6: Muncul Tiga Siswa Baru Nich

299 63 20
                                    

Bel istirahat berbunyi, suara nyaringnya menggema ke seluruh ruangan. Sontak, suasana kelas yang tadinya dipenuhi dengan suara pensil yang bergerak di atas kertas berubah drastis. Buku-buku mulai ditutup, tas-tas berderak saat resleting ditarik, dan kursi-kursi bergeser dengan bunyi berderit.

Beberapa siswa langsung bangkit dari tempat duduk mereka, bergegas keluar kelas, sementara yang lain masih sibuk mengobrol sambil membereskan peralatan mereka. Suara tawa dan canda menggantikan suasana tenang sebelumnya, menciptakan keramaian yang akrab dan riuh. Di sudut kelas, beberapa siswa terlihat masih mengerjakan tugas yang belum selesai, seakan tak peduli dengan waktu istirahat yang baru saja dimulai.

Sedangkan disisi lain terlihat Rasya, Hani dan Velin yang masih duduk. Keduanya sejak bel masuk berbunyi tidak mengeluarkan sepatah katapun. Apalagi Velin yang memakai jaket lengan panjang terlihat menunduk terus menerus.

"Kita kenapa ya? kita gak lagi musuhan kan?" Tanya Hani yamg mencolek pundak Rasya di depannya.

"Gue rasa penculikan kita gak ada hubungannya sama Shaun, walaupun ibu dia gak suka sama gue tapi dia gak akan berani buat nyakitin gue. Karena gue liat-liat ayah gue disini masih memiliki jiwa kemanusiaan sama anaknya sendiri." Kata Rasya yang tengah mengembangkan ide untuk lomba sains-nya.

"Kalo gue si ... gue rasa Aldan juga bukan pelakunya. Karena dia gak sejahat itu si sama gue sampe-sampe harus culik kita bertiga. Dan masalah gue sama dia udah gue selesaiin semalem," Sahut Hani sembari mengangkat cermin dan mengoles lip blam di bibirnya. Walaupun tubuh itu tidak sebahenol tubuh aslinya namun dia harus tetap menjaga kecantikan wajah dimanapun dia berada.

"Masalah apa?" Tanya Rasya yang kini meletakkan pulpennya lalu berbalik menatap Hani.

"Ternyata sebelum kita masuk ke sini, Hani ini bulol sama Aldan. Dan ketika dia tau Aldan udah official sana Nina bobo itu, dia malah maksa ortu dia buat adain pertunangan," Cerocos Hani dengan tatapan yang masih tertuju pada cermin ditangannya.

"Terus lo batalin itu pertunangan?" Tanya Rasya dan dia langsung melihat Hani mengangguk dengan helaan nafas panjang.

"Sorry Ras, di dalem kamus hidup gue gak ada yang namanya cinta Hani bertepuk sebelah pantat. Jadi semalem gue batalin itu acara ya walaupun gue harus berurusan sama mamih baru gue yang super duper rempong." Jawab Hani, dia bahkan sampai merinding karena dia harus tidur didapit oleh Ayah serta ibunya yang rempong itu. Hanya karena mereka takut Hani akan kehilangan semangat hidup.

Hani bahkan sampai ditemani saat mandi dan di suapi saat sarapan. Lalu tiba-tiba saja ayahnya memberikan black card untuk Hani tadi pagi. Hani sempat syok namun dia langsung tersenyum manis dan sejenak ia berfikir untuk berpura-pura patah hati saja agar bisa menghabiskan harta keluarganya.

Rasya mengalihkan tatapannya dari Hani setelah melihat Hani tersenyum smirk, entah apa yang tengah gadis itu pikirkan namun Rasya yakin pemikiran itu pasti tidaklah baik. Rasya kemudian beralih menatap Velin yang sejak tadi masih diam. Rasya berfikir apakah Velin masih syok dengan kehidupan disini? melihat Velin diam dan sesekali mengusap lengan kanannya.

"Lo kenapa Vel? lagi sakit?" Tanya Rasya pada akhirnya setelah melihat Velin kembali mengusap lengan kanannya.

"Velin gak papa kok ..." Lirih Velin sembari tersenyum untuk meyakinkan Rasya dan Hani bahwa dia baik-baik saja.

"Yakin lo? dari tadi gue liat ngusap lengan terus, kena gudik lo Vel?" Tanya Hani yang sedikit memelankan suaranya di akhir kalimatnya, karena mana mungkin Velin terkena penyakit gatal kulit seperti itu.

"Bukan kok," Jawab Velin lagi yang kemudian menurunkan lengan kanannya ke bawah meja.

"Beneran Vel?" tanya Hani yang masih sedikit curiga, dia mendekat pada Velin membuat Velin mundur kebelakang.

HELLO BESTIE !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang