Selamat membaca.
**********
Althea menjerit lalu menangis ketika melihat seekor hewan memiliki luka begitu banyak di sekitar tubuhnya. "Venom, dia sakit Venom," rengeknya sembari mengobati luka hewan itu.
Venom menyeringai tipis, ia lalu berjongkok di depan Althea, melihat hewan yang berukuran kecil seperti serigala tetapi memiliki sayap di dua sisi tubuhnya. "Hewan apa ini? Aku baru pertama kali melihatnya. Aneh."
"Aku juga …." Althea telah menyembuhkan luka-luka itu sepenuhnya, hingga perlahan tubuh hewan tersebut berubah menjadi seorang lelaki berumur 7 tahun.
Althea serta Venom memundurkan langkahnya, menatap cengo anak lelaki itu yang menatap keduanya dengan malu-malu. "Te-terimakasih telah menyelamatkan aku," cicitnya sembari duduk menghadap Althea.
Matanya berbinar melihat rupa Dewi tersebut sungguh menawan. "Ja-jadi yang menyelamatkan aku Dewi?" Anak itu memundurkan langkah mendekati Venom yang menatapnya sinis.
"Aku Althea, Dewi penyembuhan," sapanya seraya mengulurkan tangan ke depan.
Anak itu nampak ragu memegang tangan Althea, dia sesekali melirik Venom. "A-aku tidak memiliki nama," ujarnya merasa malu dan tidak menerima uluran tangan Althea.
Althea tersenyum lalu mendekati anak itu seraya mengusap kepalanya, "bolehkah aku memberikan nama padamu?"
Anak tersebut mengangguk dengan mata berbinar-binar membuat Althea terkekeh gemas seraya berpikir, "hmm namanya apa ya?" Althea memejamkan matanya, memikirkan sesuatu nama keren. "Dra … Hydra!"
"Namamu Hydra, mengerti?"
Hydra mengangguk senang akan nama baru yang diberikan oleh sang Dewi. Ia tersenyum senang dengan pipi yang sudah memerah. Ini pertama kalinya ia mendapat perilaku baik meski bukan dari manusia.
"Oh iya, kau ini manusia atau hewan?" tanya Althea penasaran.
"Ah aku manusia, karena ibuku tidak memenuhi perjanjian dengan seseorang, aku yang saat itu baru saja pulang dari akademi terkena kutukannya," jelas Hydra membuat Althea merasa bersalah mempertanyakan hal itu.
Selalu saja aku membuat mereka menyinggung masalah pribadi, batin Althea penuh penyesalan.
"Maaf, aku harusnya tidak bertanya hal itu," ungkap Althea menundukkan kepalanya, merasa sedih mendengar cerita Hydra.
Hydra tersenyum, "kau tidak perlu merasa bersalah Dewi, aku bahkan merasa bersyukur bisa menjalani kehidupan baru!"
Althea kembali tersenyum mendengar ucapan Hydra yang sungguh dewasa. "Berapa umurmu? Tujuh tahun?"
Hydra menggelengkan kepalanya, "aku 289 tahun," jawabnya sembari terkekeh malu.
"La-lalu kenapa wujud manusiamu sangat kecil?" Althea terkejut dengan kedua tangan menutup mulutnya.
"Ah ini, sebenarnya ini bukan waktunya aku berubah menjadi manusia, mungkin karena sihir penyembuhanmu, Dewi! Terimakasih banyak."
Althea yang baru saja ingin menjawab, mendengar dehaman Venom ia segera menatap si empu. "Apa kau sakit?"
Venom mengendikkan bahunya, "sampai kapan kita berdiam diri di sini? Tidak mau melanjutkan jalan?"
Althea menatap Hydra, "apa kau ingin ikut dengan kami?" tawarnya dengan senyuman manis.
Hydra mengangguk cepat, "tentu, aku mau!" sahutnya dengan riang.
Althea segera menarik tangan Hydra lalu memegang tangan Venom satunya, karena kedua lelaki itu nampak ragu memegang tangannya. "Tak perlu sungkan memegang tanganku, kita bisa menjadi keluarga!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I the Reincarnation of a Goddess?
Fantasy"Masuk novel beneran?" tanyanya kembali memastikan wajah di pantulan air danau. Wajah familiar membuat Maera berpikir. "Atau masuk ke dunia lain? Ahk kepala aku sakit," ringisnya seraya memegang kepala. Jangan bilang aku masuk novel yang terakhir ak...