Hari itu, Panji dan teman-temannya, Putra, Adit, Tama, dan Rizky, merencanakan sebuah liburan singkat untuk menghilangkan penat setelah berminggu-minggu bergulat dengan tugas kampus. Mereka memilih wahana permainan yang baru saja dibuka di kota sebagai tempat pelarian. Putra, yang selalu penuh energi dan paling aktif mengorganisir acara, tak hanya mengajak kelompok inti mereka, tapi juga beberapa orang lain. Di antara mereka ada Alvin, teman Putra, yang juga membawa teman-temannya: Rehan, Yuli, dan Andre.
Pagi yang cerah berubah menjadi hari penuh antusiasme ketika mereka tiba di depan gerbang wahana. Suasana ramai, dengan anak-anak dan orang dewasa bersemangat mengantri untuk mencoba berbagai permainan. Panji, meskipun ikut senang, tidak bisa menghindari perasaan gelisah yang tiba-tiba muncul saat melihat orang-orang yang akan ikut dalam perjalanan mereka hari ini.
Pandangannya berhenti pada sosok yang tak ia sangka akan datang-Pandu.
Pandu datang bersama Alvin, tampak cerah dan santai seperti biasanya. Ketika dia mendekat, Panji merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Hei Ji! Nggak nyangka kita ketemu di sini lagi," sapa Pandu dengan senyum lebarnya. "Alvin ngajak aku nyusul ke sini setelah selesai ngurus kost."
Panji hanya bisa membalas dengan senyuman tipis. Ada kecanggungan yang tak bisa ia hindari setiap kali berhadapan dengan Pandu sejak kejadian beberapa hari lalu di taman kota. Pandu seolah tak menyadari hal itu dan tetap bersikap seperti biasa. Namun, bagi Panji, situasinya terasa jauh dari biasa.
Setelah semuanya berkumpul, mereka membeli tiket dan mulai menjelajahi wahana permainan. Dimulai dari permainan ringan, seperti balon ubur-ubur, yang membuat mereka tertawa bersama ketika mencoba menyeimbangkan diri di atas balon-balon besar yang mengambang. Di sisi lain, Panji terus merasa terganggu oleh keberadaan Pandu. Meskipun ia berusaha menikmati suasana, pikirannya terus berputar pada interaksi mereka yang sebelumnya.
Ketika mereka mencapai wahana bom bom kart, permainan semakin seru. Suara tawa dan teriakan menggema saat mobil-mobil kecil mereka saling bertabrakan. Namun, meski sepertinya menikmati momen tersebut, Panji terus menjaga jarak dari Pandu. Ia tak bisa sepenuhnya merasa nyaman. Ada perasaan yang tertahan, dan meski ia tidak tahu bagaimana cara menghadapinya, ia tetap berpura-pura baik-baik saja.
Hingga akhirnya, mereka sampai di wahana yang selalu menjadi pusat perhatian di taman bermain-roller coaster. Sebelum menaikinya, mereka semua diharuskan berpasangan. Tanpa menunggu lama, Pandu dengan santai memilih Panji sebagai pasangannya. Panji, yang sebenarnya agak takut dengan wahana ekstrem, tidak bisa menolak meskipun ada rasa takut yang menghantui.
"Nggak apa-apa, Ji. Pegang aja aku kalau kamu takut," kata Pandu dengan nada lembut, sambil tersenyum mencoba menenangkan.
Panji mengangguk pelan, berusaha tenang meski dalam hatinya kegelisahan semakin menguasai. Ia tidak hanya khawatir tentang wahana roller coaster itu sendiri, tetapi juga tentang perasaannya yang semakin sulit ia abaikan ketika berada di dekat Pandu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panji's Love -In the Name of Love- (PondPhuwin)
Novela JuvenilTerinspirasi dari cerita "Beauty Newbie" dan "We Are", "Panji's Love -In the Name of Love-" adalah kisah perjalanan emosional Panji Widjaja, seorang mahasiswa seni yang pernah mengalami perundungan dan memutuskan untuk memperbaiki penampilannya mela...