1. AWAL MULA

31 4 2
                                    

"Temukan 5 jiwa tertulis dan bawa kembali bersama daksa nya."

















"AREKSA" panggil sang guru dengan nada marah, "Sudah berapa kali saya mengingatkan kamu, jangan tidur dikelas saya, jika kamu tidak suka kamu saya izinkan keluar," ucapnya masih dengan nada marah.

Mendegar itu Areksa pun lantas berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu sambil menjulurkan sedikit lidahnya pada sang guru yang merupakan guru mata pelajaran matematika itu.

Sontak hal tersebut membuat sang guru marah dan berteriak "HEH KURANG AJAR KAMU YA," tanpa menghiraukan teriakan sang guru Areksa berlari dengan cepat menghindari amukan nya.

Areksa berlari begitu cepat hingga tanpa  ia sadari kaki nya telah membawa nya pada tempat favorit nya, yup kantin lah tempat nya, tanpa pikir panjang ia langsung memesan nasi goreng kesukaannya.

"MBAK AYU YOUR ANGEL IS COMING, YUHUU," ujar nya dengan suara lantang.

"Hoala kamu to, bikin kaget aja,mau apa kesini kan belum jam istirahat ini?," ucap mbak Ayu sambil menatap Areksa dengan tatapan menginterogasi "Hehe, mbak Ayu kayak gak tau Reksa aja,siomay 1 ya mbak Ayu cantikk," ujar nya dengan mengedipkan mata nya pada mbak Ayu.

"Hm yawes tunggu sebentar," kata mbak Ayu sambil berjalan ke stand makanan nya.

Sambil menunggu mbak Ayu menyiapkan siomay kesukaan nya Areksa hanya melamun memandangi jendela kantin yang langsung menghadap pada lapangan utama.

"Oi bahan kimia," panggil Arthan. "Kurang asem, temen sendiri dikata bahan kimia," sahut Areksa dengan nada kesal.

"Ngapain lo disini?, kena omel pak Kumis lagi," tanya Arthan sambil menduduk kan diri nya dihadapan Areksa "Ya biasalah, kek gak tau tu orang aja lo," ucapnya dengan menidurkan kepala nya pada meja kantin.

"Lo sih molor mulu kerjaan nya, udah tau tu orang sensi banget," ujar Arthan sambil memukul sayang kepala Areksa.

"HEH BABI HUTAN, ngapain mukul-mukul kepala gw HAH! ," sentak Areksa dengan memberikan lototan mata pada binatang didepannya ini dan dengan santainya Arthan hanya menjawab "Pengen aja," with an annoying face.

"Wes to ojok gelod ae, nyoh siomay e ndang dimaem selak adem," ucap mbak Ayu memberikan siomay pesanan Areksa "Makasih ya mbak Ayu," singkat Areksa.

"Kalian itu lo gak bosen apa berantem terus gitu, gak pegel opo? ," tanya mbak Ayu dengan nada heran, habisnya mereka selalu saja seperti ini setiap kali bertemu "Ini tuh tanda sayang mbak, semakin besar luka nya semakin besar sayang nya juga," ucap Arthan dengan senyum ala pepsodent.

"Raimu rasa sayang dari mana nya anjirr, rasa ingin membunuh yang ada," ucap Areksa jutek "Wes lah sak karepmu ae," ujar mbak Ayu menjauh dari mereka.

Setelah mbak Ayu pergi, tiba-tiba saja Arthan meletakkan sebuah amplop putih polos diatas meja, Areksa yang melihat lantas mengerutkan alisnya "Paan tuh? ," tanya nya.

"Dari 'dia' katanya buat nanti malem," ujar Arthan menjelaskan "Kemana emang? Kalau jauh gak ambil gw," terang Areksa sambil mengambil amplop tersebut.

"Enggak anjir deket kok, Jakarta aja," ucap Arthan.

"BABI jauh amat Jakarta, kagak bisa disini sini aja apa," sentak Areksa sambil membaca surat didalam amplop tersebut.

"Deket itu sa, lagian masih dijawa kok, lebay amat dah," sarkas Arthan "Jauh itu dari barat ke timur lo tha, gila lo, lagian kita kesana naik apa hah? ," jelas Areksa sambil memandangi wajah Arthan.

YANG TELAH TERTULISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang