Pagi itu, Gita terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja menyinari kamarnya, menciptakan suasana yang tenang dan hangat. Dia meregangkan tubuhnya dan memutuskan untuk memulai hari dengan sesuatu yang berbeda. Hari ini bukan hari yang istimewa atau memiliki agenda penting, tetapi terkadang hari-hari biasa seperti inilah yang justru paling berkesan.
Setelah mandi dan berpakaian, Gita menuju dapur untuk sarapan. Dia menemukan Eli sedang sibuk memasak telur dadar. "Pagi, Eli. Tumben masak pagi-pagi?" tanya Gita sambil mengambil gelas untuk jus.
Eli menoleh dan tersenyum. "Pagi, Gita. Ya, hanya ingin membuat sarapan yang enak. Mau telur dadar?" Dia mengangkat spatula dan menunjukkan dua porsi telur yang sudah siap.
"Tentu, terima kasih," jawab Gita sambil duduk di meja makan.
Tak lama kemudian, Freya bergabung dengan mereka. Dia tampak ceria dan membawa koran. "Pagi! Wah, aroma telur dadar ini enak sekali," katanya sambil duduk di samping Gita.
"Ya, Eli memang pandai masak," sahut Gita sambil tersenyum.
Mereka bertiga menikmati sarapan bersama, berbicara tentang hal-hal ringan seperti tugas kuliah, rencana akhir pekan, dan kegiatan klub selam. Obrolan mereka dipenuhi canda tawa, menciptakan suasana yang hangat dan akrab.
Setelah sarapan, Gita dan Freya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kampus. Matahari yang cerah dan angin sepoi-sepoi membuat hari ini terasa sempurna untuk menikmati udara segar. Mereka melewati taman kampus, melihat bunga-bunga yang bermekaran, dan mendengar kicauan burung. Freya, yang membawa kamera, tidak bisa menahan diri untuk memotret pemandangan indah itu.
"Kamu selalu punya mata yang tajam untuk fotografi," puji Gita saat Freya mengambil foto bunga-bunga yang sedang mekar.
Freya tersenyum. "Terima kasih. Aku suka menangkap momen-momen kecil seperti ini. Rasanya seperti bisa menghentikan waktu sejenak."
Gita mengangguk, memahami perasaan itu. "Ya, aku juga merasa begitu. Kadang-kadang hal-hal kecil justru yang paling berharga."
Mereka terus berjalan, berbicara tentang berbagai hal. Freya berbagi tentang minatnya pada fotografi dan bagaimana dia ingin suatu hari nanti mengadakan pameran foto. Gita mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa senang bisa mendengar impian temannya.
Setelah beberapa waktu, mereka memutuskan untuk kembali ke klub selam. Saat mereka tiba, Muthe sudah berada di sana, sibuk memeriksa peralatan selam. "Hei, kalian berdua! Bagaimana pagi kalian?" sapa Muthe dengan senyum lebar.
"Pagi yang indah, Muthe. Kami baru saja berjalan-jalan," jawab Freya.
Muthe mengangguk. "Kedengarannya menyenangkan. Aku di sini hanya memastikan semuanya siap untuk latihan nanti."
Gita melihat sekeliling ruangan klub yang penuh dengan peralatan selam dan alat-alat lainnya. "Kita harus memanfaatkan hari ini dengan baik. Mungkin kita bisa melakukan latihan ringan, hanya untuk bersenang-senang," usulnya.
Freya dan Muthe setuju, dan mereka mulai mempersiapkan peralatan. Saat mereka sedang sibuk, Eli datang dan bergabung dengan mereka. "Aku baru saja mendapatkan pesan dari teman kita di klub selam universitas lain. Mereka mengundang kita untuk latihan bersama minggu depan," kata Eli dengan antusias.
"Benarkah? Itu kedengarannya menyenangkan," jawab Gita.
"Ya, kita bisa belajar banyak dari mereka dan mungkin bertukar teknik selam," tambah Muthe.
Mereka semua setuju untuk ikut serta dalam latihan bersama tersebut. Setelah memastikan semua peralatan siap, mereka menuju kolam renang kampus untuk latihan. Meskipun latihan hari itu tidak terlalu intens, mereka menikmati setiap momennya. Mereka bermain-main di air, mencoba trik-trik baru, dan tentunya bercanda satu sama lain.
Setelah latihan selesai, mereka semua duduk di pinggir kolam, mengeringkan diri dan menikmati angin sepoi-sepoi. Suasana santai dan bahagia terasa, membuat mereka merasa betapa berharganya momen-momen sederhana seperti ini.
"Ini hari yang luar biasa," kata Gita sambil melihat langit biru yang cerah.
Freya mengangguk. "Ya, kadang-kadang kita lupa betapa berharganya momen-momen biasa ini."
Muthe yang biasanya pendiam juga merasa terinspirasi. "Aku setuju. Terkadang, hal-hal kecil justru yang membuat hidup ini begitu berwarna."
Eli yang duduk di sebelah Muthe, menambahkan, "Kita mungkin sibuk dengan berbagai hal, tetapi penting untuk selalu menghargai momen-momen kecil ini. Ini adalah saat-saat yang akan kita kenang."
Mereka semua mengangguk setuju. Dalam keheningan yang nyaman, mereka menikmati kebersamaan mereka, menyadari bahwa meskipun hari ini mungkin tidak diisi dengan petualangan besar atau kegiatan penting, itu tetap berarti.
Setelah cukup lama beristirahat, mereka memutuskan untuk pergi makan siang bersama di kafetaria kampus. Mereka memesan berbagai makanan dan menikmati waktu bersama, berbicara tentang rencana masa depan dan hal-hal yang mereka ingin capai. Eli berbicara tentang ambisinya untuk menjadi ahli biologi kelautan, sementara Muthe berbicara tentang kecintaannya pada teknologi dan fotografi underwater. Freya dengan antusias berbagi tentang pameran fotonya yang ingin dia gelar, dan Gita, dengan senyum hangat, berbicara tentang bagaimana dia ingin menjaga persahabatan mereka tetap kuat meskipun setelah lulus nanti.
Setelah makan siang, mereka berjalan-jalan di sekitar kampus, menikmati hari yang indah. Mereka mengunjungi perpustakaan, toko buku, dan bahkan mampir ke kedai kopi favorit mereka. Di sana, mereka menikmati secangkir kopi dan berbicara lebih banyak tentang minat mereka.
Ketika sore hari tiba, mereka kembali ke asrama. Mereka berencana untuk menghabiskan malam dengan menonton film bersama. Gita mengambil alih pemilihan film, dan mereka memutuskan untuk menonton film komedi klasik yang selalu membuat mereka tertawa.
Saat malam semakin larut, suasana di ruang tamu asrama mereka penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Mereka menikmati camilan dan minuman, berbicara tentang adegan-adegan lucu dalam film, dan bercanda tentang satu sama lain. Meski hari itu hanya diisi dengan kegiatan sehari-hari, mereka merasakan kebahagiaan yang sederhana dan tulus.
Setelah film selesai, mereka semua merasa mengantuk. Mereka berpisah untuk beristirahat di kamar masing-masing. Sebelum tidur, Gita berbaring di tempat tidurnya, merenungkan hari itu. Meskipun tidak ada yang istimewa terjadi, dia merasa bersyukur untuk setiap momen yang dia habiskan bersama teman-temannya.
Gita tersenyum sendiri, merasa hangat di dalam hatinya. Dia tahu bahwa persahabatan mereka adalah sesuatu yang berharga dan tidak tergantikan. Meskipun mereka mungkin akan menghadapi berbagai tantangan di masa depan, dia yakin bahwa mereka bisa melewatinya bersama. Mereka telah membangun kenangan indah bersama, dan dia yakin akan ada lebih banyak lagi yang akan datang.
Dengan pikiran yang tenang dan hati yang penuh, Gita akhirnya tertidur, merasa puas dengan hari yang telah dia alami. Hari itu mungkin hanya hari yang biasa, tetapi bagi Gita, itu adalah hari yang sempurna. Sebuah hari yang menunjukkan betapa berartinya persahabatan dan kebersamaan, betapa berharganya momen-momen kecil dalam hidup yang sering kali kita lupakan.
Keesokan paginya, kehidupan mereka akan kembali ke rutinitas sehari-hari, tetapi kenangan akan hari itu akan selalu tinggal bersama mereka. Sebuah pengingat bahwa dalam kesederhanaan, mereka menemukan kebahagiaan dan kebersamaan yang sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Panas dalam Kenangan
Short StoryKisah seseorang yang masuk kedunia selam Mc nya Gita Up nya selang Seling x dan chapter nya bakal dikit