7. THE REALITY

23 3 0
                                    

"Temukan 5 jiwa tertulis dan bawa kembali bersama daksanya."






















"Tidak kah kamu merasa lukisan ini sama seperti yang ada pada kamarmu, lukisan yang pernah kamu lukis beberapa tahun silam, Areksa? ".

Arthan terkejut bukan main, tanpa ia sadari bahwa lukisan itu adalah sama persis seperti yang ada pada kamar Areksa dan seingatnya sahabatnya ini membuat lukisan itu dari hasil berpikir otaknya sendiri.

Jadi, mustahil rasanya jika ada orang yang memiliki ide yang sama persis, amat sangat persis, bahkan ini seperti jiplakan!

Tapi bagaimana bisa orang didepannya ini tau? Bahkan ia adalah orang asing yang tidak pernah berkunjung ke tempat tinggal Areksa.

Dan yang lebih aneh lagi adalah Areksa tidak menujukkan ekspresi terkejut sedikitpun, jangankan terkejut, menggubah ekspresi datarnya saja tidak.

Areksa menampilkan senyum manisnya seraya berucap "Bagaimana anda bisa tau tuan Ardana? Saya rasa tidak ada yang pernah datang pada tempat saya selain orang-orang yang saya izinkan, lalu bagaimana anda bisa tau? Bahkan anda tau jika lukisan itu adalah hasil otak saya? ".

Seketika atmosfer disekitar mereka terasa lebih mencekam daripada sebelumnya "Sa! Santai sa, jangan emosi, calm down" bisik Arthan sembari menenangkan sahabatnya.

Bagaimana tidak marah? , ia merasa bahwa Ardana selama ini selalu diam-diam mengawasinya tanpa ia sadari.

"Simple saja, jawaban adalah karena kamu memiliki telepati yang kuat dengan istri saya yang telah lama pergi" Ardana kembali membelakangi mereka, ia kembali menatap lukisan sang istri.

"Telah lama pergi? Meninggal maksud bapak? " tanya Gara, Ardana membalas dengan anggukan kepala.

"Lalu bagaimana bisa melakukan telepati dengan orang yang sudah tiada? Itu suatu hal yang mustahil untuk dilakukan" ucapan Artha disetujui oleh empat orang lainnya.

"Lukisan ini adalah portal, dimana portal ini menghubungkan dunia kita dan dunia 'mereka', lukisan hasil karya istri saya ini diibaratkan pintu masuknya dan lukisan hasil karya mu Areksa, diibaratkan sebagai pintu keluarnya".

Ucapan Ardana semakin membuat mereka mengerutkan alis, apa maksud ucapannya ini? 'mereka' siapa yang ia maksud mereka? Pintu masuk dan keluar? Tapi mengarahkan kemana? Bagaimana bisa?.

Tanya mereka dalam batin kebingungan, pasalnya sedaritadi ucapan yang dilontarkan oleh Ardana tidak ada yang masuk akal, apa orang ini mengajak mereka untuk berimajinasi?.

"Tolong anda jelaskan maksud ucapan anda itu, sedaritadi ucapan anda bahkan tidak ada yang bisa dilogika" mereka setuju dengan ucapan Artha.

"Huft... " Ardana menghembuskan nafasnya, bersiap menceritakan cerita yang paling ia benci untuk diingat.

"Baik, saya akan jelaskan, yang pertama seperti yang saya katakan tadi bahwa istri telah lama pergi, pergi bukan berarti dia meninggal, ya memang meninggal tapi hanya untuk sementara, jika nanti ia kembali, maka ia akan kembali hidup dan sekarang dia tengah dikurung oleh 'mereka' di alam mereka".

"Siapa mereka yang anda maksud? ".

"Mereka yang saya maksud adalah makhluk yang menjaga keseimbangan dunia, pada suatu hari istri saya tiba-tiba menghilang begitu saja dari rumah, hampir tiga bulan penuh istri saya belum ditemukan. Membuat saya frustasi bukan main, hingga suatu malam saya bermimpi ada lima makhluk bertubuh besar dengan rupa sangat menyeramkan. Saya yakin jika makhluk itu ada didunia nyata pasti banyak sekali orang-orang yang ketakutan akan wujud mereka".

YANG TELAH TERTULISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang