Selamat membaca.
**********
"Seharusnya di penyusupan kedua, Athena nyusup ke kastil duke, tapi karena ini aku, jadi mending nyelamatin ayang Roderick aja," ucapnya dengan senang melompat-lompat melewati gang sempit.
Athena meringis ketika teringat sesuatu, "mampus, aku gak tahu penjara bawah tanah ada di mana!" Tangannya memijat kepala yang terasa pusing.
"Dongo dongo, minimal masuk ke tokoh utama kek monyet," umpat Athena sembari memungut batu lalu ia lempar sembarangan.
Eh jangan deng, takut diobsesiin sama si Oliver gila, batinnya.
Setelah berpikir sejenak, dirinya memilih pergi ke perpustakaan, mencari tahu tentang mantra sihir yang dapat membantunya.
Lagi dan lagi Athena kembali meringis, dirinya tidak tahu di mana letak perpustakaan sehingga mengharuskannya untuk bertanya.
Gak guna banget tau isi novel, batinnya kesal.
Memperbaiki ekspresi wajah, Athena menghampiri seorang pria paruh baya dengan senyuman ramah.
"Permisi Tuan."
Sejujurnya agak geli kalo ngomong formal, tapi nasib masuk ke cerita fantasi barat, batin Athena dengan kesabaran ekstra.
"Anda memanggil saya Nona?"
Athena menganggukan, "boleh saya tanya di mana letak perpustakaan?"
Pria itu mengangguk, "tentu. Anda bisa lurus lalu belok selatan dan di sana ada tiga jalur nanti Anda pergi ke arah barat."
Athena tersenyum. Umpatan untuknya kian terdengar di lubuk hati yang dalam.
Monyet, utara selatan tai aku gak tahu itu gimana cara bedainnya!
"Maaf, saya tidak mengerti."
Pria itu mengangguk, "kalau begitu tunggu sebentar." Pria itu nampak melirik ke sekitar mencari seseorang.
"Ah, hei Daire!"
Gadis muda dengan pakaian seperti pelayan menghampiri keduanya. "Ada apa Paman memanggilku?"
"Tolong antarkan dia ke perpustakaan kota," pintanya.
Daire mengangguk dan menatap Athena dengan kagum. "Mari saya antarkan Nona."
Athena tersenyum senang, "terimakasih, saya pamit pergi Tuan." Athena membungkuk sedikit badannya membuat pria paruh baya itu tak enak.
"Ah iya santai saja tak usah sampe membungkuk."
Selama perjalanan, Athena dengan Daire berjalan canggung menuju perpustakaan.
Athena yang tidak tahan akan kecanggungan, ia segera bertanya akan keranjang buah yang Daire bawa.
"Apa isi keranjangmu, Nona?" tanyanya penasaran.
"Ah ini aku berjualan roti," jawabnya sembari menunjukkan roti yang begitu banyak masih hangat.
Oh iya aku kan belum makan, batinnya sembari menggelengkan kepala membuat Daire heran.
"Ngomong-ngomong, Anda tidak perlu memanggilku Nona, rakyat biasa seperti saya tidak pantas dipanggil seperti itu," ujarnya dengan malu.
Athena heran, "kenapa tidak pantas?"
"Tentu saja karena rakyat biasa tidak bisa memakai panggilan hormat seperti itu," jawabnya dengan sedih.
Athena tersenyum, "selama denganku, apa kau mau dipanggil Nona?" Ia mengelus pundak Daire yang lebih muda darinya, nampak seperti belasan tahun.
Daire berbinar-binar, dari dulu hingga sekarang harapan kecilnya ingin dipanggil Nona. Meski nampak remeh dimata bangsawan. Namun, di matanya, panggilan tersebut cukup membuat dia bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I the Reincarnation of a Goddess?
Fantasy"Masuk novel beneran?" tanyanya kembali memastikan wajah di pantulan air danau. Wajah familiar membuat Maera berpikir. "Atau masuk ke dunia lain? Ahk kepala aku sakit," ringisnya seraya memegang kepala. Jangan bilang aku masuk novel yang terakhir ak...