09. Teman Virtual

573 64 19
                                    

Terbangun pukul 4 pagi setelah puas memaki kekecewaan di lantai atas gedung yang terhenti pembangunannya bersama Varo, Rasya masih mencoba menggali kesadaran di tengah dingin yang berasal dari pendingin ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terbangun pukul 4 pagi setelah puas memaki kekecewaan di lantai atas gedung yang terhenti pembangunannya bersama Varo, Rasya masih mencoba menggali kesadaran di tengah dingin yang berasal dari pendingin ruangan. Yang dia ingat, dirinya sampai di rumah digotong oleh badan Varo yang tidak lebih besar dari dirinya dalam keadaan napas tak beraturan. Setelahnya ia tak mengetahui apapun hingga terbangun di kamarnya sendiri dengan pakaian yang sudah berganti menjadi piyama. Pun di sebelahnya terdapat Rasyi yang masih terlelap, seperti biasa.

Tangannya mengurut sedikit tulang hidung, berharap pening yang mendera sedikit berkurang. Anak itu kini duduk di pinggir ranjang, menghadap pada kain gorden yang sedikit terbuka, menampakkan bulan terang yang setengahnya tertutup awan. Tiba-tiba saja dia terkekeh. Menertawai dirinya sendiri yang bisa dengan mudah melupakan hal yang bahkan membuatnya memaki habis-habisan.

Selalu seperti ini, setiap hal yang membuat hatinya kesal dan mulai menyalahkan keadaan menyerang, seluruhnya akan sembuh hanya dengan sekali tidur. Seperti sekarang, rasa marah dan kecewa terhadap Ramia yang awalnya ingin ia ledakkan tepat di depan wajah ibunya itu mendadak hilang dan terganti oleh rasa rindu ingin memeluk.

"Rasya, Rasya. Bodoh banget, heran." Dia tak menyalahkan siapapun, bahkan dirinya sendiri sebab tak pernah bisa berkata dengan lantang tentang keresahannya di depan yang bersangkutan. Dia hanya tertawa, menertawakan kebodohan, menertawakan makian yang telah dia keluarkan, menertawakan hari-hari ke depan yang akan penuh dengan kekecewaan lainnya.

Lama dia terdiam hingga akhirnya memutuskan berjalan mendekati kain gorden, menyibaknya sampai terbuka seluruhnya. Sisa-sisa langit malam masih terlihat. Bulan yang mulai pudar, bintang yang jumlahnya dapat dihitung.

Biasanya jika ini adalah hari minggu atau hari libur, Rasya akan dengan sengaja bangun sebelum pagi, duduk menghadap bulan hingga matahari terbit. Mengucapkan selamat tinggal pada benda-benda langit malam, menyambut matahari.

Pesan terakhir yang dikirim oleh Ramia, yang membuat hati Rasya sedikit tenang dan terobati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan terakhir yang dikirim oleh Ramia, yang membuat hati Rasya sedikit tenang dan terobati. Anak itu masih belum menanggapi pesan ibunya, tetapi mengingat bagaimana pesan itu sampai pada ponselnya sesaat sebelum dia tumbang di tangan Varo membuat hatinya lega begitu saja. Walau Ramia tak mendatanginya, menyentuh kepalanya atau memeluknya untuk meminta maaf seperti yang ia harapkan, tetap saja pesan tersebut sudah bisa membuatnya melepaskan semua kemarahan yang bergumul di kepalanya itu pergi begitu saja.

Elegi Langit Malam | Fourth NattawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang