10

12 1 0
                                    

Pagi yang cerah di kampus selalu diiringi dengan suara burung berkicau dan matahari yang mulai memanjat langit. Namun, di dalam Klub Selam, suasana tidak secerah biasanya. Semua berawal dari sebuah insiden kecil yang tidak disangka-sangka akan berkembang menjadi masalah besar di antara anggota klub.

Segalanya dimulai saat Gita dan teman-temannya sedang mempersiapkan peralatan selam untuk latihan rutin mereka. Eli, yang biasanya bertanggung jawab atas peralatan, sedang memeriksa regulator ketika Freya masuk dengan terburu-buru.

"Maaf aku terlambat," kata Freya dengan napas terengah. "Aku baru saja selesai dengan tugas kuliah."

"Tenang saja, kita masih punya waktu," jawab Gita dengan senyum, berusaha meredakan ketegangan.

Namun, sesuatu yang kecil tiba-tiba menjadi masalah besar. Saat Freya mencoba membantu Eli dengan peralatan, dia tanpa sengaja menjatuhkan salah satu tabung oksigen. Tabung tersebut berguling dan hampir menabrak Muthe, yang saat itu sedang sibuk dengan kamera underwater-nya.

"Hei! Hati-hati!" teriak Muthe, terkejut dan marah.

Freya, merasa bersalah, segera meminta maaf. "Maafkan aku! Aku tidak sengaja."

Tapi Eli, yang saat itu sedang berada dalam tekanan karena harus memastikan semua peralatan siap, kehilangan kesabarannya. "Freya, ini bukan pertama kalinya kamu ceroboh! Kamu tahu ini bisa sangat berbahaya!"

Freya merasa tertuduh dan terlihat kesal. "Aku sudah minta maaf, Eli! Aku tidak bermaksud melakukannya!"

Gita, yang melihat ketegangan meningkat, mencoba menengahi. "Teman-teman, tenang dulu. Ini hanya kesalahpahaman. Mari kita semua tenang dan bicara baik-baik."

Namun, perasaan tegang sudah terlanjur menyebar. Eli, yang biasanya tenang, kali ini terlihat marah. "Ini bukan hanya tentang tabung oksigen, Gita. Ini tentang disiplin. Jika kita tidak bisa mengandalkan satu sama lain, bagaimana kita bisa selam bersama?"

Freya tersinggung dan membalas dengan tegas. "Jadi kamu bilang aku tidak bisa diandalkan? Aku selalu berusaha keras untuk klub ini!"

Muthe, yang biasanya pendiam, tiba-tiba angkat bicara. "Sudahlah, Eli. Jangan terlalu keras. Kita semua pernah melakukan kesalahan."

Namun, Eli tidak bisa menahan kemarahannya. "Kalian tidak mengerti! Ini soal keselamatan kita! Kalau satu orang tidak serius, semua bisa terancam!"

Gita merasa situasi ini semakin memburuk. Dia tahu bahwa ini bukan hanya tentang insiden kecil dengan peralatan. Ada tekanan yang dirasakan oleh semua orang, terutama menjelang turnamen selam yang akan datang. Gita melihat wajah Freya yang terluka oleh kata-kata Eli, dan hatinya tersentuh. Dia tahu Freya sangat sensitif terhadap kritik, terutama dari seseorang yang dia kagumi seperti Eli.

Gita mencoba menenangkan Eli, "Kita semua stres dengan persiapan turnamen. Mari kita coba berbicara dengan tenang dan menemukan solusi."

Eli menghela napas, berusaha menenangkan diri. "Maaf, mungkin aku terlalu berlebihan. Tapi aku hanya ingin semua berjalan lancar."

Freya yang masih merasa terluka, hanya mengangguk. "Aku mengerti kekhawatiranmu, Eli. Tapi aku juga berusaha sebaik mungkin."

Setelah itu, suasana menjadi canggung. Semua sibuk dengan tugas masing-masing, dan tidak ada yang benar-benar berbicara satu sama lain. Gita merasa sedih melihat suasana klub yang biasanya hangat dan penuh canda tawa berubah menjadi dingin dan tegang.

Setelah latihan selesai, Gita mencoba mendekati Freya. "Freya, kamu baik-baik saja?"

Freya tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Gita. Hanya sedikit terpukul oleh kata-kata Eli."

Musim Panas dalam KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang