16✓

461 28 0
                                    

"Ibu apa tidak berlebihan aku berpenampilan seperti ini?" Tanya Zan saat sudah siap, dia terlihat sangat cantik.

"Ini tidak berlebihan kamunya aja yang makin cantik seperti ini".

"Zan gak terbiasa Bu".

"Hanya untuk malam ini sayang karna calon serta keluarga nya akan kesini".

"Hmm baiklah...".

Tok..

Tok..

Tok..

"Ibu keluarga tuan Dion sudah datang" Ucap Malik dari arah pintu.

"Baiklah ibu akan membuat adikmu turun".

Malik mengangguk dan kembali ke bawah karna di ruang tamu sudah ada keluarga Zein.

Zan sangat gugup sekarang, ko bisa? Padahal dia ke k biasa aja tadi.

Bu Ratna mengiring Zan ke bawah dan itu membuat perhatian menuju ke arah mereka berdua terutama Zein dia sudah terpesona oleh penampilan Zan malam ini.

Setelah tiba di ruang tamu Zan disuruh duduk di samping zein.

"Wahh calon menantu mama cantik sekali" Ucap asya sambil tersenyum manis kepada Zan.

"Terimakasih Tante...".

"Mama...panggil dia mama" Jelas Dion dan Zan mengangguk malu.

Lihatlah Zein masih terdiam sambil menatap Zan seperti dia sangat terpesona dengan kecantikan Zan malam ini, setiap hari juga dia selalu terpesona sih sama paras Zan.

Zan sekarang gak berani natap Zein karna dia tau kulkas berjalan ini sedang menatapnya.

"Baik kita langsung saja ke intinya, kedatangan kami kesini..kami ingin agar mereka berdua bertunangan dulu supaya ada jarak untuk menunggu mereka sampai lulus sekolah lalu setelah itu maka kita akan langsung mengadakan acara pernikahan bagaimana tuan Arman?" Dion.

"Saya setuju tuan...mari tentukan tanggal pertunangan mereka".

"Ah kalau anda setuju saya ingin mereka melakukannya sekarang saja lebih cepat lebih baik bukan" Dion.

"Tentu tuan...kami setuju lakukan sekarang saja".
"Bagaimana Zein...Zan kalian setuju?" Tanya Dion.

"Terserah Zan aja pah, kalau Zein setuju-setuju aja".

"Emmm...sa-saya setuju...".

"Tapi kami belum menyiapkan cincin untuk tuan muda".

"Itu tidak perlu dipikirkan saya sudah membawa dua cincin untuk mereka".

"Ah baiklah mari kita mulai saja".

Dion mengeluarkan satu kotak kecil berwarna putih yang isinya 2 cincin pasangan, asya mengambilnya dan memberikan masing-masing cincin pada Zein dan Zan.

Yang mau tunangan sekarang sudah berhadapan, nunggu perintah dari orangtuanya mereka tatap-tatapan dulu.

"Zein pakaikan cincinnya kepada Zan" Ucap asya.

Zein mengangguk dan memegang tangan kiri Zan lalu memakainya dengan perlahan, Zan mengerutkan alisnya bukan bingung tapi dia sedih karna secepat ini dia bertunangan bahkan dengan orang yang belum lama ia kenal. Itu gaktau sedih bahagia terharu atau apa cuma author dan Zan yang tau.

Padahal Zan ingin menolak perjodohan ini tapi kenapa saat kedua belah pihak keluarga memutuskan untuk bertunangan lebih dulu Zan tidak mau menolaknya.

Zein sudah selesai memakaikan cincin itu dan Zan memandangi jari manis nya yang sudah tersemat cincin cantik.

"Sekarang giliran kamu Zan pakaikan cincinnya kepada Zein" Ucap Ibu Ratna.

Zein memajukan tangan kiri nya dan Zan dengan pelan meraih tangan itu dan mulai memasukan cincin itu ke jari manis zein.

Setelah cincin itu tersemat kenapa rasanya dia ingin sekali memeluk sosok lelaki yang baru saja menjadi tunangannya ini.

Zan sendiri bingung kenapa perasaan aneh ini datang, apa Zan mulai menaruh rasa cinta pada Zein?.

Zein yang melihat raut wajah Zan mengira bahwa dia terpaksa melakukannya dan sekarang Zein ingin bicara empat mata dengan lelaki manis alias tunangannya ini.

Sorak sanak keluarga terdengar kala kedua cincin itu sudah tersemat di jari kedua anaknya, dan mereka juga saling memberi selamat karna sekarang mereka adalah besan meskipun belum 100% resmi jadi besan.

"Mah...pah...Bu..yah..Zein boleh bicara sama Zan sebentar?" Ucap Zein.

"Tentu nak silahkan, kalian perlu waktu berdua pergilah ke balkon kamar Zan" Jawab Bu Ratna.

"Zan bawa tunanganmu ke atas" Mas Malik.

Zan mengangguk dan mempersilahkan Zein untuk mengikutinya menuju ke atas dan mengobrol di balkon kamar Zan.






Our Love||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang