8

380 36 12
                                    

tak!

"aww, ih sakit!!"

rora menatap nyalang junkyu yang berada dibawahnya, kakaknya itu tak menampilkan wajah menyesal sama sekali setelah menjentik keras jidatnya yang mulus itu.

"cepet turun" ucap junkyu tak menghiraukan rora sama sekali

"saya mau kerja rora" lanjutnya saat rora balik tak menghiraukannya. junkyu memijat pangkal hidungnya, ia tak ingin kepancing emosi pagi pagi bagini tapi sang adik mencari perkara dengan tak mendengarkan perkataannya.

junkyu menghela nafasnya pelan sebelum bangkit duduk yang dimana otomatis membuat rora juga ikut terduduk. gadis itu lantas membolakan kedua bola matanya terlebih sang kakak yang kini bangkit berdiri dan dirinya yang berada di gendongan.

dugh!

"anjing!"

"mulut"

dalam sekejap tubuh rora kini sudah berpindah tempat keatas kasur, junkyu melemparnya begitu saja bagaikan barang. tanpa sepatah kata, junkyu beranjak meraih handuknya dan berjalan kekamar mandi untuk membasuh tubuh, meninggalkan rora dengan rasa jengkelnya.

rora sendiri kembali duduk, ia mengangkat tangannya dan meregangkan tubuhnya kesamping kanan juga kiri, tanpa sadar bibir mungilnya itu terpout lucu, hatinya begitu berisik dalam memaki yang lebih tua.

"untung kasur mahal, ga encok encok banget badan gue"

"dasar junkyu!"

tak ingin membuang waktu, rora bangkit berdiri, ia akan turun kebawah mencari sang papa dan mama terlebih lagi makhluk yang hidup didalam perutnya seolah berdemo meminta sesuap nasi.

tangga demi tangga telah terlewati namun hening masih melanda, bukankah keduanya harusnya kini sudah bangun untuk bergelut dengan beberapa alat masak di dapur juga bersantai menonton televisi sambil meminum kopi panasnya?

langkah kaki itu membawanya menuju kamar kedua orangtuanya ketika tak ia temukan seorangpun diruang tamu maupun dapur, namun kini ia juga hanya menemukan kekosongan. dimana yang katanya akan pulang telat itu? mereka bahkan tak pulang.

rora berdecak pelan sebelum melanjutkan langkah kakinya kembali menuju dapur, ia lapar, ia harus memasak sesuatu untuk ia makan.

sebuah garis lurus yang melengkung kini tercipta pada wajah cantik rora saat melihat banyak bahan makanan yang  cukup untuk ia buat untuk jadi apa saja, wahh ini adalah surga dunia bagi dirinya yang suka memasak.

tak butuh lama setelah berkutat beberapa menit didepan panasnya wajan dan kompor, makanan sudah tersaji rapi diatas meja, rora yang tadinya hanya ingin memasak makanan untuk dirinya sendiri teralihkan ketika mengingat bahwa ada seonggok manusia lain selain dirinya dirumah ini.

"kemana sih lama banget? belum turun turun juga"

"elah mana gue udah laper"

kaki itu kembali menuntunnya untuk menaiki anak tangga guna menghampiri sang kakak yang tak kunjung turun, tak ada yang tahu jika nantinya ia mendapati pemuda itu kembali tertidur.

rora mengetuk pintu kamar itu sebelum meraih gagang pintu dan bergegas masuk tanpa menanti jawaban dari sang pemilik kamar yang kini masih berada didepan kaca dan berkutat rusuh dengan kemeja juga dasinya, rora harus membuang jauh-jauh pemikirannya yang sempat bersangka bahwa junkyu kembali tertidur.

"lama banget? masuk kerja jam berapa sih? ga dimarah emangnya? mana belum sarapan"

"kak?"

"ck, kamu kalau cuma mau ngomel keluar lagi aja, berisik"

°love meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang