8: Ruben Hilang ?

285 54 4
                                    

Bel berbunyi dengan nada panjang, mengalun ke seluruh sudut sekolah. Suara gemerisik dari kursi yang diseret dan buku yang ditutup dengan tergesa memenuhi kelas. Para murid mulai berkemas, menyelipkan buku catatan ke dalam tas mereka dengan cepat. Senyuman lega terpancar di wajah mereka, seolah beban berat seharian di sekolah kini telah diangkat.

Di luar jendela, langit senja mulai berubah warna, memancarkan cahaya lembut yang menerobos tirai kelas. Beberapa murid masih sibuk mengobrol dengan teman sebangku, menunda kepulangan sejenak untuk melanjutkan obrolan yang tertunda. Sementara itu, guru mereka, yang kini sudah sedikit lelah, memberikan pengumuman terakhir dengan suara yang mulai serak.

Lorong sekolah mulai dipenuhi langkah kaki yang berderap, terdengar tawa riang dan sapaan dari murid-murid yang berlalu. Tas mereka menggantung di bahu, dan sesekali ada yang berlari kecil ke arah gerbang, ingin segera merasakan angin sore di wajah mereka.

Di gerbang, para petugas piket berjaga sambil sesekali tersenyum melihat antusiasme para murid yang tak sabar untuk pulang. Sementara itu, di kejauhan, bunyi klakson kendaraan mulai terdengar, menandakan para orang tua sudah menunggu untuk menjemput anak-anak mereka.

Rasya, Hani dan Velin tengah berdiri di depan kelas yang bertuliskan 12A di atas pintu kelasnya. Hani terlihat mengintip ke dalam dan mengerjapkan matanya berulang kali karena ia melihat ada banyak siswa dengan visual menampar kenyataan di dalam sana.

"Ini kelasnya?" Tanya Velin yang kebingungan menatap kesana-kemari melihat banyak murid yang berjalan keluar.

"Iya, gue yakin karena kelas ini satu-satunya kelas yang ada di depan tangga lantai tiga dimana Ruben dan Felisia bertemu untuk yang pertama kalinya." jawab Rasya sembari menatap tangga di sebrang.

"Ruben pasti cakep kan Ras? duh gue gak bisa nebak soalnya kinclong semua isinya." Kata Hani sembari berjinjit.

Tak lama kemudian, datang tiga siswa yang menghampiri mereka setelah ketiganya keluar dari dalam kelas. Salah satu dari mereka mendekat pada Rasya dan menatap Rasya dengan wajah kebingungan.

"Kalian ngapain disini?" Tanya Luke yang kini beralih menatap Hani dan Velin secara bergantian.

"Kalian cewe-cewe yang kemaren nolongin kita kan?" tanya Javier dan Velin mengangguk.

"Kita mau nyari seseorang, ini kelas kalian?" tanya Hani yang berbalik lalu berjalan menuju Rasya dan berdiri di sebelahnya.

"Iya, kelas kita. Mau nyari siapa? kebetulan gue ketua kelasnya," Tanya Luke lalu tersenyum pada mereka.

Rasya tidak bergeming di tempat, entah ini sebuah kebetulan atau bagaimana. Tiga siswa yang mereka tolong ternyata satu kelas dengan Ruben, Rasya kemudian menghela nafas pelan. Mungkin mereka bisa membantu walaupun wajah mereka tidak begitu meyakinkan.

"Kita cari kak Ruben." Kata Rasya pada akhirnya lalu diangguki Velin dan Hani.

"Gue Ruben gak masuk hari ini, iya gak Can?" jawab Javier sembari menatap Candra yang berdiri tegak seperti sebuah gapura kabupaten di sebelahnya.

"Udah tiga hari dia gak masuk." ucap Candra selaku teman satu bangku Ruben.

"Tiga hari?" tanya Hani dengan wajah terekjut.

Rasya melirik Hani yang tengah mengigit kuku jarinya, kalau tiga hari sudah Ruben menghilang. Artinya dia menghilang bersamaan dengan mereka yang masuk ke dalam novel. Rasya kembali menghela nafas, sebenarnya dimana Ruben? tidak mungkin dia membolos kan?

"Ada urusan apa emangnya kalian sama si Ruben? biar nanti kita kasih tau ke dia kalau besok dia udah berangkat," Tanya Luke yang melihat ekspresi Rasya.

HELLO BESTIE !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang