BAB 7

653 40 21
                                    

"Kanin!"

Gerakan Kanin terhenti, menggigit bibir bawahnya. Sialan.

***

Suara elektrokardiogram monitor terus berbunyi setelah oximeter di jari telunjuk Alga di lepas, dengan juga beberapa kabel yang melengkat di dada lelaki tersebut.

"Mamah," panggil samar Alga terendam masker oksigen di wajahnya. Telinganya tidak salah dengar kan? Mamah?

Alga berfikir jika di depannya sekarang adalah Mamahnya? Sosok X terkekeh pelan.

"Kamu mengira aku, Mamah?"

Tangannya mengusap lembut puncak kepala Alga. Lelaki tersebut menutup mata menikmati. Tangan X turun menutupi sebagian area mata, dan tangan satu bebasnya lainnya ia gunakan untuk menurunkan masker oksigen yang sedari tadi Alga gunakan untuk bernafas.

"Mari kita lihat, seberapa jauh takdir masih akan menyelamatkannya nyawamu?"

***

"Kanin, ada urusan penting, Mah."

Kanin meneguk ludah keluh, menatap Ibu tirinya yang menyipitkan mata, mengintimidasi, otaknya hanya bisa di ajak kerja sama sampai situ. Kanin harus banyak-banyak berterima kasih, setidaknya dia bisa menjawab, bukan diam kaku.

"Urusan apa?" Shinta mendekat.

"Eh, anu." Dan Kanin juga harus berterima kasih kepada Kate. Karena pertolongan gadis tersebut yang meneleponnya dalam keadaan genting, hingga dirinya bisa kabur dari pertanyaan penuh curiga Ibu tirinya. "Kanin, keluar dulu ya, Mah, mau angkat telfon."

Disini lah, Kanin berada, di lorong rumah sakit yang mencengkam. Kanin memeluk tubuhnya sendiri, ia sedikit kedinginan, dan bodohnya, ia lupa tidak membawa jaket. Sumpah, Kanin juga tidak tahu dengan jalan pikir otaknya. Tiba-tiba saja, ia membuang mentah-mentah egonya, dan menimang-nimang ucapan Kate tadi siang.

Bola mata Kanin membulat sempurna. Tebak dia lihat apa. Mata Kanin mengedar ke seluruh penjuru koridor, dia harus mencari persembunyian. Sial, apa yang di lakukan Alura tengah malam di rumah sakit?

Alga sudah berapa kali memanggil Dokter, tapi hingga detik ini, tidak ada tanda-tanda seseorang masuk untuk membantunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alga sudah berapa kali memanggil Dokter, tapi hingga detik ini, tidak ada tanda-tanda seseorang masuk untuk membantunya.

Tangan Alga mencengkeram di balik selimut, sebisa mungkin Alga membuang dan menarik nafas. Masker oksigen di wajahnya seperti tidak berguna, ia sesak nafas, tidak ada pasokan oksigen yang masuk.

Alga menoleh dengan hati-hati, sungguh, ia masih takut menggerakkan tubuhnya, ia takut dadanya kembali sakit.

Kanin menghembus nafas lega, saat Alura tidak menyadari keberadaanya. Keningnya berkerut, apa yang di lakukan gadis itu di rumah sakit. Jangan-jangan, Alura tahu kekasihnya si Alga masih hidup? Dan tengah di rawat di rumah sakit ini?

Kanin mempercepat langkahnya. Jika iya, rencananya akan gagal total. Kanin membuka handle pintu ruangan Alga. Hening, tidak ada suara apa-apa, membuat Kanin berfikir negatif.

Kanin melangkah mendekat. "ASTAGA!" Kanin menghampiri brankar Alga. Lelaki itu tengah bernafas kesusahan. Kanin bisa melihat tatapan Alga seperti meminta pertolongan padanya. Dengan cepat tangan Kanin menyentuh bel darurat.

Dokter yang menangani Alga tersenyum, berusaha menenangkan Kanin yang terlihat masih panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dokter yang menangani Alga tersenyum, berusaha menenangkan Kanin yang terlihat masih panik. Siapa juga yang tidak panik, dada Alga sudah mengembang tinggi, bahkan rambut Alga hingga lepek saking banyaknya keringat. Kanin bisa merasakan bagaimana mana Alga berusaha untuk tetap dalam kondisi sadar. Pasti lelaki itu sangat tersiksa.

Dokter bilang bahwa saturasi oksigen yang Alga hirup dalam tekanan rendah. Hingga hanya beberapa persen saja oksigen yang mampu Alga hirup, membuat lelaki itu sesak nafas. Dan anehnya mesin elektrokardiogram monitor Alga mati, membuat para Dokter tidak mengetahui keadaan darurat Alga. Ini seperti direncanakan.

Seolah, memang ada yang berniat membunuh Alga.

Kanin jadi menimang-nimang ucapan Kate.

Kanin menatap Alga yang tengah tertidur pulas. Mengusap beberapa buih keringat di dahi Alga.

Duh, kenapa Kanin jadi merasa bersalah begini.

"Jangan pergi." Kanin membeku, dia tidak salah dengar kan?

Perlahan kelopak mata Alga membuka, bola mata coklat Alga mengedar ke seluruh penjuru ruangan, sebelum berhenti menatap kedua bola mata boba milik Kanin. Kenapa Kanin merasa untuk meneguk ludah jadi kesulitan begini. Dan tangannya juga kaku, masih berada di puncak kepala lelaki tersebut.

"Kanin, jangan pergi," seru Alga lemah.

"Kanin, jangan pergi," seru Alga lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Nah loh, aku kena writer block. Tolong, aku kaya tiba-tiba bingung lanjutin cerita REVENGE yang padahal udah aku susun dengan rapih di otak sampai ending.

Maaf banget kalo part ini rada engga enak di baca. Maaf juga kalo typo.

Kasih tahu aku, cara mengembalikan mood kalo lagi males nulis😖

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang