Festival kota datang dengan segala kegembiraan dan semaraknya, menyelimuti lingkungan kampus dan sekitarnya dengan hiruk-pikuk persiapan dan antusiasme. Jalan-jalan dipenuhi dengan lampu berwarna-warni, aroma makanan yang menggoda, dan suara musik tradisional yang mengalun di udara. Bagi Gita dan teman-temannya, ini adalah momen yang sempurna untuk bersenang-senang dan melepaskan diri dari rutinitas akademik.
Pagi itu, Gita, Freya, Eli, dan Muthe bersemangat untuk menghadiri festival. Mereka telah merencanakan untuk bertemu di gerbang kampus dan pergi bersama. Gita, yang sudah lebih dekat dengan Freya setelah percakapan mereka di pantai, merasa gugup namun bersemangat. Sementara itu, Freya tampak lebih ceria dari biasanya, mungkin karena antisipasi festival atau karena kelegaan dari berbagi perasaannya dengan Gita.
"Ini pasti akan jadi hari yang seru," kata Eli sambil mengikat tali sepatunya. "Aku dengar ada banyak stand makanan dan permainan seru."
Muthe, yang selalu bersemangat tentang segala hal yang melibatkan makanan, menambahkan, "Aku sudah tidak sabar mencoba semua makanan di sana. Kudengar ada takoyaki dan taiyaki yang enak!"
Mereka berempat akhirnya berkumpul di gerbang kampus dan mulai berjalan menuju pusat kota, di mana festival diadakan. Jalan-jalan sudah dipenuhi dengan orang-orang yang mengenakan yukata dan hiasan kepala tradisional. Stand-stand makanan dan permainan berjajar di sepanjang jalan, dengan lampu-lampu kertas menggantung di atasnya, menciptakan suasana yang magis.
Saat mereka berjalan, Gita merasakan ada sesuatu yang istimewa di udara. Mungkin itu karena festival itu sendiri, atau mungkin karena kehadiran Freya di sampingnya. Mereka berdua sering bertukar pandang dan tersenyum, menikmati kebersamaan mereka yang semakin erat.
Di salah satu stand, mereka melihat permainan lempar bola ke dalam gelas. Eli, yang terkenal dengan kemampuannya dalam permainan yang membutuhkan ketangkasan, segera tertarik. "Ayo kita coba! Siapa tahu kita bisa memenangkan sesuatu."
Mereka semua setuju, dan Eli menjadi yang pertama mencoba. Dengan keahliannya, ia berhasil memasukkan bola ke dalam gelas beberapa kali, memenangkan boneka kecil sebagai hadiah. "Tidak buruk, kan?" kata Eli sambil tertawa.
Muthe, yang tidak mau kalah, juga mencoba. Namun, lemparannya tidak seakurat Eli, dan ia hanya berhasil mendapatkan satu bola ke dalam gelas. "Yah, setidaknya aku dapat permen," katanya sambil mengangkat bahu.
Gita dan Freya mencoba terakhir. Gita berhasil memasukkan dua bola dan mendapatkan boneka beruang kecil. Ia menoleh ke Freya dan berkata, "Ini untukmu." Freya tersenyum malu-malu dan menerima hadiah itu.
"Terima kasih, Gita. Boneka ini sangat imut," kata Freya, memeluk boneka itu dengan senang.
Mereka melanjutkan perjalanan, menikmati berbagai atraksi dan makanan yang ada. Dari takoyaki yang lezat hingga es serut dengan sirup warna-warni, semuanya membuat mereka merasa seolah-olah kembali menjadi anak-anak lagi. Di salah satu stand, mereka menemukan permainan menembak sasaran dengan senapan mainan. Eli, yang selalu kompetitif, menantang yang lain untuk melihat siapa yang bisa mendapatkan skor tertinggi.
Gita mencoba terlebih dahulu, tetapi tembakannya kurang akurat. "Sepertinya ini bukan keahlianku," katanya sambil tertawa.
Muthe mencoba berikutnya dan, meskipun tembakannya lebih baik, ia tetap tidak bisa mengalahkan Eli. "Aku lebih baik berpegang pada makanan," candanya.
Freya, yang biasanya tidak terlalu tertarik pada permainan seperti ini, memutuskan untuk mencoba juga. Dengan ketelitian yang mengejutkan, ia berhasil mengenai sebagian besar sasaran, bahkan mengalahkan Eli. "Wah, siapa sangka aku bisa melakukannya," katanya dengan senyum lebar.
Eli terkesan. "Kamu diam-diam hebat juga, Freya! Kita harus bermain lebih sering."
Seiring hari berubah menjadi malam, suasana festival semakin ramai dan meriah. Lampu-lampu mulai menyala, menciptakan pemandangan yang indah di bawah langit malam. Di tengah keramaian, ada stand yang menjual yukata dan aksesoris tradisional. Freya, yang tertarik dengan budaya Jepang, mendekati stand itu dengan penuh minat.
"Yukata ini cantik sekali," katanya sambil memandangi berbagai pilihan yang ada.
Gita, yang ingin membuat hari itu lebih istimewa, berkata, "Bagaimana kalau kita semua mengenakan yukata? Ini akan menjadi kenangan yang indah."
Mereka semua setuju dan memilih yukata yang mereka suka. Setelah berganti pakaian, mereka merasa seperti bagian dari festival. Gita melihat Freya dalam yukata berwarna merah muda dengan motif bunga sakura, dan hatinya berdebar. "Kamu terlihat cantik," katanya dengan tulus.
Freya tersipu. "Terima kasih, Gita. Kamu juga terlihat tampan dalam yukata itu."
Mereka berjalan-jalan di festival, menikmati suasana yang semakin meriah. Ada pertunjukan tari tradisional, pameran seni lokal, dan bahkan kembang api kecil yang menghiasi langit malam. Di salah satu sudut festival, ada area khusus untuk memotret yukata. Mereka mengambil beberapa foto bersama, berpose dengan berbagai gaya lucu dan ceria.
Ketika malam semakin larut, mereka tiba di area di mana ada panggung besar. Ternyata, malam itu ada konser musik tradisional yang akan berlangsung. Mereka memutuskan untuk duduk dan menikmati pertunjukan. Musik yang dimainkan mengalun dengan indah, membawa suasana tenang dan damai.
Gita duduk di samping Freya, merasakan kehangatan di hatinya. Ia ingin momen ini berlangsung selamanya, berada di samping Freya dan teman-temannya dalam kebahagiaan. Ketika musik mencapai puncaknya, Gita merasa seolah-olah dunia berhenti sejenak, hanya menyisakan mereka dan melodi yang indah itu.
Setelah konser selesai, Gita dan Freya berjalan-jalan sebentar, meninggalkan Eli dan Muthe yang masih ingin menikmati suasana festival. Mereka menemukan tempat yang tenang di tepi sungai yang mengalir di sepanjang kota. Lampu-lampu festival memantul di permukaan air, menciptakan pemandangan yang memukau.
Mereka duduk di tepi sungai, menikmati keheningan yang langka. Gita merasa ini adalah saat yang tepat untuk berbicara lebih dalam dengan Freya. "Freya, aku ingin mengucapkan terima kasih atas hari yang luar biasa ini. Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersamamu dan teman-teman kita."
Freya tersenyum hangat. "Aku juga merasa begitu. Hari ini sangat menyenangkan. Aku merasa beruntung memiliki teman-teman seperti kalian."
Saat malam semakin larut, mereka kembali ke festival, bergabung dengan Eli dan Muthe. Mereka mengakhiri malam dengan berdansa di sekitar api unggun, tertawa dan menikmati momen-momen terakhir festival. Gita merasa malam itu akan menjadi salah satu kenangan terbaik dalam hidupnya, momen di mana semuanya terasa sempurna dan penuh harapan.
Dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan, mereka akhirnya pulang, membawa pulang kenangan indah dari festival kota yang penuh warna dan konyol. Gita tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan banyak hal yang masih harus mereka hadapi. Tapi malam itu, di bawah bintang-bintang yang berkelap-kelip, ia merasa bahwa segalanya akan baik-baik saja, selama mereka tetap bersama dan jujur pada perasaan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Panas dalam Kenangan
Short StoryKisah seseorang yang masuk kedunia selam Mc nya Gita Up nya selang Seling x dan chapter nya bakal dikit