BAB 3

836 37 20
                                    

Kanin menatap map yang berada tepat di depannya meja kantornya. Dirinya, belum berhasil membujuk Alga untuk mendatangi. Rencananya, setelah Alga mendatangi persetujuan tersebut, ia akan memanipulasi tanggalnya juga. Tanggal sebelum Alga mengalami kecelakaan dan pembodohan kematian lelaki tersebut.

Kanin menatap sekilas ponselnya yang menampilkan sebuah pesan yang berisi catatan medis milik Alga. Soal kejang Alga, itu disebabkan shok yang tidak bisa Alga tampung, hingga berakibat reaksi kejang.

"Cih, Jalang!"

Kanin menggeleng kepalanya. Telinganya berdenging, suara Alga kembali terdengar. Sial, walaupun lelaki itu tengah sekarat, tapi masih mampu membuat Kanin sakit hati.

 Sial, walaupun lelaki itu tengah sekarat, tapi masih mampu membuat Kanin sakit hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenangan sebelum Alga mengalami kecelakaan terputar apik di otaknya.

"Hari ini, aku sangat lelah, aku butuh wanita penghibur sepertimu." Bola mata coklat Alga turun pada bibir Kanin yang sedikit membuka. Sebelum menerima penolakan Kanin, Alga mengecupnya. Bisa Alga rasakan dorongan keras pada dadanya untuk menjauh.

Alga suka, Alga suka reaksi penolakan Kanin. Sudah sangat lama, ia merindukan sikap pemberontakan Kanin terhadap perlakuan bejatnya.

"Menjauh!" Kanin mengusap bibirnya kasar, matanya memerah. "Apa yang kau lakukan, Kak!"

Alga sedikit tertegun dengan panggilan Kanin. Ini, untuk pertama kalinya, Kanin, memanggil dirinya, Kakak.

Gadis itu menunduk dalam. Tidak ada sumpah serapah yang keluar dari mulut mungil gadis itu. Alga merasa, ada sesuatu yang aneh. Ia ingin melihat kemurkaan Kanin setiap dia melakukan perlakuan bejatnya. Apa gadis itu sudah lelah?

Kematian Ayah Kanin, ternyata berdampak sangat besar bagis gadis itu. Sudah hampir satu bulan, Kanin hanya mengurung di dalam kamar, dan Alga baru melihat sosok gadis itu sekarang. Di ruang kerjanya.

"Kenapa? Bukan kah, kau sudah terbiasa dengan kecukupan kecil seperti ini?" Dan Alga masih ingin memancing emosi Kanin.

"Kau tidak tahu apa-apa!" Bentak gadis itu. Tatapannya masih terpaku pada map yang kini berserakan di lantai.

Alga melangkah selangkah lebih dekat, mengalihkan tatapan Kanin dari map. Kanin mendongakkan kepalanya. "Sebelum Mamah pergi, Mamah cerita sama aku, gimana susahnya dia merintis perusahan Opulent Holdings sama Ayah. Mamah minta aku buat jagain perusahaan ini dengan baik, menjadi pene-"

"Gadis yang hanya bisa berkeliaran di club malam, memang bisa memegang sebuah perusahaan besar?" Potong Alga menaikan sebelah alisnya. Kanin mencengkeram ujung pakaiannya tanpa sadar. Berbalik menyorot tajam Alga. "Orang asing sepertimu, juga tidak pantas," seru Kanin tajam.

Alga tersenyum samar. "Aku? Orang asing?"

Alga melirik ke belakang Kanin, terdapat ranjang kecil di sana. Alga kembali menunduk, menatap Kanin yang masih senang tiasa mendongak berani padanya. Alga kembali bergerak maju, mendorong kaki Kanin untuk terus melangkah mundur, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya. "Aku bukan orang asing, aku Kakakmu. Lagian, sebelum Ayah mati, dia memberikan warisan perusahaan ini untukku."

Tubuh Kanin terhuyung ke belakang, jatuh ke atas ranjang. "Karena dia tahu, putri kecilnya ini bodoh, bisa-bisa perusahaan bangkrut jika ditanganmu."

"ALGA?!" Belum sempat Kanin bangkit. Alga mengungkung tubuhnya terlebih dahulu. "Mau kemana, hm?"

"Kau bukan Kakakku," tegas Kanin. Alga menganggukkan kepalanya. "Bukan ya? terus aku apa?"

"Kekasihmu?" lanjut Alga, menjatuhkan kepalanya di bahu kecil Kanin. Kanin berusaha memberontak, tapi tenaganya tidak sebanding dengan Alga. Tubuhnya meremang saat Alga mengecup telinganya.

"Diam lah, aku sangat stres dan lelah hari ini."

"Kau kira, menjadi kepala perusahaan tidak melelahkan?" Tangan sebelahnya menarik pinggang Kanin untuk lebih dekat pada tubuhnya. Hingga Alga merasakan dua gunung milik Kanin menyentuh dada bidangnya. "Lepasin!"

"Alga, kau dipengaruhi alkohol!" Peringat Kanin.

"Benarkah? Aku rasa, aku sepenuhnya sadar."

"Tidak! lepaskan aku!"

"Baik lah, baik lah, aku sepertinya mabuk. Jadi, jika aku melakukan sesuatu padamu, tidak salah kan? Itu diluar kendaliku." Kanin ketar-ketir sendiri. Alga mendorong tubuhnya berbaring, tangan kekarnya menarik dagu Kanin agar dirinya lebih leluasa untuk mencium gadis tersebut.

***

"Ibu, tidak kembali ke Amerika?"

Shinta menghela nafasnya. Menyenderkan kepalanya. "Jika aku kembali, siapa yang akan menjaga perusahaan?"

"Aku," jawab Kanin cepat. Shinta menatap intens Kanin. "Aku sudah belajar beberapa tentang perusahaan ini. Lagi pula, sebelum Mamah pergi, dia mengajari cara me-"

"Mamah?"

Kanin meneguk ludahnya keluh. Ia merasa tenggorokannya akhir-akhir ini kering. "Aku kan, Mamahmu," ucap Shinta.

"Lagi pula, Kanin, mengatur perusahaan tidak semudah itu."

Cih, tinggal bilang saja, kau tidak ingin perusahaan ini jatuh di tangan dirinya.

Anak atau Ibu sama saja berambisi mengambil hak orang!

"Kanin kau ha-"

"Maaf, tante, aku masih ada urusan penting," potong Kanin, berhasil membuat Shinta terkejut dengan mulut terbuka, ketika mendengar Kanin memanggilnya, Tante.

Kanin, berbalik badan keluar dari ruangan. Dia harus berfikir keras untuk menyingkirkan manusia tua itu. Huh, menyingkirkan anaknya saja dia belum berhasil.

Kanin menghentikan langkahnya saat ponsel di sakunya berdering. "Halo."

"Nona, Tuan Alga sudah sadar kan diri. Tuan selalu memberontak dan memanggil nama Nona."

Waktu yang tepat. Rasanya, Kanin harus meluap emosinya yang kini tengah menggebu-gebu.

"Ikat kaki dan tangannya. Aku akan segera kembali."

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Pantesan si Kanin deg-degan sama si kakak tirinya. Ternyata sebelum kecelakaan, Alga sama Kanin abis melakukan hal intim.

15 komen, buat lanjut, sama like lumayan banyak, muehehe.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang