Selamat membaca.
**********
"Apa ini? Gantungan?" Athena memegang dua gantungan aneh.
"Gantungan? Benda kecil ini berfungsi untuk apa?" tanya Venom yang berdiri di samping Athena melihat gantungan yang dipegang oleh si empu.
Roderick mengambil satu gantungan lainnya, "ini cantik, seperti dewi," ujarnya membuat atensi Athena Venom teralihkan.
Tanpa permisi, Venom mengambil gantungan itu dari Roderick dan melihat ukiran wajah yang begitu cantik seperti seseorang yang ia cintai.
Venom terdiam cukup lama, dirinya benar-benar baru menyadarinya. Ratusan tahun lamanya, ia tidak mengingat jelas wajah dewi yang ia sayangi. Namun, sekarang ia dapat mengingat jelas!
Senyuman manis itu …. Ia mengeratkan genggaman tangan kiri yang tidak memegang apapun. Akan aku buktikan, kau reinkarnasinya atau tidak, Athena.
"Hei, kau tidak apa-apa?" Athena menatap ekspresi Venom yang begitu aneh. Sekilas tatapan mata yang menatapnya begitu berbeda.
Venom menggelengkan kepalanya, "Pak, berapa harganya?" Ia menunjukkan gantungan itu pada pedagang.
"Hanya tiga keping perak, jika kau membeli lima gantungan aku akan memberi harga satu koin emas, bagaimana?" tawarnya dengan senyuman bisnis.
Venom lalu menatap Athena, tatapannya seakan berkata bayarkan gantunganku.
"Ish." Athena merotasikan bola matanya seraya merogoh satu koin emas yang ada di jubahnya. "Aku beli lima saja, ini koinnya Pak."
Selesai memilih gantungan serta membayarnya, Athena serta dua pria itu kembali melanjutkan perjalanannya menuju kerajaan timur.
***
"Di mana Bola Amerta?" Venom bertanya tak sabaran.
Mereka telah tiba di wilayah timur, tapi Athena hanya berputar-putar di satu tempat saja.
Ini adalah sebuah permukiman penduduk kecil di batas terluar wilayah timur. Athena duduk di tepi sungai setelah mencuci wajahnya.
"Memangnya mudah nyari lokasi yang tidak pernah kita kunjungi sebelumnya?" Athena bersungut-sungut.
Baru juga masuk wilayah timur, udah nagih aja! batinnya kesal.
Roderick duduk di sebelahnya, tersenyum manis, "apa kau lelah?" tangan kirinya mengusap kepala si empu.
Athena termenung, dia mengedipkan matanya beberapa kali. Astaga, kenapa dia peka banget, ya?
"Ah, iya, aku agak lelah." Athena menyeringai lebar, sengaja meluruskan kakinya, melirik Venom yang malah memutar bola mata kesal.
"Memang benar perempuan lemah adalah beban berat. Heh, bocah! Di mana Bola Amerta?" Venom melotot tajam.
Athena mencubit paha Venom yang berdiri di dekatnya. "Berhenti meledek breng--" Roderick segera menutup mulut Athena agar si empu tidak melanjutkan kata-kata kasarnya.
Athena cemberut seraya melepaskan tangan Roderick. Ia lalu menatap Venom. "Wilayah timur begitu luas, Venom. Benda itu gak ada di sini, masih harus lewatin banyak tempat dulu, baru sampe di sana."
"Seberapa jauh?" Venom mendengus, kesabarannya benar-benar diuji berada di dekat gadis ini. Ditambah kalimat sang gadis yang campur aduk membuatnya pusing.
"Seingatku, di depan sana masih ada Hutan Timur. Butuh seharian buat lewatin tempat itu. Terus keluar dari hutan, kita udah nyampe ke kerajaan timur. Masih harus pergi ke ujung timur dulu buat sampai di tempatnya," jelas Athena, ia lalu mengulurkan tangan, meminta agar Venom membantunya berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I the Reincarnation of a Goddess?
Fantasy"Masuk novel beneran?" tanyanya kembali memastikan wajah di pantulan air danau. Wajah familiar membuat Maera berpikir. "Atau masuk ke dunia lain? Ahk kepala aku sakit," ringisnya seraya memegang kepala. Jangan bilang aku masuk novel yang terakhir ak...