Satu

2.1K 106 3
                                    

Aku menggerakan tangan ke arah jendela kaca yang nampak berembun, jariku menari nari dengan lihainya menuliskan sebuah nama yang selalu ku rindukan disetiap malam ku.

Erick.

Lalu mataku beralih menatap keluar jendela, hujan masih saja turun dengan derasnya. Tiada bintang yang menghiasi langit gelap pada malam ini, semua seolah mendeskripsikan keadaan hatiku saat ini.
Masih setia menatap hujan, tiba tiba mataku menangkap sebuah pohon yang hampir mati namun tetap berdiri kokoh. Tidak ada lagi buah dan dedaunan hijau, yang tersisa hanya lah ranting ranting yang ku yakini sebentar lagi juga akan menyusul meninggalkan batang pohonnya.
Pohon itu sendiri, dia berjuang mempertahankan hidupnya melawan badai yang terus menghantamnya.
Bahkan disaat sudah hampir dikatakan mati pun dia masih bisa bertahan.

Dan pohon itu adalah aku.
Meski tidak lagi berbunga, tak lagi berbuah, bahkan daunnya pun berguguran dia tetap berdiri kokoh.

Aku meringis pelan, apa yang ku lakukan tadi?
Mengisyaratkan nasibku dengan sebuah pohon adalah hal yang lucu. Tapi memang seperti itu kenyataannya, aku sudah tidak punya apa apa lagi sekarang. Hanyalah aku sendiri, berjuang melawan kerasnya hidup walau rasanya tak mampu.

Tapi aku bersyukur, aku masih punya kekuatan hati yang membantuku terus bertahan hidup.
Sama hal nya dengan si pohon, dia masih punya akar yang mencengkram erat bagian dalam tanah sehingga dia masih bisa bertahan hidup.

" Besok ada mata kuliah pagi gak? "

Aku menoleh, lalu melihat Rani sahabatku sedang berjalan menghampiri ku. Jujur, hanya dia yang saat ini masih setia bersamaku. Aku bersyukur untuk itu, setidaknya tuhan masih berbaik hati memberikan seorang sahabat untuk menemani hari hariku yang kelam.

" Ga ada.. " jawabku seadanya.

" Besok lo pagi pagi udah nyuci gitu? " Tanyanya lagi

" Hmm.. " aku hanya bergumam menjawab pertanyaanya .

" Abis nyuci lo kuliah? "

" Hmm.. "

" Balik kuliah lo jaga malam di caffe? "

" Hmm.. "

" NDAH! "

" Hmm.. "

" Jawab gue! Dari tadi lo cuma ham hem ham hem doang! " Teriaknya frustasi.

" Iya " jawabku masih dengan seadanya.

" Sekalinya jawab, irit banget " Rani mendengus, menatapku dengan pandangan sebal.

Tak perlu lagi bertanya kalian pasti tahu kan hari hariku ku isi dengan kegiatan apa saja?
Aku memang miskin, mencari uang untukku sendiri dan hanya cukup untuk menyambung hidup.
Perlu di garis bawahi, sendiri.

Dulu hidupku bahagia, hidup serba kemewahan dan keluarga yang lengkap. Tapi seiring waktu dan berputarnya roda, semuanya berubah begitu cepat.

Semua keluarga ku membenciku dengan alasan yang benar benar masuk akal.
Jika kalian mengetahui alasannya, aku berani bertaruh kalian juga pasti akan menggapku menjijikan dan akan membenciku juga.

Singkat cerita,

Dulu, aku mencintai kakak ku sendiri, merasa cemburu saat dia lebih memperhatikan pacarnya ketimbang aku adiknya sendiri. Semula aku menganggap rasa itu hanyalah sekedar rasa sayang sesama saudara .
Tapi seiring berjalannya waktu, aku tahu rasa itu bukan sekedar rasa sayang melainkan rasa cinta.

Tak perlu panjang lebar, puncaknya adalah ketika aku dengan nekatnya menggagalkan pernikahan kakaku dengan pacarnya 5 tahun silam .
Bagaimana aku menganggalkannya?
Ntah setan apa yang sedang merasuki diriku, waktu itu dengan brutalnya aku mencoba menabrak mobil yang membawa mempelai perempuannya.
Dan kalian pasti sudah bisa menebaknya, calon istrinya meninggal dan pernihakan itu tentu saja batal...

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang