Bab_1

50 6 0
                                    

Di dalam ruangan VVIP sebuah rumah sakit, perempuan yang baru saja dipindahkan ke rumah sakit yang berada di kota masih saja tertidur lelap, tanpa tahu ada seseorang yang menunggunya di ruangan tersebut. Saat orang yang menunggunya sedang ingin memasuki dunia mimpi, telinganya mendengar suara lenguhan yang membuat matanya langsung terbuka.

"Nyonya sudah bangun?"

Perempuan tersebut membuka matanya dengan penuh kesadaran, lalu dahinya mengernyit kala merasakan kebingungan. Siapa orang yang sedang bersamanya saat ini? Lalu, sekarang dirinya ada dimana?

"Ibu siapa?" tanyanya. Ia memanggilnya dengan sebutan ibu karena sudah terlihat tua seperti ibu-ibu pada umumnya, sedangkan dirinya masih muda.

"Saya Bi Mina, pembantu nyonya Laura." Bi Mina yang dipanggil ibu oleh perempuan itu hanya menjawab dengan seadanya.

Berbeda dengan Maura yang kini perasaan bingungnya bertambah. Sebenarnya apa yang terjadi?

Tanpa disadari, sebuah kecelakaan membuat tubuh asli Maura meninggal dunia karena gadis itu mendorong Laura. Alhasil yang tertabrak adalah Maura, sedangkan Laura terserempet motor yang kebetulan sedang menyalip dari arah belakang.

Saat keduanya di ambang kematian, jiwa Laura dan Maura tertukar, Laura ingin Maura tetap hidup karena merasa semua ini salahnya. Andaikan Maura tidak ia tabrak pasti Maura tidak akan meninggal. Namun ia juga merasa bersalah dengan hidup sebagai dirinya, pasti akan mendapatkan siksaan dari seseorang. Semoga saja diary yang selalu ia tulis tentang kehidupannya akan dibaca oleh suaminya, sehingga bisa menyelamatkan Maura dari siksaan tersebut.

"Hiduplah sebagai Laura, tolong sayangi anak-anak dan suamiku." Maura melihat ada perempuan yang pernah dilihat sebelum kecelakaan kini berada di depannya.

"Ibu, boleh pinjam kaca?" tanya Maura yang ingin melihat wajahnya.

Apakah benar ia hidup ditubuh Nyonya Laura? Ia memanggil dengan sebutan nyonya karena perempuan itu berkata agar dirinya menjaga anak-anak dan suaminya. Tebakannya pasti tidak meleset, pasti Nyonya Laura sudah tua atau bahkan seumuran ibunya.

Bi Mina dengan sigap mengambil kaca dari tasnya dan langsung memberikan kaca tersebut. Maura merasa kaget, dia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi pada dirinya.

"Gadis cantik, saya pamit, ya? Ingat apa kata saya." Belum juga Maura ingin berbicara, tetapi Nyonya Laura sudah pergi lebih dahulu tanpa memberitahu anaknya berapa dan suaminya siapa, bahkan nama anaknya pun tidak diberitahu.

Beberapa saat, seorang dokter masuk ke ruangan Laura untuk memeriksa kondisi gadis itu. Tidak ada luka dalam, tapi ada yang menjanggal yang ingin sekali dokter itu utarakan. Bukankah pasien tersebut baru saja mengalami kecelakaan? Tapi kenapa tubuhnya begitu banyak bekas pukulan? Bahkan lukanya terlihat baru dan beberapa yang sudah membekas.

"Maaf, Bu. Sebagai wali Bu Laura, ada beberapa hal yang harus saya bicarakan dengan Ibu," kata dokter itu yang sepertinya ingin berbicara empat mata agar tidak didengar oleh pasiennya. 

"Baik, Dok." Lalu Bi Mina menatap Laura yang masih diam di atas brankar. "Nyonya Laura, saya tinggal sebentar, ya?" ucapnya.

Maura mengangguk lalu bangun dari tidurnya, ia bercermin untuk melihat baik-baik wajah Nyonya Laura.

"Nyonya Laura cantik, ya?" gumam Maura.

Tak lama Maura merasakan sakit di seluruh badannya membuat ia mengecek ke seluruh badan. Gadis itu dibuat kaget karena tubuhnya seperti habis mendapatkan siksaan. Bukannya Nyonya Laura sedikit terserempet motor tapi kenapa lukanya banyak dan menyeluruh?

"Apa Nyonya Laura selalu disiksa sama suami dan anaknya? Tapi rasanya nggak mungkin, karena beliau minta buat menyayangi mereka. Masa iya kalau keluarganya jahat, Nyonya Laura malah punya permintaan kayak itu?" Maura memeriksa seluruh tubuhnya dengan tatapan tak percaya.

Transmigrasi Maura Gadis TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang