•
•
•
•
Pagi ini kelas X1 ips 2 tiba tiba mendadak ramai. salah satu atlet taekwondo yang belum lama ini memenangkan perlombaan baru saja menampakan batang hidungnya, salah satu kebanggaan juga bagi X1 IPS 2 . pemuda yang di kerubungi itu hanya menanggapi dengan jawaban singkat sekali bingung menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu.melihat itu Kayra berkekeh ringan. lucu melihat wajah kebingungan pemuda yang tampak dari sela sela tipis, baru saja hendak mengalihkan pandangan, Kayra justru tercyduk mengamati wajah pemuda itu. dengan cepat Kayra mengalihkan pandangan kemana saja, malu sendiri jadinya kepergok begini.
"waduh, waduh. rame banget meja Traja ini. "
semua mata beralih kedepan, pak wahid selaku wali kelas berdiri dengan tumpukan ditangan kanannya. setelah tersadar mereka berbondong-bondong pergi dimana tempat duduk mereka berada kecuali Kayra yang sedari tadi hanya mengamati dari jauh.
"Gimana traja? sudah sembuh cidera kakinya? " tanya pak wahid setelahnya.
"sudah pak. "
"bagus kalau gitu, selamat ya atas kemenangan nya, bapak bangga. " kembali tepuk tangan terdengar riuh, hingga hanya mampu membuat traja mengucapkan banyak terimakasih.
"sebenernya bapak kesini emang mau menyampaikan ucapan selamat untuk traja, dan juga untuk salah satu teman kalian yang terpilih mewakili sekolah kita untuk Olimpiade Matematika. selamat ya, Kayra. "
seolah tersambar petir di tengah terang benderang nya cuaca , Kayra hampir jantungan. 2 minggu kemarin kayra memang mengikuti tes Olimpiade, namun siapa yang menyangka bahwa ia akan terpilih. terlebih saingannya adalah anak anak jenius dari mipa 1 dan 2.
tepuk tangan kembali Kayra dengar, namun kali ini perasaan bahagia meletup tak tersisa di hati Kayra. kesempatan ini adalah kesempatan yang tidak boleh kayra sia siakan, kesempatan ini bisa saja menjadi alasan kepulangan orang tuanya.
"ini bapak kasih tau duluan, mungkin sebentar lagi kamu akan dipanggil oleh ibu yeni selaku mendamping Olimpiade. kalau enggak salah, dua dari sekolah kita. kamu dan anak mipa 1, Abas Wicaksana. "
semua orang lansung heboh ketika tau siapa yang akan disandingkan dengan Kayra. manusia jenius milik SMATRA, anak ambisius yang maniak dengan kemenangan. satu kata yang terlintas dibenak kayra, luar biasa.
Tok Tok.
kini semua pasang mata berpusat pada gadis yang baru saja mengetuk pintu.
"permisi, pak. saya disuruh bu yeni untuk manggil kak Kayra. " katanya setelahnya.
"oh iyaa, Kayra silahkan. "
Kayra berdiri dengan cepat " saya permisi dulu, pak. " pamitnya lalu meninggalkan kelas, tepat saat langkah kaki terakhir meninggal kelas Kayra masih sempat melihat senyum yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. senyum yang dapat ia artikan sebagai rasa senang juga?
...
25 menit berlalu ketika kedua muda mudi ini di tinggalkan. keduanya masih tak ada yang memecahkan keheningan, sibuk dengan lembar kerja didepan mereka hingga tak sadar bahwa diruangan ini mereka tidak bernafas seorang diri.
kini sudah jam pulang sekolah. namun, keduanya haruskan untuk tetap tinggal lantaran harus diberi soal tambahan untuk persiapan Olimpiade.
3 lembar soal dihadapan Kayra, lumayan membuat Kayra memutar otak. meski sebagian dari soal terbilang mudah namun ada juga soal yang kurang ia kuasai, alhasi memperlambat ia menyelesaikan lembar soal itu.
memang baru 25 menit berlalu, tapi seperti yang terlihat hanya Kayra yang masi mengerjakan sedangkan didepannya tidak lagi menyentuh pensil dan lembar soal asik memejamkan mata, atau mungkin dia tertidur?. demi apapun Kayra bagitu minder disandingkan dengan otak jenius pemuda di depannya, dengan geram Kayra memukul keningnya dengan pensil yang ia genggam berharap setelahnya jawaban langsung terlintas di pikirannya.
"makin bodoh yang ada. "
Kayra mendongak cepat, pemuda yang memejamkan mata tadi kini menatapnya dengan datar benar benar tampa ekspresi apapun.
"ha? "
"beneran bodoh. "
mendengar itu Kayra melotot tak Terima, barusan itu dirinya baru saja dikatai kan?
"Apasih sok asik. " jawaban andalan bocil kematian. namun terbukti kini pemuda itu tak lagi merespon dan memilih kembali memejamkan mata. Kayra mencibir kesal lalu kembali pokus pada 4 sisa soal yang belum ia selesaikan.
10 menit berlalu namun Kayra masih menyisakan 2 soal yang menjadi tanda tanya kemana jawabnnya. soal itu seperti jebakan yang memakan waktu lama bagi yang mengerjakan, kecuali pemuda itu mungkin.
"ck, lama. "
"yaudah pulang aja si, ribet banget hidup. "
dan setelah kalimat itu terucap, pemuda bernama Abas itu mengemasi semua perlengkapan nya di meja. serius dia beneran pulang duluan? gapunya hati.
Abas berdiri hendak beranjak. namun, sebelum itu melempar kertas origami pada Kayra. belum sempat Kayra protes pemuda itu sudah lebih dulu berbicara .
"Rumus simple."
lalu setelahnya Abas pergi dari ruangan konseling itu. kayra dengan cepat mengambil kertas origami tersebut, ternyata sungguhan ada rumus di permukaan nya. dengan teliti Kayra mengamati dan memahami, tak butuh waktu lama Kayra paham dan mulai mengerjakan dua soal yang ia belum selesaikan.
"AKHIRNYA! " pekiknya terlampau girang. dengan tergesa Kayra merapikan dan semua perlengkapan nya, ia harus cepat mengumpulkan lembar jawaban ini sebelum bu yeni datang kemari.
tepat saat Kayra keluar dari ruangan, ternyata Abas duduk di kursi tepat depan ruangan. memainkan ponsel seolah tak menganggap keberadaan Kayra.
bagaimana pun Kayra harus mengucapkan terimakasih bukan? jika saja bukan karena pemuda itu, ia mungkin masih pusing mengerjakasn dua soal terakhir. dengan ragu Kayra mendekat ke arah pemuda tersebut. Abas mendongak setelah Kayra tepat didepannya, mengerutkan dahi seolah bertanya.
"Makasih yang barusan. "
"hmm"
tak sempat emosi dengan jawaban Abas, Kayra harus mengumpulkan segera lembar jawaban nya.
"nitip." dengan seenak jidat Abas menaruh lembar jawabannya diatas tumpukan buku yang Kayra bawa, lalu melenggang pergi dari hadapan Kayra tampa embel-embel kata terimakasih sama sekali. benar- benar menguji jiwa penyabar Kayra.
"1 bulan punya patner gitu? yaallah cobaan apa ini. " Kayra beralih dari sana dengan wajah yang tekuk lesu, sesekali menghentakan kaki saking kesalnya.
tidak terbayangkan ketika satu bulan lamanya mereka ditakdirkan untuk saling melengkapi, mengajari, dan bekerjasama. dihari pertama saja keduanya seperti membangun tembok gengsi dan keunggulan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
the beloved sword of lies
Ficção Adolescenteterkadang kebohongan bisa jadi sebagai tumpuan dan penenang. mereka yang kerap berbohong adalah orang yang paling banyak memberi harapan. namun rupanya, janji janji itulah yang menenggelamkan siapapun yang percaya, mereka ingkar namun tak merasa ber...