10. ANGGARA DJINGGA

8 4 2
                                    

"Temukan 5 jiwa tertulis dan bawa kembali bersama daksanya."





















Pada umumnya, pagi hari akan diawali dengan bangun pagi dengan keadaan segar bugar namun, lain halnya dengan putra sulung dari keluarga Djingga.

Disaat pagi datang hal pertama yang harus ia lakukan adalah memastikan pintu kamarnya masih tertutup dengan rapat dan memastikan kedua adiknya tertidur pulas tanpa ada luka pada tubuh mereka.

Rutinitas ini adalah rutinitas yang harus ia lakukan setiap paginya, karena jika tidak atau ia kelupaan tidak melakukannya,mungkin akan terjadi hal yang buruk pada adik-adiknya.

Karena, tak jarang ayahnya yang seorang pemabuk itu masuk ke dalam kamarnya dan adiknya hanya sekedar untuk melampiaskan amarahnya.

Semenjak ibunya meninggal, ayahnya berubah menjadi pemabuk dan selalu berprilaku kasar padanya dan juga adiknya.

Tak jarang juga sang ayah pulang pada dini hari menjelang pagi, lalu pergi lagi saat malam tiba atau ayahnya tidak pulang selama berhari-hari. Membuatnya tak ada waktu sedikitpun dengan putra-putrinya.

Kini kita beralih pada putra sulung Djingga yang sejak tadi celingukan didepan pintu, untuk memastikan ayahnya masih tertidur pulas.

"Huftt... Kayaknya bapak masih tidur deh" ucapnya lirih, setelah dipastikan situasi aman, ia berjalan keluar menuju dapur dengan langkah pelan.

Sesampainya didapur, ia langsung mulai memasak sarapan untuk pagi ini dan tentu saja ia melakukannya dengan sangat berhati-hati, karena sang ayah sebenarnya sangat sensitif terhadap suara saat tidur.

Bahkan hanya dengan mendengar suara ketukan pintu saja bisa membuatnya terbangun. Semenjak sang ibu  meninggal dunia, ia lah yang terpaksa harus menggantikan posisi sang ibu.

Mulai dari memasak, mencuci piring, mencuci baju, menyapu dan pekerjaan rumah lainnya. Padahal pada saat itu usianya baru menginjak usia 13 tahun.

Keluarganya jatuh miskin semenjak sang ayah terus-terusan mabuk dan berjudi, sebenarnya ia bingung apa yang membuat ayahnya begitu suka berjudi.

Karena jika dipikir-pikir, berjudi tidak membawa dampak baik sedikitpun malahan memberikan dampak buruk bagi pelakunya dan akibat yang mereka dapatkan adalah keluarganya jatuh miskin.

Membuat putra sulung Djingga terpaksa harus putus sekolah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Mas Gara... " panggil si bungsu dari arah kamar.

"Eh, Gendis udah bangun, gimana tidurnya tadi? Nyenyak? " tanyanya sambil membawa adiknya dalam gendongannya.

"Heem, mas Gara lagi masak apa? " Gara tersenyum melihat tingkat laku sang adik yang menurutnya menggemaskan.

"Ini lagi masak makanan kesukaannya Gendis nih" raut wajah Gendis yang semula masih mengantuk kini berubah jadi bersemangat saat tau sang kakak memasak makanan kesukaannya.

"Wah! Nasi goreng kesukaan Gendis! " girang Gendis langsung dihentikan oleh Gara "Hush! Jangan kenceng-kenceng, nanti bapak bangun! " bisiknya pada Gendis.

"Upss! Maaf mas, Gendis lupa kalau ada bapak di rumah, kan biasanya bapak jarang pulang mas, kok sekarang bapak pulang? " tanya Gendis polos.

Pernyataan yang terlontar dari bibir kecil adiknya berhasil membuat hati Gara seolah tertusuk oleh tombak.

"Ya kan gapapa sayang, kan ini juga rumah bapak, udah gih sana mandi trus minta tolong sekalian bangunin kak Yuma ya" dengan segera Gendis turun dari gendongan Gara.

YANG TELAH TERTULISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang