2: Sebuah Pintu 🚪

433 69 5
                                    

Matahari terlihat bersinar begitu terik di langit yang cerah. Tepat dibawahnya ada siswi yang menatap sebal kearah tangannya sendiri. Gadis itu adalah Hani, dan dia sedang memikirkan sesuatu. Hani berfikir dia akan mulai mencari pria tampan sampai memenuhi list. Namun siapa sangka, rencana epick nya justru harus sirna begitu saja karena di hari kedua karena tiba-tiba saja sekolah mengadakan kerja bakti.

Alasannya kerja bakti ini karena pihak sekolah ingin membuat murid lebih perhatian dengan lingkungan sekitar. sungguh sangat mulia bukan? namun, menurut Hani semua ini hanyalah alibi saja karena pihak sekolah malas menambah tukang kebun.

"Bibir Lo biasa aja kali gausah maju-mundur kaya gitu."

Rasya muncul sembari mengangkat tong sampah. Dia memakai kaos olahraga yang terlihat cocok dan pas ditubuhnya. Dia menatap Hani yang memakai kacamata hitam full set dengan topi dan sarung tangan karet. Ini adalah outfit Hani untuk hari ini, agar dia tidak terbakar panasnya sinar matahari mengingat mereka tinggal di wilayah tropis.

"Lo mirip ajhuma di tv Korea waktu mau nanem sayur." kata Rasya lagi dia lalu menoleh saat Velin datang sembari menenteng gunting rumput.

"Velin cape, gak mau lagi gunting rumput!" Kata Velin, dia melempar guntingnya ke depan lalu duduk diatas rumput dengan wajah ditekuk. Kenapa dia harus bercosplay menjadi tukang gunting rumput mirip bapak-bapak yang sedang mencari rumput untuk kambing begini!

"Ngeri Vel, guntingnya lebih gede dibanding tangan Lo sendiri. Enak itu buat ngelempar orang yang suka julid di belakang kita. Nih minum dulu..." kata Hani yang mendekat lalu memberikan sebotol air minum untuk Velin.

Glup

Glup

Glup

"Ahhh segernya..... Akhirnya leher Velin basah juga tadi kering kerontang mirip isi dompet hehehe..." Velin mengusap bibirnya, dia lalu memberikan botolnya pada Hani.

"Kalo masalah kantong kering kayaknya emang itu penyakit menular Vel, Soalnya gue juga lagi butuh duid ini buat beli Novel hot hot terbaru," Kata Hani dengan mata yang sudah menatap sekeliling mencoba menemukan mangsa empuk.

"Tobat Han, lo gak takut kena azab nantinya?" Tanya Rasya yang sudah tidak bisa berkata-kata lagi dengan sikap Hani. Orang-orang mungkin suka mengoleksi barang-barang antik ataupun boneka horor tapi Hani justru mengoleksi ratusan novel dewasa yang ia jadikan sebagai harta turun temurun di dalam kamarnya.

"Ras, kita bukan lagi anak kecil, dan gue rasa mengulik nina ninu itu penting. Karena gue gak mau kalah jago nanti sama paksu, pokoknya mala pertama.... kita adu gaya." Jawab Hani dengan mantap dan percaya diri.

Rasya menggelengkan kepalanya sebelum dia ikut duduk di sebelah Velin yang tengah berancang-ancang untuk menangkap belalang. Saat Velin bergerak kedepan belalang itu langsung meloncat dan terbang begitu saja membuat Velin menekuk kembali wajahnya dan duduk di sebelah Rasya.

"Belalang aja kabur Vel ketemu lo apalagi cowo," Sindir Hani sembari menatap Velin dengan wjaah mengejek.

"Enak aja! belalang sama manusia kan beda Hani... lagian Velin masih kecil mana boleh lope-lopean nanti Velin jadi rengking dua digit mirip Hani tuh," Jawab Velin sembari menunjuk hani dengan rumput yang baru saja dia cabut.

Hani melotot, enak saja! kapasitas otaknya emmang sedikit menurun karena dia terlalu banyak memikirkan pria namun dibandingkan dengan Velin tentu dia lebih baik. Hani kemudian terkekeh, dia sebenarnya ingin mengatakan hal ini namun dia menjaga perasaan Velin yang katanya berhati moengil itu.

"Ya... gimana ya, Pendidikan emang penting tapi manusia juga punya hati, dibanding gue gadaikan ini hati mending gue cari tempat yang cocok buat gue titipin. Percuma gue pinter dan genius kalau gue kesepian, iya gak Ras?" Tanya Hani sembari tersenyum lebar pada Rasya yang menatapnya dengan tatapan dingin.

HELLO BESTIE !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang