Bab 20 : Dewi Althea

1.2K 100 4
                                    

Selamat membaca.

**********

"Kau tidak pulang ke alammu?" tanya Venom merasa heran Althea terus mengikutinya selama beberapa hari ini.

Althea menggelengkan kepalanya dengan senyuman manis. "Aku melarikan diri," cicitnya dengan malu-malu.

Venom mengerutkan keningnya, menatap heran pada Dewi itu. "Kenapa? Apa mereka menyiksamu ratusan kali?"

Althea menggelengkan kepalanya cepat, "tidak mungkin para Dewa-dewi melakukan hal kejam seperti itu."

Venom mendengus, "bangsa iblis biasa melakukannya."

Althea tersadar akan ucapannya menyinggung Venom. "Aku tidak bermaksud seperti itu," ucapnya dengan perasaan bersalah.

"Sudahlah, tidak apa-apa."

Keadaan kembali hening dan canggung. Althea menggeser duduknya agar dekat dengan Venom. Namun, si empu segera menggeser menjauh.

Terus seperti itu Althea lakukan hingga Venom yang awalnya duduk di rerumputan segera berdiri. "Jangan dekat-dekat denganku," ungkap Venom. Ia tidak merasa risih, hanya saja dirinya tidak ingin Dewi Agung itu berdekatan dengan iblis sepertinya.

"Kenapa?" tanya Althea dengan mata berkaca-kaca.

"Kau mudah menangis."

Althea cemberut, ia mengembungkan pipinya kesal. "Aku tidak mudah menangis!" Matanya masih berkaca-kaca membuatnya segera membuang muka.

Venom terkekeh, "hei, matamu tidak bisa berbohong."

Althea mengucek matanya sehingga ia dapat menahan air matanya tidak turun. Merasa bangga ia berbalik badan, Venom sudah tidak ada di tempat.

"VENOMM!" Althea berteriak, suaranya menggema di sekitar sungai, menatap sekitar tidak ada Venom membuat air matanya keluar kembali begitu cepat.

Althea menyembunyikan wajahnya di antara lutut yang ia tekuk, begitu sedih ditinggal oleh seseorang. Ah maksudnya, iblis.

"Kenapa orang-orang segan dekat sama aku," gumam Althea dengan tangisan yang terisak-isak.

"Ini." Suara familiar yang membuatnya segera mendongak, ia melihat Venom membawakan satu keranjang roti padanya. "Makanlah, jangan menangis."

Althea memekik senang, ia segera memeluk Venom sembari menerima keranjang tersebut. "Terimakasih banyak!"

"H-hei jangan memelukku!" Wajah Venom merah merona, dirinya mencoba untuk mengatur detak jantungnya berdebar begitu cepat.

Sial! Jantungku bermasalah lagi! Venom menahan napasnya, ia tidak berani mendorong Althea hingga si empu melepaskan pelukannya sendiri.

Venom menjatuhkan tubuhnya, memegang dada kiri yang terasa detaknya begitu cepat. Apa karena jantung ini jarang berfungsi? Maka dari itu, detaknya begitu kencang.

Althea menatap Venom heran, sembari mengambil satu roti, ia berikan pada Iblis itu. "Kau mau makan?"

Venom menggelengkan kepalanya, "aku tidak memakan seperti itu."

Mata Althea berbinar-binar, "jadi kau membawakan ini bermaksud agar aku makan? Ya?!"

Venom terkejut akan aksinya yang dijelaskan oleh Althea, dia memundurkan langkahnya. "I-itu." Wajahnya kembali memerah, dia membuang muka malu. "Terserah apa yang kaupikirkan! Aku memungutnya di hutan."

Althea terkekeh gemas, ia tahu Venom sangat keras kepala serta gengsinya begitu tinggi. Ini hal wajar pada Iblis yang biasa ia temui.

"Kau mau ke mana?" Althea menahan tangan kiri Venom dengan tangan kanan memegang keranjang serta roti.

Am I the Reincarnation of a Goddess? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang