekitar. Tiang-tiang penyangga yang diukir dengan motif tradisional berkilauan di bawah sorotan lampu, menonjolkan kemegahan setiap detail yang tak ternilai. Bunga kamboja dan kain tenun Bali menghiasi setiap sudut, menciptakan suasana yang elegan namun tetap sarat dengan kehangatan budaya lokal.
Para penonton, yang mengenakan jas rapi dengan sentuhan sarung khas Bali, memenuhi tempat duduk yang disusun rapi mengelilingi panggung. Sebuah pemandangan yang mengesankan, di mana tradisi dan modernitas berpadu dalam harmoni yang tak terlupakan. Di antara mereka, tampak para pejabat, tokoh masyarakat, dan undangan terhormat lainnya, menunggu dengan antusias dimulainya pertunjukan.
Suara gamelan Bali mulai mengalun, membuka malam itu dengan irama yang memikat. Para penari dengan gerakan gemulai menari di atas panggung, kaki mereka menjejak lembut pada pasir, sementara tangan mereka menari luwes, seirama dengan alunan musik. Setiap gerakan mereka seolah menyatu dengan deburan ombak di kejauhan, menciptakan harmoni yang memukau setiap pasang mata yang melihatnya.
Setelah tarian usai, seorang penyair naik ke panggung. Suaranya bergema di malam yang tenang, membacakan puisi yang meresap ke dalam jiwa. Kata-katanya mengalir seperti air, menyentuh hati setiap orang yang mendengarnya. Cahaya lampu yang menyorotnya menciptakan bayangan yang dramatis di atas pasir, menambah keindahan dari tiap bait yang diucapkannya.
Tak lama kemudian, seorang penyanyi solo melangkah ke tengah panggung. Suaranya mengalun indah, menggetarkan hati para penonton. Lagu yang dibawakannya bercerita tentang kisah cinta yang penuh emosi, menyatu dengan semilir angin laut yang membawa keharuan dalam setiap nadanya.
Pertunjukan demi pertunjukan terus bergulir, masing-masing dengan keunikan dan keindahannya sendiri. Sementara itu, di belakang panggung, di dalam ruang makeup yang dipenuhi cermin besar dan lampu-lampu terang, aku duduk di depan cermin, memandang bayanganku sendiri. Gaun yang kugunakan telah sempurna terpasang, dan riasan wajahku hampir selesai. Namun di dalam hatiku, ada getaran yang tak dapat kuhindari. Malam ini adalah malam yang besar—malam yang telah lama kutunggu.
Di luar, suara tepuk tangan dan sorakan penonton terus mengisi udara, memberi tahu bahwa pertunjukan sebelumnya telah sukses. Aku menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, menunggu panggilan yang akan membawaku ke panggung, di mana malam ini aku akan menjadi bagian dari kemegahan ini.
Setelah persiapan makeup dan kostum selesai, aku menatap diriku di cermin, memeriksa setiap detail. Dengan senyum tipis, aku lalu meminta kepada mereka yang membantuku untuk meninggalkan ruangan. "Terima kasih semuanya, sekarang aku butuh beberapa saat untuk sendiri," ucapku lembut. Mereka mengangguk mengerti, dan satu per satu meninggalkan ruang makeup, membiarkanku dalam keheningan.
Begitu pintu tertutup rapat, aku meraih lilin aroma terapi dari dalam tas dan menyalakannya. Cahaya lembut dari lilin itu menciptakan suasana yang tenang, mengusir sisa-sisa ketegangan. Ruangan yang tadinya terang oleh lampu-lampu makeup kini hanya diterangi oleh nyala lilin yang menari perlahan.
Aku duduk kembali di depan meja rias, memejamkan mata, dan mulai memutar audio frekuensi 40Hz dan 417Hz yang sudah kusiapkan. Suara itu memenuhi ruangan, menciptakan getaran halus yang membantu menenangkan pikiran. Dalam hening yang semakin dalam, aku mulai melafalkan afirmasi, kata-kata yang selalu kutanamkan sebelum penampilan besar.
"Dalam nama Tuhan Yesus, aku percaya bahwa malam ini akan menjadi momen kesuksesanku. Aku diberkati dengan bakat yang telah Kau berikan, dan aku akan menggunakan bakat ini dengan penuh keyakinan dan rasa syukur. Setiap nada yang keluar dari mulutku adalah perwujudan dari keajaiban-Mu, dan setiap langkah yang kuambil adalah untuk memuliakan-Mu. Aku kuat, aku mampu, dan aku siap untuk bersinar di panggung ini, Tuhan. Terima kasih atas kasih karunia-Mu yang selalu menyertaiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Morning Star
Romance"The Morning Star" adalah sebuah kisah romantis yang mengisahkan perjalanan cinta antara Regina Theodora dan Gemy Ali, dua jiwa yang dipertemukan kembali oleh takdir setelah bertahun-tahun berpisah. Dibesarkan dalam keluarga TNI yang penuh dengan ni...