21. TERIPANG LIMA SENTII

313 64 7
                                    

Rasya menatap layar laptop dengan wajah cemas, dia yakin Nina telah bergerak juga untuk menghalau gosip yang beredar walaupun tidak tertuju padanya. Rasya menemukan fakta bahwa Dante bertemu Nina dan menghabiskan malam bersama sehari sebelum Dante membuat taruhan pada Aldan yang tengah mabuk.

"Rasya, Hani jadi pendiem. Kasian dia, mirip orang setres..." bisik Velin yang mengintip Hani tengah duduk termenung di kamarnya dengan wajah tertunduk.

"Oh iya Rasya, Candra nitipin sesuatu tadi sebelum dia pergi," Velin mengeluarkan ponsel dan memberikannya pada Rasya.

Mereka tengah berada di rumah Hani dan berencana menginap disana menemani Hani yang tidur sendirian karena kedua orang tuanya mendapat pekerjaan di luar negri. Rasya menerima ponsel dari Velin dan membuka video yang Candra kirimkan pada Velin.

Rasya memutar Video tersebut, dia yang mendengar suara gadis yang disamarkan di dalam Video tersebut tersenyum tipis. Rasya lalu menatap Velin dan menepuk pelan kepala Velin.

"Makasih Vel, lo berhasil buat Viola akhirnya buka suara. Gue gak tau dia bahkan sampe bikin Video pengakuan diri sebagai korban bully salah satu murid di Vangguard High School." kata Rasya.

Velin tersenyu  senang, dia bangga sekali di puji oleh Rasya. Walaupun sebenarnya ini semua berkat Candra, nanti deh dia akan menepuk kepala Candra dengan bangga juga menggantikan Rasya agar Candra juga mendapatkan pujian.

"Anjing!!" 

Rasya dan Velin tersentak, mereka sontak menatap kearah Hani yang kini menenggelamkan wajahnya dibantal. "Velin beneran kasian sama Hani Rasya..." lirih Velin dengan wajah sedih.

"Kita gak akan biarin masalah ini bisa buat rencana kita gagal, gimana kalo lo kupas mangga buat Hani? dia kan paling suka mangga, gue mau edit video ini sebentar." kata Rasya, Velin mengangguk cepat dia buru-buru berdiri dan berlari menuju dapur karena disana ada mangga yang Rasya bawa tadi.

Sementara itu Hani mengigit seprainya dengan wajah memerah, "Anjing... gue masih kebayangan ciuman tadi sore." gumam Hani lalu dia kembali memukul kasurnya.

"Gue gak tau si Javier jago juga dalam hal begini," desis Hani sembari menetralkan kembali ekspresinya. Namun pipi Hani kembali bersemu merah, "Hampir aja setan mesum masuk ketubuh gue, bahaya banget kalo gue anboxing Javier disana," gumam Hani lalu kembali memukul kasurnya kali ini dengan sangat brutal.

Pagi hari, Hani berjalan dengan wajah yang masih sama seperti semakam membuat Velin dibelakangnya memeluk lengan Rasya dengan berbagai macam kemungkinan yang kini bersarang diotaknya mengenai keanehan Hani.

"Rasya... gimana kalau kita bawa Hani ke paranormal aja habis pulang?" bisik Velin, Rasya mengeleng.

Rasya mengunyah sandwich buatannya sendiri sembari mengamati Hani yang kini menebar senyum ke setiap murid yang mereka lewati, gadis itu bahkan menyapa bunga yang mekar di pot. Dibanding kerasukan jin, Rasya lebih melihat Hani seperti orang kasmaran.

Wajah Velin yang tadinya cemas berubah saat melihat sosok Aldan berdiri di pintu kelas mereka. Hani juga memelankan langkahnya lalu menatap Aldan yang juga melihat keberadaannya. Rasya mempercepat langkahnya menyeret Velin agar mendekat pada Hani yang sudah berdiri di depan Aldan.

"Nyari siapa lo?" tanya Hani dengan nada ketus melihat wajah Aldan moodnya langsung turun drastis.

"Gue mau ngomong sesuatu ke lo, Han." jawab Aldan.

"Aldan ngapain disini? kan kelas Aldan ada diujung?" tanya Velin yang langsung menarik lengan Hani dan menatap tajam sosok Aldan di depan.

"Ada keperluan apa?" tanya Rasya dengan wajah datar menatap Aldan.

HELLO BESTIE !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang