09. Liburan ke Karawang

30 9 0
                                    

Pagi itu, suasana cerah dengan angin sejuk yang berhembus lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, suasana cerah dengan angin sejuk yang berhembus lembut. Di depan kampus, Panji bersama Pandu dan delapan teman mereka—Putra, Adit, Rizky, Tama, Yuli, Rehan, Alvin, dan Andre—sedang menunggu mobil travel yang akan membawa mereka ke Karawang. Suara tawa dan obrolan ringan terdengar di antara mereka, menunjukkan betapa semua orang bersemangat untuk liburan ini.

"Perjalanan ini pasti bakal seru banget!" Putra membuka percakapan dengan penuh antusias, wajahnya penuh semangat.

Tama, yang duduk di samping Putra, menimpali dengan senyuman lebar. "Iya nih, apalagi kita bakal nginep di rumah Panji! Kebayang suasana kampung yang sejuk dan asri, jauh dari hiruk-pikuk Jakarta."

Pandu, yang duduk berdekatan dengan Panji, melirik ke arah Panji. Dia merasakan kegelisahan yang terpancar dari wajah kekasihnya meski Panji berusaha menyembunyikannya dengan senyum tipis. Pandu menggenggam tangan Panji, merasakan betapa dinginnya jari-jari kekasihnya itu.

“Kamu kenapa? Gugup ya ketemu ibu?” tanya Pandu lembut, suaranya penuh perhatian.

Panji mengangguk pelan, sesaat menunduk sebelum menjawab. “Iya, sedikit. Ini pertama kalinya kamu ketemu ibu. Aku nggak tahu bagaimana dia akan bereaksi.”

Pandu tersenyum, berusaha menenangkan. “Jangan khawatir, aku yakin ibumu akan suka sama aku,” katanya dengan percaya diri, berusaha menenangkan perasaan cemas Panji.

Panji menatap Pandu sejenak, lalu menghela napas. “Aku harap begitu,” gumamnya sambil meremas tangan Pandu dengan lembut.

Sementara itu, di bagian lain mobil, percakapan semakin riuh. Putra yang terkenal sebagai sosok yang humoris terus melontarkan lelucon yang mengocok perut, membuat semua orang tak bisa berhenti tertawa.

"Gila, udah lama kita nggak liburan rame-rame kayak gini," kata Rizky dengan semangat yang membara.

Andre menimpali sambil tertawa kecil. "Iya, akhirnya bisa kabur dari tugas-tugas kampus yang bikin kepala pusing."

Adit, yang biasanya pendiam, ikut tertawa bersama yang lain. Suasana dalam mobil terasa hangat dan penuh kebersamaan. Meski ada beberapa di antara mereka yang belum begitu dekat, perjalanan itu menciptakan ikatan baru yang lebih erat. Sepanjang jalan, tawa dan canda memenuhi perjalanan mereka yang memakan waktu sekitar tiga jam dari Jakarta ke Karawang.

Ketika mereka mulai memasuki kawasan pedesaan, pemandangan sawah hijau yang membentang luas menyambut mereka, menggantikan gedung-gedung tinggi dan padatnya Jakarta. Udara segar dari pedesaan membuat semua orang merasa lebih rileks dan tenang.

"Wow, udaranya segar banget di sini!" seru Yuli, menarik napas dalam-dalam seolah ingin mengisi paru-parunya dengan kesejukan alam.

Alvin mengangguk sambil tersenyum, “Ini baru namanya liburan yang sebenarnya. Jauh dari polusi dan kebisingan kota.”

Setibanya di rumah Panji, suasana asri khas pedesaan menyambut mereka. Rumah Panji terlihat sederhana tapi sangat nyaman, dikelilingi oleh kebun bunga yang tertata rapi. Di depan rumah, angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma padi yang menguning di ladang sekitar.

Panji's Love -In the Name of Love- (PondPhuwin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang