14: Ada Siswi Bunuh Diri

258 54 4
                                    

Lapangan sekolah itu terasa lebih hidup dengan keramaian pelajaran olahraga. Ruang terbuka yang luas dipenuhi oleh suara riuh anak-anak yang berlarian dan bersorak. Di tengah lapangan, terlihat beberapa kelompok murid yang sedang melakukan berbagai aktivitas olahraga di bawah bimbingan guru olahraga mereka.

Di pinggiran lapangan, beberapa murid yang sudah selesai dengan olahraga mereka duduk sambil minum air dan bercakap-cakap, menunggu teman-temannya yang belum selesai. Mereka tertawa dan saling berinteraksi.

"Rame banget ya, gue kira yang olahraga cuma satu atau dua kelas aja. Siapa sangka sampe 4 kelas sekaligus," ucap Hani yang duduk di pinggiran lapangan.

"Btw gimana Vel baju olahraga gue?" tanya Hani yang melihat Velin dengan baju seragam olahraganya.

"Pas di Velin," jawab Velin lalu tersenyum manis. Dia bahkan menerima seragam baru dari Rasya, karena dia tidak membawa baju apapun saat pergi dari rumah.

"Itu baju udah kekecilan di gue, gue kira akan kekecilan juga nyatanya malah agak kebearan ya di lo, bener-bener mungil sekali anak mamih satu ini ..." ucap Hani sembari menarik-narik sebelah pipi Velin yang bukan bekas tamparan ibunya.

Tatapan Hani kemudian beralih ke pergelangan tangan kanan Velin yang masih di perban, Hani kemudian menghela nafas. Pasti akan butuh waktu untuk menyembuhkan luka-luka itu, dasar mak lampir gila. Hani geram sekali dengan ibu Velin, ingin rasanya dia beradu kodam dengan wanita itu. Berani-beraninya dia memukul Velin dengan rotan. Dia pikir ini masih zaman kerajaan kuno hah, sampai harus mendisiplinkan anak dengan rotan, dasar gila.

"Gak papa kok Hani, nanti sembuh juga, muka Hani jangan mirip orang mau ngelabrak gitu," ucap Velin yang melihat tatapan Hani tertuju pada lengan kanannya.

"Duh, bocil kesayangan gue. Malang sekali nasib mu nak, sini mamak peluk." Hani mengulurkan tangannya kedepan dan Velin mengangguk lalu masuk kedalam pelukan Hani.

"Iya mak," jawab Velin.

"Cup cup cup nanti mamak kasih susu kuda nil ya biar cepet gede gak kecil cungkringan begini," kata Hani sembari menepuk pundak Velin sedangkan Velin langsung melotot.

"Bagian kata cungkringan Velin agak tersungging nih," ucap Velin dan Hani hanya diam saja sembari kembali menepuk punggung Velin.

"Gue gak tau lo ternyata udah ada anak segede ini,"

Hani membuka matanya lalu melirik ke samping dan menemukan ada Javier, Luke dan Candra yang mendekat dengan bola basket di tangan kanan Javier.

"Masalah buat lo?" tanya Hani sembari melepaskan pelukannya pada Velin.

"Velin mau ayah beliin susu juga? nanti ayah beliin susu Yamaha biar Velin selalu didepan," tawar Javier yang berjongkok di depan Velin.

"Kok malah jadi main rumah-rumahan, udah minggir sono jauh-jauh dari Velin, nanti nular gilanya." desis Hani sembari mendorong Javier menjauh.

"Jahat banget lo Han, setelah campakkin gue kemaren lo sekarang dorong gue, sakit tau bokong gue mana lagi bisulan juga," keluh Javier yang perlahan berdiri sembari memegangi bokongnya.

Hani menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Javier, namun saat dia melihat Javier tersenyum manis padanya Hani segera berdecak dan mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Lengan lo kenapa Vel?" tanya Luke yang melihat lengan tangan kanan Velin di perban.

"Di pukul mamah," jawab Velin dengan wajah polos.

"Dia?" tunjuk Javier pada Hani dan Hani langsung melemparkan sebotol air mineral pada Javier.

"Bukan, bukan mamak yang ini, mamah satunya lagi," jelas Velin dengan wajah panik dan berusaha menenangkan Hani yang akan menerjang Javier.

HELLO BESTIE !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang