Chapter Twelve

57 33 34
                                    

Haii apakabar? Semoga kalian sehat sehatt!!!.

Sebelum baca jangan lupa VOTE dan Komennya 💋💋

Berminggu minggu usai bermain QnA, sekarang ini para perabotan terlihat sibuk membereskan perlengkapan masing masing. Waktu tak ada yang tau, dan perpisahan tidak ada yang tau. Di pertemukan tanpa sengaja bukanlah hal buruk bagi Kompor Hitam.

Selama ini, ia mengira jika semua perabotan akan membenci nya dengan alasan. Sifat nya yang pendiam dan bukan dari kalangan atas. Mampu membuat seorang Kompor Hitam menjadi insecure.

Beruntung nya  ada sosok Kompor Pink yang selalu menghibur nya dengan perilaku aneh. Kompor Hitam memang agak risih awalnya karena di dekati gadis spek barongsai, tapi lama kelamaan. Ia menjadi terbiasa, karena membutuhkan hiburan di kala sedih.

“Kita pisah cuma 2 minggu, Pink” ucap Kulkas mengelus punggung pink yang sedang menangis tersedu sedu.

“Tapi itu lama banget!! gimana kalau nanti baru sehari kita pisah akunya kangen? terus kalau suatu saat nanti aku jatuh, siapa yang ngobatin? emang kamu mau? anak selucu ini nanti di sentuh sama dokter cowo?”cerocos Pink berusaha menahan Kipas untuk pergi.

“Kamu simpan nomor handphone aku kan?” tanya Kipas yang langsung di jawab anggukkan semangat oleh Pink tentunya. “Kalau kamu simpan, itu artinya kamu masih bisa hubungi aku kapan pun tanpa mikir, kita bakal kepisah jauh. Kalaupun kamu dalam jangka 3 hari kangen sama aku, kita bisa ketemu kok” ucap Kipas langsung mendapatkan pelukan dari Pink.

Fenomena itu tentu tidak luput dari pengelihatan Kompor Hitam saat ini. Dia memang bukan siapa siapa nya Pink. Namun, dalam lubuk hatinya sendiri. Dia merasakan kalau kedekatan antara Kipas dengan Pink itu bukan teman, melainkan seperti sepasang sepupu jauh. Terlihat dari beberapa momen tertentu, Kipas terlihat lebih khawatir kepada Pink saat gadis itu tidak sengaja terjatuh.

Belum lagi, perlakuan Kipas terhadap Pink itu beda. Ini bukan menyangkut perasaan suka, tapi ini menyangkut bagaimana cara Kipas memperlakukan Pink layaknya adik sendiri. Jika memang seandainya Kipas memperlakukan Pink seperti kekasih, Kompor Hitam merasa itu wajar saja.

Mereka cukup dekat, dan lumayan romantis kalau kata orang orang.

“Ada yang panas, tapi bukan matahari” kata Jam Biru sedikit memanaskan.

“Bukan perasaan, tapi keadaan” timpal Kulkas sedikit tidak nyambung.

“Suka sama dia tapi gak berani confees, gimana gak di rebut? orang lu nya cemen” ucap Jam Merah langsung menjadi bahan lirikan sinis oleh Kompor Hitam.

Kompor Hitam tidak menyukai Kompor Pink. Ia melihat adegan tersebut karena mendadak flashback saat adiknya masih hidup.

Semua yang ada di perabotan memang suka. Salah paham, ia melihat bukan berarti cemburu. Mata di gunakan untuk melihat, tapi yang di lihat Kompor Hitam belum tentu mengandung perasaan, dia memiliki tipe cewek sendiri.

Pink memang menghibur, tapi belum tentu Pink bisa menjadi kekasihnya.

“Gini bro, lu suka tapi gak berani nyatain buat apa? lebih baik asing daripada sakit hati” sambung Kulkas yang tentunya tidak di hiraukan oleh Kompor Hitam

“Gua gak suka Pink. Gua ngeliat mereka karena flashback sama adek gua sendiri” jelas Kompor Hitam tidak mampu di percaya oleh yang lain.

“Seandainya lu suka sama Pink sih, gua gak masalah. Selagi lu bisa jaga dan kasih sayang banyak. Gua dan yang lain bakal tenang” Kulkas menepuk bahu Kompor Hitam , memberi kan semangat.

Sementara semua perabotan terlihat sibuk ngobrol sebelum berpisah. Lain hal nya dengan Jam Merah yang memilih duduk sendirian di sebuah taman sembari mengusap perutnya. 2 minggu usai kehamilan nya terbongkar, Jam Merah menjadi pribadi yang malu. Ia rasa, ia tidak pantas lagi menjadi teman di dapur.

Kehamilan nya memang baru satu atau dua orang saja yang tau. Tapi lama kelamaan, pasti akan tersebar luas. Selama ini, semua perabotan mengira Jam Merah adalah makhluk paling suci diantara yang lain dengan alasan Jam Merah tipe anak yang sangat menjunjung nilai agama yang tinggi. Dan selalu mengajarkan akhlak baik kepada teman temannya.

“Kok lu gak siap siap?” tanya Jam Putih yang kebetulan mencari keberadaan temannya itu.

“Gua gak bakal pulang. Gue netap di sini, put ” jawab Jam Merah.

“Pulang nya gue ke rumah juga gak membawakan kenangan indah. Lebih baik gue mengabdi di sini, tanpa teman sekalipun” sambung Jam Merah langsung mendapatkan tanda kaget oleh Jam Putih.

Sosok yang ia kenal dengan ratu judes, mendadak berubah menjadi sosok kasian? Ini sungguh tidak masuk akal. “Gak panas, dan gak sakit. Tapi kok aura nya beda? Jadi agak serem” ucap Jam Putih menetralkan keadaan.

“Perlu berobat ke puskesmas inimah, udah keluar Jam Merah sisi lain.” Jam Putih mengambil air putih yang kebetulan memang sempat ia bawa.

Kemudian, tanpa Jam Merah sadari. Air yang di pegang Jam Putih mengguyur wajah nya serta seluruh anggota tubuhnya. Jam Merah yang sudah mandi, mendadak mandi lagi akibat guyuran secara mendadak dari Jam Putih.

“Ya allah yang maha pengampun, keluarkan lah setan yang ada didalam jati diri teman hamba. Dia masih muda untuk menggantikan posisi makhluk halus” kata Jam Putih mengangkat tangannya tinggi, selayaknya berdoa.

Jam Merah yang melihat kejadian tersebut, hanya memejamkan matanya. Niatnya mencari ketenangan, justru kebisingan lah yang melanda.

Memang Jam Putih dan Kompor Pink itu seperti saudara. Selalu menghentikan ketenangan seseorang. Untung Jam Merah sedang tidak emosi, jadi wajah Jam Putih saat ini terlampau aman.

•••

“Maksud lo? Gue harus jadi temannya Pink? Ogah” ujar Sendok menolak keras.


“Cuma ini jalan ninja kita. Emang lo mau? Pink lebih deket sama Kompor Hitam dari pada sama lo? Dia itu terlalu baik. Maka nya, kita harus memanfaatkan kebaikan nya untuk bikin dia di benci” ucap Teko berusaha membujuk.

Setelah beberapa kali bertukar kabar melalui media sosial. Hari ini, Teko Hijau dan Sendok bertemu di suatu Cafe ternama untuk menjalankan misi.

Keduanya sangat membenci Pink  tak pernah sekalipun mereka menyukai gadis ceria itu. Bisa saja mereka langsung melabrak, tapi mengingat teman dari Pink sangat amatlah galak. Membuat mereka harus mundur.

Mereka bukan takut, hanya menunggu waktu yang pas untuk menjalankan misi nya. Ini hanya aktivitas biasa yang kemungkinan Pink akan di benci.

Apalagi, Pink terkenal akan mukanya yang seperti orang polos. Hal itu menambah keyakinan mereka, kalau Pink mudah sekali di singkirkan dari Dapur Nyonya.

“Cuma sementara, lagi pula buat apa berteman sama yang suka jadi perebut sih?” tanya Teko tidak suka.

“Kurang kerjaan. Yang bikin gue heran, kok Kompor Hitam, Kulkas Abu Abu, Kipas Gagang Hitam, Jam Merah, sama Jam Biru kok mau sih? Mata mereka terlalu ketutup sama pesona sih” timpal Sendok geram.

“Padahal, kalau di lihat lebih jelas ya. Masih perfect lu tau. Bahkan seluruh anggota keluarga lu dan perabotan ngaku lohh.” ujar Teko.

“Pokoknya gua mau, kita sebar yang enggak enggak tentang Pink. Enak aja dia, gampang banget dapet teman dan gelar yang seharusnya milik gue” final Sendok diiringi angin kencang.

Kitchen (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang