9

45 5 2
                                    

Suara dering menggema di seluruh rumah, tidak ada satupun yang berniat mengangkat telepon rumah di lantai bawah, satu satunya orang yang ada hanyalah langa, sementara nanako sang ibu sedang keluar rumah untuk membeli kebutuhan rumah dan bahan pangan.

Berkali kali panggilan di ulang tidak henti, merasa kesal langa terpaksa bangun dari kasurnya menuju lantai bawah dengan langkah malas.

Jarinya menekan tombol terima dan menempel kan speaker telepon ke telinganya.

"Halo" suara wanita dewasa di seberang, suara yang tidak asing di telinganya, suara milik ibu reki.

Merasa bingung merespon, dirinya berpikir panjang apa yang ia katakan saat ibunya menanyakan tentang reki nantinya, lama tidak ada jawaban masae kembali berbicara.

"Apa ada orang?"

"I-iya, ini aku"

"Langa syukurlah kau yang mengangkat telepon" suara masae begitu girang, benar juga ia belum tau sama sekali tentang kabar anaknya.

Hati langa merasa gundah, rasa sedih yang tak terbayangkan apabila ia memberi kabar duka tentang reki pada ibunya, kira kira bagaimana reaksinya, ibunya sudah terlalu tua. Langa khawatir jika ia memberitahunya sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi.

"Langa?"

"Bagaimana kabarmu i-ibu" bibirnya bergetar saat memanggil sebutan 'ibu' pada masae, panggilan yang tidak pantas untuk diucapkannya.

"Aku sakit, dan langa aku ingin kau menjengukku umurku sudah sangat tua dan sudah pasti umurku sudah tidak lama lagi, sebelum itu benar benar terjadi aku ingin kau datang kesini, aku ingin melihatmu"

Entah bagaimana ia menjawab masae, jika dirinya harus datang kesana maka pasti reki juga harus bersamanya, apa langa harus menuruti masae dan menjenguk seorang diri?, bagaimana jika nantinya masae bertanya 'mengapa tidak datang bersama Reki?'.

"Tapi langa, jangan beritahu reki jika kau datang kemari, aku ingin kau pergi sendirian saja"

Bernafas lega?, tentu saja. Namun menyembunyikan kepergian sang anak pada ibunya sangatlah salah, masae harus tau namun langa tidak tau bagaimana cara menjelaskan nya nanti, mungkin yang terbaik saat ini adalah menuruti keinginannya lalu mencoba menjelaskan perlahan padanya, jika sebenarnya reki sudah pergi mendahului sang ibu.

"Aku akan datang, ibu tidak perlu khawatir aku akan segera tiba"

"Jangan terlalu terburu-buru, aku tidak ingin jika menantuku mengalami kecelakaan, apa yang akan di katakan anakku nantinya" masae terkekeh, ada yang aneh dari suara di seberang.

Langa merespon masae sangat lama, dan tidak ada nada semangat di setiap ucapannya, padahal reki pernah bercerita jika langa orang yang sangat dingin namun sopan dengan orang tua, di tambah suka dengan guyonan namun kali ini langa terdengar berbeda dari biasanya.

"Baik ibu" koneksi terputus, langa kembali lagi pada kamarnya menghempaskan tubuhnya pada kasur, dirinya berpikir lebih baik jika membawa serta ibunya menjenguk ibu masae nantinya.

_

_

_

Mobil terparkir pada tempat yang sama saat pertama kali langa datang kemari, kenangan manis masa lalu kembali menyeruak kedalam pikirannya, rasa rindu akan netra merah membuat hatinya goyah. Nanako memeluk lengan kekarnya menyalurkan kehangatan bermaksud mengatakan 'jangan khawatir', lalu keduanya masuk kedalam untuk menemui orang yang di tuju.

Langa masih ingat dimana letak kamar ibu masae, melewati beberapa lorong dengan ornamen tradisional, dan pintu dengan papan nama 'masae kyan', akhirnya ditemukan.

nightmare ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang