#15. Sesuatu tentang Tuan Bak

21 4 0
                                    

Pada siang hari, Tuan Bak mengajak Seon-u menemui Gi-jeong di halaman kantor Saheonbu. Begitu Gi-jeong melihat mereka, mata pemuda itu membelalak antusias. Gi-jeong pun memeluk Tuan Bak dan Seon-u erat-erat.

"Syukurlah..." ucap Gi-jeong lirih. "Kalian baik-baik saja..."

"Ada apa?" tanya Tuan Bak.

Sejenak Gi-jeong melirik ke sekitar, kemudian memaksakan diri tersenyum.

"Aku hanya rindu kalian."

"Begitukah?" Tuan Bak tertawa. "Di mana kau tinggal sekarang?"

"Tuan Gim menyuruhku tinggal di rumahnya." Jawaban Gi-jeong terdengar sendu.

"Hm, sepertinya aku harus mengunjungi beliau dan berterima kasih karena sudah menampungmu," gumam Tuan Bak.

"J-jangan!" larang Gi-jeong gugup. "Akhir-akhir ini Tuan Gim sedang sangat sibuk!"

Tuan Bak menatap Gi-jeong, menyadari ada yang tidak beres.

"Oh, benar juga, menjadi guru besar Seonggyungwan memang bukan pekerjaan santai."

"Omong-omong, kenapa Ayah dan Seon-u datang ke Hanyang?"

"Kami hanya ingin lihat kondisimu," kata Tuan Bak. "Selain itu, sejujurnya, Paman Hong..."

Tuan Bak mengambil jeda untuk melihat reaksi Gi-jeong. Mendengar Paman Hong disebut, Gi-jeong menunduk, seolah hendak menangis.

"Paman Hong baik-baik saja..."

Tentu saja Tuan Bak sengaja berbohong. Seharusnya raut muka Gi-jeong berubah mendengar ucapan Tuan Bak, tapi muka Gi-jeong justru bertambah kusut, seolah dia sudah tahu bahwa sesuatu yang buruk telah menimpa Paman Hong.

Anak ini tahu bahwa Paman Hong dibunuh, pikir Tuan Bak. Dia tahu siapa yang mengirim si pembunuh.

Tuan Bak tersenyum. "Gi-jeong-a. Selama kami di Hanyang, Ayah dan Seon-u tinggal di rumah kakekmu. Berkunjunglah sepulang kerja."

"Y-ya, Ayah." Gi-jeong terus melirik ke satu arah, tepatnya ke seseorang yang berdiri di seberang kantor Saheonbu. "Nanti saya akan ke sana."

"Sampai jumpa nanti malam." Tuan Bak menepuk lengan Gi-jeong. "Ayah mau jalan-jalan dulu bersama Seon-u."

Ayah-anak itu berpisah.

"Seon-u, rangkul lenganku," bisik Tuan Bak sambil memimpin jalan, dan Seon-u pun merangkul lengan tuannya.

"Mengapa Tuan berbohong soal Paman Hong?"

"Aku tak ingin membuat Gi-jeong sedih."

Tuan Bak menghampiri penjual cermin kecil.

"Seon-u, pilihlah yang kau suka."

"Tapi saya tidak membutuhkannya."

"Jangan begitu." Tuan Bak pura-pura memilih cermin, padahal sedang memeriksa orang-orang di sekelilingnya lewat cermin yang dia pegang. "Para perempuan bangsawan selalu membawa benda ini."

Tuan Bak melihat orang itu—yang sebelumnya mengintai Gi-jeong di seberang kantor Saheonbu—kini berada tidak jauh di belakangnya. Tuan Bak tahu mereka dibuntuti. Si pembuntut berpakaian tidak mencolok dan pedangnya tersembunyi di balik jubah panjang.

Itu orang yang telah membunuh Paman Hong. Tuan Bak tahu dari tinggi badan serta postur tubuhnya. Orang itu berjalan tegap. Dia sering berhenti dan pura-pura melihat barang dagangan. Namun jelas sekali dari gerak-geriknya dia tidak berniat membeli apapun.

Setelah membeli cermin, Tuan Bak dan Seon-u makan siang di sebuah kedai terbuka. Si pembunuh masuk ke toko buku di seberang kedai. Tuan Bak segera menghabiskan makanannya.

Calon Gundik Tuan Besar (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang