9. PILIHAN AKHIR

17 4 2
                                    

"Temukan 5 jiwa tertulis dan bawa kembali bersama daksanya."





















Tak terasa satu minggu telah berlalu dan selama satu minggu itu juga Gara, Ares, Artha, Arthan dan juga Areksa terus terkurung dalam ruang singgah yang telah disiapkan untuk mereka.

Mereka tak diberi izin untuk keluar barang sedikitpun, bahkan hanya untuk melihat matahari terbit saja mereka tidak diberi izin, seluruh ruangan tertutup oleh besi-besi menjulang tinggi membentuk tembok.

Mereka menghabiskan waktu mereka dengan saling bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing dan sesekali bercanda, yang membuat mereka semakin akrab.

Tepat setelah mereka menghabiskan sarapan, pintu besi itu berbuka lebar menampilkan Ardana serta bodyguardnya disana.

Sama seperti sebelum, Ardana datang dengan senyuman merekah dibibirnya "Well, one week has passed, saya rasa ini saatnya kalian menentukan pilihan kalian, apapun pilihan kalian akan saya terima, tapi ingat akan ada konsekuensi pada setiap pilihan kalian, jadi apa pilihan kalian, ya atau tidak? " jelas Ardana.

Sejenak mereka melemparkan tatapan satu sama lain, tekad mereka sudah bulat dan bersama-sama mereka berseru "Ya kami setuju".

Hal itu jelas membuat Ardana tak mampu menyembunyikan senyumannya, Ardana bahagia bukan main. Akhirnya setelah sekian tahun lamanya ia menunggu, kini telah tiba-tiba saatnya.

"Wow! Saya tidak menyangka kalian akan benar-benar menyetujui keinginan saya, nyali kalian besar juga ternyata, saya-"

"Duhh! Bisa cepetan gak? Banyak tanya lo! "

"Tau nih! Entar kita berubah pikiran baru tau rasa lo! " ujar Arthan juga Areksa membuat Ardana bungkam sejenak.

Namun hal itu tak bertahan lama, didetik berikutnya tawa Ardana memecah keheningan disana, dan bodyguard Ardana tampak terkejut mendengar itu.

Baru kali ini mereka mendengar ada orang dengan keberanian yang sebesar ini saat berhadapan dengan tuannya, bahkan mereka membentak tuannya yang tak seharusnya mereka lakukan.

"Baiklah baiklah, ayo kita ke ruangan saya sekarang, siapkan diri kalian dengan baik" ujarnya sembari berbalik dan berjalan keluar.

Diikuti oleh kelima pemuda itu yang dijaga dengan ketat oleh bodyguard kepercayaan Ardana.

Sesampainya mereka di ruangan Ardana,  mereka dikagetkan dengan ruangan yang tampak suram oleh banyaknya bunga-bunga yang berhamburan dilantai, sofa, meja dan laci.

Dan kain hitam yang menutup seisi properti ruangan serta gorden yang tertutup rapat, menambah suasana seram bagi ruangan itu.

Disana terdapat seorang lelaki tua yang tengah duduk disofa hitam itu "Apa mereka anak-anak yang sering kamu ceritakan, Ardana? " tanyanya sambil memperhatikan kelimanya dengan seksama.

"Ya merekalah yang sering saya cerita pada anda dan mereka dengan suka rela akan bertukar dengan istri saya, oh iya perkenalkan ini adalah pak Aryo, beliau lah yang akan memimpin kalian" lelaki tua itu tersenyum tipis.

"Senang bisa bertemu dengan kalian, jujur saja saya sedikit tidak percaya kalian akan benar-benar melakukan hal berbahaya ini, apa yang-" tanya pak Aryo.

"Hush! Please guys don't talk too much! kita nih udah yakin seyakin yakinnya sama pilihan kita! Udah deh kagak usah banyak tanya, ntar kita berubah pikiran baru tau rasa lo pada! " omel Ares galak, pasalnya ia muak sedari tadi ia selalu mendengarkan pertanyaan yang sama.

"Hush! Gak sopan! " bisik Gara seraya menyikut lengan Ares.

"Hahahah, baiklah baiklah ayo kita percepat saja prosesnya, sepertinya kalian sudah tidak sabar ya" merekapun dipersilahkan duduk disofa dengan kain hitam itu.

YANG TELAH TERTULISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang