Bab_5

40 7 0
                                    

Setelah sebulan menginap di rumah sakit, Laura sudah diperbolehkan untuk pulang. Bi Mina langsung berkemas-kemas, Laura ingin sekali membantunya tetapi tidak diperbolehkan, ya udah ia pun menunggu nya dengan tenang.

Pada saat perjalanan menuju parkiran mobil, melihat botol bekas, kardus-kardus bekas, jiwa pemulungnya bangkit, tanpa berfikir apapun lagi ia pun mengambil plastik yang ia genggam dan memasukkan botol-botol tersebut kedalamnya, setelah itu kardusnya ia bawa karena tidak cukup untuk dimasukkan kedalam plastik.

Semua orang yang berada di sekitarnya menatap Laura dengan tatapan aneh, cantik-cantik memungut sampah, padahal baju yang dipakai bagus. Bi Mina yang melihat kelakuan nyonya nya pun kaget, dan buru-buru mendekatinya.

"Nyonya anda ngapain mungut botol-botol bekas?"tanya bi Mina yang merasa aneh dengan sikap sang nyonya yang baru pertama kali ia lihat.

"Buat dijual bibi, lumayan bisa dapat uang terus kardus nya buat alas tidur"bi Mina kaget sama jawaban sang nyonya padahal uangnya banyak, tidur juga di kasur empuk, terus ngapain mulung.

Tanpa memperdulikan bi Mina yang sedang kebingungan, Laura kembali fokus mencari botol-botol bekas ke tempat yang lainnya, sebelum tambah membuat malu dirinya sendiri, dan takutnya kena marah sama tuan Arsen, bi Mina langsung mengajak nyonya nya cuci tangan setelah menaruh apa yang dipungut ke tempat sampah.

Setelah beberapa menit di tempuh, mereka sampai juga di mansion, Laura terbengong melihat Betapa besar rumahnya dan begitu indah pemandangan sekitar.

Laura tidak pernah menyangka dirinya akan tinggal di tempat yang seperti ini, bahkan dalam bayangan nya saja tidak ada. Selama ini yang ia pikirkan hanya bagaimana ia akan tidur dan juga makan.

Mereka berdua masuk kedalam mansion, bi Mina pun menyuruh nyonya nya untuk istirahat terlebih dahulu di kamar, karena ia ingin membuat makanan untuk tuan mudanya.

Laura hanya mengiyakan, tanpa bertanya kamarnya ada di mana, karena takut dicurigai kalau dirinya sebenarnya bukan nyonya Laura, kalau ketahuan ia bisa diusir dan tidak bisa menjalankan tugas dari nyonya Laura untuk menjadi ibu dan istri yang baik untuk suami dan anak-anaknya.

Setelah memastikan bi Mina sudah pergi ke dapur untuk memasak, Laura pun berdiam diri di ruang tamu, setelah Zia anaknya datang baru nanti ia akan bertanya kamarnya dimana. Tidak ada kegiatan apapun, Laura jadi mengantuk dan tiduran di sofa sampai tertidur pulas.

Laura sudah pulas tidurnya sehingga tidak terganggu suara ribut teman-temannya Rayhan dan Reynand. Seperti biasa mereka berdua membawa pulang teman-temannya karena ingin menumpang makan.

Suara berisik seketika berhenti saat melihat bunda Laura tertidur di sofa.

"Kalian berdua pindahin gih ke kamar, kasian tau tidur disitu"suruh Bastian yang tidak tega melihat bunda Laura tertidur di sofa takutnya menggelinding.

"Biarin aja sih"jawab Rayhan yang tidak peduli bundanya mau tidur dimana.

"Kalian berdua tunjukkin kamarnya biar gue yang gendong"Akram menawarkan diri untuk menggendong bunda Laura karena kasihan takut terganggu tidurnya.

"Lantai tiga, kamar paling pojok"ucap Reynand, tanpa basa basi Akram langsung menggendong tubuh bunda Laura, sepertinya bunda Laura sudah tertidur pulas dan nyenyak buktinya saat Akram mengangkatnya dia sama sekali tidak terusik.

"Kenapa Lo biarin Akram yang gendong bunda laura sih"gerutu Langit.

"Kenapa?, Lo pengen juga gendong bunda gue?"tanya Reynand.

"Gak gitu ya, kalian berdua gak takut apa, kalau bunda Laura sama Akram punya hubungan gelap, terus mereka menikah, dan Akram jadi bapak tiri Lo deh"ucap Langit, mereka gak habis pikir sama jalan pikirannya langit, masa iya Akram suka sama bunda Laura, kaya gak ada perempuan lain aja.

"Kenapa Lo mikirnya gitu?"tanya Bastian yang merasa aneh sama langit.

"Nanti judulnya sahabatku adalah maut, atau sahabatku adalah ayah tiri ku"ucap Bintang.

"Bisa aja kan Akram terpesona sama kecantikannya bunda Laura, padahal udah punya anak tapi wajahnya masih awet muda, apalagi hubungannya sama om Arsen merenggang, bisa jadi celah untuk Akram masuk kedalam hatinya"ucap langit, dia punya niat terselubung biar kedua temannya saling bekerja sama untuk membuat bunda Laura berubah dan semakin dekat sama om Arsen, biar mereka menjadi keluarga yang harmonis, kasian Zio dan Zia karena mereka masih kecil dan perlu kasih sayang kedua orang tuanya.

"Wih bibi makasih banyak Lo, udah mau kita repotin setiap hari"ucap Bima mengalihkan pembicaraan mereka saat melihat bi Mina dan bi Siti datang membawa makanan, minuman, dan cemilan. Membuat dirinya lapar.

"Sama sama, den Reynand dan den Rayhan tidak ganti baju dulu"tanya bi Mina.

"Sebentar lagi bi, Zia dan Zio belum pulang bi dari acara ultah nya Via?"tanya Reynand karena mansion terasa sepi tidak ada suara berisik dari dua bocil kesayangannya.

"Belum den, mungkin sebentar lagi"ucap Bi Mina.

"Oh ya udah bi, makasih"ucap Reynand, BI Mina dan bi Siti pun pamit.

"Cuci tangan dulu sebelum makan, banyak kumannya"sindir langit saat bumi ingin langsung menyerobot makanannya.

"Sorry gue lupa"ucap Bumi dan langsung ke wastafel untuk cuci tangan.

"Lupa apaan biasanya juga gitu, makanan bibi memang selalu enak"ucap Bastian sambil makan karena dia sudah terlebih dahulu cuci tangannya.

Melihat teman-temannya pada sibuk makan, Reyhan dan Reynand pun meninggalkan mereka semua untuk bersih-bersih badan.

Mereka berdua berpapasan dengan Akram yang baru saja ingin keluar dari lift, melihat Akram mereka berdua jadi kepikiran sama perkataannya langit.

Akram yang tidak peka kalau sedang diperhatikan langsung saja pergi ke ruang santai dimana teman-temannya sedang makan.

"Lo sepemikiran sama gue?"tanya Reynand saat melihat Rayhan terus memandangi Akram.

"Hemm, tiba-tiba aja gue kepikiran omongannya Langit"ucap Rayhan.

"Udah lah lupain, itu mungkin cuma akal-akalannya Langit biar kita berdua bisa membuat ayah sama bunda akur"Reynand berfikir logis.

"Ayah bisa akur kalau bunda berubah, gue gak yakin bunda bakalan berubah jadi baik, buktinya kita hidup, sikap bunda selalu begitu kan?"ucap Rayhan.

"Hemm, tapi gue gak mau ya kalau ayah nikah lagi sama wanita pilihannya nenek, firasat gue gak baik soal tuh orang".

"Palingan dia cuma mau hartanya ayah doang, mana mungkin cewek muda kaya dia yang hobinya shopping mau jadi istrinya ayah yang punya empat orang anak".

"Gue heran sama nenek kok bisa-bisanya nyuruh tuh cewek deketin ayah, masak aja gak bisa, kalau makan pilih pilih, kerjaannya shopping, terus kasar lagi sama pembantu disini, berasa dia yang punya rumah".

"Suruh orang buat mata matain Sandra gimana?, terus buktinya dikasih ke nenek".

"Setuju gue, suruh aja Farel mumpung tuh cewe gak tau siapa Farel".

"Okey, nanti gue hubungin dia"ucap Rayhan. Setelah merencanakan itu semua mereka berdua masuk ke dalam kamarnya masing-masing, untuk membersihkan diri.

Bersambung.

Transmigrasi Maura Gadis TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang