02. (FUN)ERAL

40 14 5
                                    

Masih dalam suasana duka yang mendalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih dalam suasana duka yang mendalam. Zayyan hanya bisa terduduk lesu didekat peti mendiang ibunya. Zayyan tidak mau memakamkan ibunya sesuai kepercayaannya. Dia ingin ibunya dikremasi, supaya Zayyan bisa terus dekat dengan mendiang sang ibu.

Tangannya masih terus menggenggam flashdisk yang digenggam oleh jasad ibunya kemarin. Dia enggan makan dan bahkan minum. Semua yang dia pikirkan sekarang adalah, apakah ibunya baik-baik saja? Apakah ibunya masih kesakitan? Siapa yang tega melakukan ini pada ibunya? Kenapa ibunya? Pikirannya sangat sibuk!

Dia bahkan tidak melihat dengan jelas semua tamu, rekan kerja, bahkan keluarga yang datang untuk melakukan takziyah. Dia hanya terus mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan orang yang datang. Dia bahkan sama sekali tidak menurunkan tangan kanannya.

Zayyan sedikit terkejut saat ada seseorang yang memeluknya. Dia mulai kembali mendapatkan fokusnya. “Kamu harus kuat. Kasian ibu kamu di ujung sana, sedih melihat kamu seperti ini,” ucap gadis berambut coklat yang baru saja memeluknya.

“Ibuku?” tanya Zayyan bingung. Gadis ini indigo atau apa?

“Tuh, dia tersenyum. Tapi, senyumnya jadi pudar,” ucap gadis itu sembari menunjuk foto mendiang ibunya di meja persembahan.

Zayyan tersenyum tipis. Dia mengusap pelan pucuk kepala gadis itu. “Sekolah yang bener! Masih kecil juga!” ucap Zayyan.

_*_

Dania berjalan menuju mobil SUV yang sedari tadi menunggunya.

“Bagaimana keadaannya?” tanya seorang lelaki berambut coklat terang.

“Dia terlihat murung. Tentu saja. Ibunya meninggal. Siapa yang tidak sedih?” tanya Dania.

Lelaki berambut coklat itu hanya tersenyum mendengar jawaban dari Dania. Kemudian, dia menyuruh Dania untuk masuk ke mobil. “Kamu mau langsung pulang atau kita main dulu?” tanya lelaki itu.

“Aku capek, Om. Kita pulang saja, ya. Dari kemarin kita terus pergi-pergi. Aku ingin tidur,” jawab Dania jujur.

Sejak hari pernikahannya dengan lelaki yang baru saja dia panggil 'om'. Dia sama sekali belum menyentuh kasur empuknya. Kemarin dia menikah, malam ini dia pergi ke funeral seseorang yang bahkan tidak dia kenal.

“Alex, antar kami ke rumah,” ucap lelaki berambut coklat.

“Om, aku lapar,” ucap Dania pada lelaki di sebelahnya.

“Mau makan apa?” tanya Alex di kursi kemudi.

“Aku tidak bicara padamu, Om Alex. Maaf, aku bicara dengan Om Michael, suamiku,” ucap Dania kesal.

Enemine • Zayyan XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang