happy reading all~!
Dua manusia dengan usia berjarak cukup jauh sedang melamun di tengah ramainya taman. Taman rumah sakit lebih tepatnya.
Kursi kayu dengan panjang kira-kira satu meter dan di cat warna putih bersih, tengah diduduki Caka yang sedari tadi hanya diam melamun menatap depan seolah-olah tidak ada orang di sana. Bumi pun sama, dalam balutan selimut lembut--yang Caka peroleh dari perawat--anak itu melamun dengan sisa air matanya.
Caka tahu, Bumi tidak pernah merasa aman jika tidak ada pelukan dengan selimut yang membaluti tubuhnya. Jika hanya pelukan, Bumi merasa kurang aman, masih ada orang yang bisa memegangnya.
Wajah anak itu hampir tidak terlihat, tenggelam dalam bungkusan selimut lembut. Dua-dua nya tidak mengangkat suara, sibuk dalam pikiran masing masing yang menciptakan keheningan diantara mereka, walau di sekitarnya cukup terdengar riuh-tawa anak-anak.
"Kamu kenapa sih, dek?" celetuk Caka diselingi helaan napas berat.
Hening.
"Kalau ditanya, dijawab. Jangan diam kayak patung hidup," Lagi-lagi Caka berucap dengan helaan napas. Seperti benar benar lelah dengan tingkah laku adiknya.
Yang Caka kenal, Bumi tidak gampang menangis ataupun rewel. Bahkan ketika sakitpun Bumi pasti menyembunyikannya agar semua tidak dapat tahu. Namun, hari ini? Rewel, menangis hanya karena dilepas dari gendongan om Arta..
"Bumi mau pulang.." Isak si kecil.
"What happen? Kakak belum pernah lihat Bumi kayak gini sebelumnya," Caka mencoba melembutkan nada bicaranya agar Bumi lebih terbuka.
"Itu dada ya? Bukan daddy?"
"Daddy siapa yang Bumi maksud?" Ekspresi wajahnya menjadi lebih serius.
"Dada milip sama daddy na Bumi.. Tapi halumnya (harumnya) beda.." Adunya sedih.
Raut wajahnya berubah menjadi sendu. Perlahan, Caka paham.. Bahwa Bumi sedang merindukan kedua orang tuanya. Wajar bagi Bumi merindukan kedua orang tuanya karena bagaimana pun mereka mempunyai hubungan darah.
"Bumi rindu?" Tanyanya pelan. Tangan satunya menepuk-nepuk tubuh Bumi, agar anaknya kembali lebih tenang karena Caka sesekali kasih mendengar sisa isakan sebelumnya.
Bumi menangguk lemah, seandainya Caka tidak melihat kebawah, mungkin dia tidak akan tahu bahwa Bumi mengangguk.
"Hm? Gimana caranya bisa rindu? Bumi kan nggak pernah ketemu sama daddy,"
"Pelnah! Di mimpi!" Sahut anak itu tidak terima.
"Kan cuma mimpi, siapa tahu tiba tiba Bumi lupa? Nanti nggak bisa ingat lagi wajah daddy gimana?"
Caka berlebihan..
Bumi mulai berandai-andai, kalau memang seandainya ia lupa aroma daddy.. Pelukan itu.. Wajahnya.. Tidak, jangan sampai.
"Ndak! Ndak mauu.." Matanya mulai kembali berkaca-kaca, tapi Caka tidak menyadarinya.
Caka kembali membuka suaranya, "Pasti akan ada saatnya Bumi lupa, kakak juga pernah lupa wajah mama nya kakak," Ucapnya tanpa beban.
"Bumi mau inat(ingat).. Bumi ndak mau lupa.. Hiks, kakak.. Kakak janan kayak gituu, Bumi ndak mau, Bumi ndak suka," Bumi menangis lagi.
"Loh? Adeknya kenapa, kak?" Mereka terdiam sesaat.
Suara itu..
Bumi dan Caka kenal sekali..
Suara yang mereka rindukan..
Ibu..
°♪°
halow, sybill here!
Sybill kena writer block, aunty uncleee ueueueue
Nggak bisa mikir bahkan ngejelasin alur cerita sama sekali.
Maaf ya, sybill suka bilang "minggu depan" Padahal sybill ternyata ga update pas ditunggu.
Kasihan juga adek Bumi ditinggal sama buna nya ini 🥺🤍
Jadi, sybill mutusin untuk hiatus sebentar dan akan kembali dengan alur yang lebih baik..
Papay aunty uncle kakak kakak semwaa
I hope u like, berikan banyak cinta untuk koala imutss ini 🐨🤍
Always sweet~sybilla
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY BUMI
Randommembantu ibu panti menjemur pakaian, mencuci piring kotor, menjaga adik-adiknya, ikut berjualan, bukankah itu sudah dikatakan hebat bagi anak seusia bumi? Lantas, mengapa tidak ada yang mengadopsinya? Bumi juga ingin seperti adik dan kakaknya yang m...