15

59 5 1
                                    

Ryu yang baru berusia 3 bulan sudah sedikit terlihat semakin besar, bahkan matanya sudah bisa terbuka lebar tidak seperti sebelumnya yang hanya terkatup sipit.

Mulut kecilnya yang terus menyedot isi botol susunya membuat reki dan miya yang melihatnya merasa gemas. Hingga lama kelamaan iris amber yang serupa dengan ibunya mengerjap berat lalu terkatup pulas.

"Kau menggemaskan sekali" reki  menduselkan pelan ujung hidungnya ke pipi ryu yang tertidur.

"Sial dia lebih mirip pria bajingan itu dari pada dirimu" miya mengumpat kesal, meskipun berusaha tidak peduli tapi keinginan untuk menyentuh bayi reki tidak tertahankan.

"Kau tidak menyukai anakku karena mirip langa?"

"Bu-bukan seperti itu, a-aku menyukai ryu hanya saja aku kaget karena wajah ryu lebih mirip langa"

"Bukan kah itu bagus jika ryu mirip ayahnya" reki menaruh ryu ke box bayinya lalu menyelimutinya.

Pulas sekali tidurnya bahkan saat tidur saja sangat mirip dengan langa, itu yang selalu membuat reki sangat gemas hanya saja bentuk wajahnya lebih mirip reki dibandingkan langa, wajah ryu bulat seperti ibunya.

"Aku sempat kaget saat pertama kali langa melihat ryu dan menggendongnya, dia sama sekali tidak berekspresi senang aku kira langa tidak menyukainya" reki berbicara sembari berjalan, kemudian mendaratkan pantatnya pada karpet lembut yang memang di khususkan untuk ryu berbaring.

Tepat memposisikan dirinya di sebelah miya yang juga duduk di atas matras yang sama.

"Mungkin senior berharap jika ryu lebih mirip denganmu, tapi nyatanya wajahnya mirip denganya"

"Kenapa begitu?" Alis reki terangkat sebelah, ia memiringkan kepalanya menghadap wajah miya meminta penjelasan terinci tentang deduksinya.

"Ada mitos mengatakan jika wajah anak mirip ayahnya maka sifatnya akan seperti ibunya begitu juga sebaliknya.

Mungkin langa berpikir seperti itu"
                                         

"Sekarang aku paham -_-"

Miya terkekeh ekspresi reki berubah cemberut,
"Tapi itu hanya mitos Jagan terlalu percaya, tidak sepenuhnya benar"

"Hmm...."

Reki dan miya melanjutkan mengobrol berhubung takashi juga belum datang untuk menjemputnya, serta langa yang masih bekerja jadi keduanya punya waktu luang untuk mengobrol bersama.

"Sudah lama kita tidak mengobrol seperti ini"

Miya mengangguk setuju lalu tersenyum. "Kita sudah punya kesibukan masing-masing, jika bertemu juga pasti akan ada takashi atau langa"

"Kau benar "

"Lalu kapan kau akan berencana, tidak baik jika kalian menunggu terlalu lama" sambung reki, ia tersenyum jahil menatap miya.

Hubungan miya dan takashi sudah semakin jelas, bahkan mereka sudah melakukan hal hal seperti seorang pasangan. Tidak heran jika reki bertanya seperti itu.

"Kami masih kuliah kau tau itukan, bahkan ini masih dua semester" pipi merona menandakan jika miya tersipu, meski wajah angkuhnya masih tetap.

Tidak lama kemudian pembicaraan mereka terhenti, langa sudah pulang dengan tas menggantung di bahunya, raut wajahnya kelihatan sangat lelah tapi ia masih menyempatkan diri untuk menghampiri reki.

"Aku pulang" ucap langa kemudian mengecup sekilas bibir ranum reki.

Miya agak jengkel karena mereka bermesraan di hadapannya, rasanya sangat mengganggu.

nightmare ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang