22✓

401 24 0
                                    

"Kenapa tanya kaya gitu? Kamu membalas cintaku saja belum".

"Ah iya kenapa aku bertanya seperti itu, lupakan saja".

"Dengar...jika kamu sudah membalas cintaku dan bersedia melanjutkan perjodohan ini maka jika sudah waktunya kita menikah dan kamu jadi istriku maka aku yakin kamu akan menjadi istri terbaik sampai orang diluaran sana iri melihat ku mendapatkan istri idaman seperti mu".

Zan kicep udah beberapa kali ya kulkas berjalan ini ngomong panjang lebar kalau lagi sama dia, dan apa yang dia katakan barusan sukses membuat hati Zan terharu.

"Aku mencintaimu.." ucapan Zan sukses membuat Zein terdiam.

"Katakan sekali lagi..." Hanya untuk memastikan telinga zein berfungsi dengan baik.

"Ak-aku mencintai mu tuan Nazein".

"Kamu yakin kalau itu perasaan cinta untukku?".

"Emm..aku yakin karna setiap aku sama kamu hati aku berdebar kencang dan aku selalu salah tingkah bahkan aku sendiri juga tak tau apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini, saat aku sadar bahwa itu adalah perasaan cinta".

Ku sebut Zan cantik dan pemberani, bagus nak lanjutkan_Author

Zein tersenyum dan menyentuh pipi kanan Zan yang dibalas senyuman juga dari Zan.

"Terimakasih karna sudah membalas cintaku".

Zan memberanikan diri untuk memeluk Zein duluan, dan ya pelukan itu cukup membuat Zein terdiam awalnya namun ia juga membalas pelukan Zan.

"Ah rasanya sekarang aku ingin memohon pada papa untuk segera menikahkan kita berdua" Zein.

Zan senyum-senyum malu dan salting...

"Kan masih sekolah gakboleh nikah dulu" Zan.

"Apa salahnya menikah saat masih sekolah".

"Masih di bawah umur ih".

"Tapi jika kita menikah sekarang-sekarang tak apa kan? Kamu bersedia?".

Zan sempat terdiam bukan karena gak mau atau apa tapi dia gak ekspek sama kulkas ini bakalan bilang gitu.

Dengan malu-malu meong Zan menjawab "Emm..." Angguk Zan dengan senyam senyum khas miliknya.

"Pantesan diluar hujan dan ibu nyuruh aku nginep mungkin semuanya udah tuhan rencanain supaya kamu menyatakan perasaanmu padaku, aku rasanya menjadi lelaki paling bahagia, terimakasih".

CUP..

"Eh..." Zan membelalakkan matanya sampai mulutnya menganga.

"Mulutnya ditutup nanti setan pada masuk" ucap zein sambil menutup mulut Zan.

Zan masih diam mencerna apa yang barus aja terjadi.

Bisa-bisanya kulkas berjalan ini nyium pipi dia yang masih suci ini.

"Jangan gitu nanti ibu marah" ucap Zan sambil menunduk malu.

"Ibu kan gak tau, lagipula bentar lagi itu akan jadi kewajiban tiap pagi, siang, sore dan malam kita, bahkan mungkin lebih dari itu nanti" Zein dengan wajah tengilnya mengedipkan mata.

Wah bener-bener nih yak kelakuan kulkas berjalan makin kesini makin modus, tapi Zan suka gimana dong.

"Udah ah tidur gih udah malem, besok kan mau kerumah mama" Zein.

"Emm...tidur disini aja" Zan.

"Gakpapa aku tidur di sofa aja".

"Tapi aku maunya kamu tidur disini".

"Baiklah...jangan menyesal jika aku melakukan sesuatu padamu".

"Eehhhh tunggu...gak jadi mending tidur di sofa aja sana".

"Haha...hanya bercanda tapi kalu kamu mau aku tidur disofa baiklah".

"Disini aja tapi jangan di apa-apain ya".

"Enggak paling di peluk doang".

Zan senyum dan langsung berbaring di tempat tadi dengan Zein yang menyusul nya tidur di samping zan.

Senyuman itu tak pernah luntur dari kedua insan yang saat ini sedang menatap langit-langit kamar.

Lalu keduanya membalikan badan sampai berhadapan dengan bertumpu tangan sebagai bantal.

Keduanya menutup mata bersamaan...lalu pergi ke alam mimpi untuk bertemu disana.
.
.
.
TOK..

TOK..

TOK..

"Ya ampun siapa pagi-pagi begini ketuk pintu kaya mo melabrak aja" Ucap Zan saat mereka masih tidur.

Zan sempat kaget karna posisinya di peluk kulkas berjalan siapa lagi kalau bukan mas Zein anjay..

Zan mengangkat tangan kekar itu lalu segera bangun dan berjalan menuju pintu.

Ceklek...

"ZAN...MA- EH...SIAPA TUH" Omo itu Gali, Joan sama Naisa.

Zan dengan cepat menutup pintunya setengah sampai menampakkan kepala Zan doang.

"Zan Lo tidur sama mas Malik?" tanya Gali.

"Bodoh tadi kan kita ketemu mas Malik di bawah" Naisa.

"Eh iya ya terus itu yang di kasur Lo siapa?" Gali.

"Bapak Lo?" Joan.

"Bapak dia tadi kan lagi diluar mandiin mobil" Naisa.

"Arby pasti" Gali.

"Mana ada anak usia 5 tahun badannya bongsor ngelebihin badan Zan" Naisa.

Sedangkan yang lagi di interogasi malah diem Bae nyimak yakan.






Our Love||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang