dengan senyum kikuk dan mengucap kata maaf dengan pelan, sang sekretaris pun berjalan keluar meninggalkan ruangan.
junkyu menghela nafasnya pelan sebelum mendongak menatap rora yang berdiri disisinya.
"maksud kamu apa?"rora mengernyitkan dahinya, ia menatap junkyu dengan pandangan kesal dan berucap, "apa?"
"lo ga terima dibagian yang mana? lo punya gue atau yang gue panggil sayang?" lanjutnya saat junkyu hanya bergeming dengan tatapan tajamnya.
"kamu ga sopan, dia itu sekretaris saya"
mendengar itu rora lantas menarik bibirnya, ia mengalihkan pandangannya sebentar sebelum kembali menatap junkyu.
"sadar ga sih? dia ngegodain elo kak! lihat pakaian dia, make up dia, pandangan dia! gue bisa tau itu sebagai sesama cewek!"
"ya terus kenapa?! masalahnya di kamu apa? sadar ngga? kamu juga ga beda jauh sama dia"
bagaikan tersambar petir, hati rora mencelos, ia sakit hati. kedua bola matanya yang biasanya berbinar indah itu kini memancarkan kesedihan dan kekecewaannya.
bendungan kecil yang barusaja terbentuk itu bisa merembes kapan saja, junkyu yang sadar akan ucapannya hendak berdiri dan meminta maaf namun suara rora kembali menginterupsi.
"lo samain gue sama dia? gue tanya dulu deh, lo udah nerima gue sebagai adik lo apa belum? belum ya? soalnya kalau lo udah nganggep gue adik, gue yakin lo ga bakalan punya pemikiran kaya begitu ke gue-"
"tapi kalau belum, sumpah gue sakit hati banget, gue cuma nyoba buat narik atensi lo doang, cuma buat mastiin lo udah nerima kehadiran gue apa belum... kaya lo marah ga gue jahilin? lo ngamuk ga kalau gue maki? salah banget respon lo yang santai itu buat gue percaya kalau lo udah nerima gue"
tetes demi tetes telah terbuang sia-sia dengan sejalannya kata kata yang terucap dari bibir rora, tubuhnya bergetar hebat ketika harus mati-matian menahan isak tangisnya.
"it's okay sih, bukan salah lo juga, gue nya aja yang orang asing ini tiba-tiba dateng ke kehidupan anak tunggal lo dan dengan seenak jidatnya minta dianggep sebagai adik"
ditempatnya junkyu menggeleng pelan, ia menatap rora dengan sendu, ia telah menyakiti hati gadis kecilnya. bukan dirinya yang tiba-tiba datang dan masuk seenaknya kedalam keluarga mereka melainkan kedua orangtuanya lah yang membawa rora kerumahnya.
"lucu ya, ketika gue pengennya dimaki-maki aja ketimbang lo katain kaya tadi, bodoh banget emang"
setelah mengatakan itu, rora dengan segera menghapus jejak air matanya dan meraih slingbag nya yang terletak begitu saja diatas sofa.
"gue balik" ucapnya dan melangkah dengan cepat meninggalkan junkyu dan ruangan tersebut, ia bahkan tidak menoleh sedikit pun pada lelaki itu.
junkyu tak tau harus apa, ia mengacak rambutnya frustasi, belum ada setengah hari tapi keduanya telah bertengkar hebat, adiknya itu bahkan sampai menangis akibat perkataan bodohnya.
ia tak berfikir bahwa perkataannya itu begitu mengusik rora hingga membuatnya menangis, namun setelah ia pikir kembali, itu adalah hal yang tak seharusnya ia ucapkan, bagaimana bisa ia menyamakan adiknya itu pada sekretarisnya yang telah dideskripsikan sedemikian rupa oleh sang adik?
dilain tempat, setelah beberapa menit lamanya diperjalanan rora akhirnya turun dari sebuah taxi. sudah sepuluh tahun lamanya rora tak tinggal disini, ia masih kecil saat itu dan kembali lagi ketika dirinya telah cukup besar, dan sungguh... ia tak tau jalan dan alamat menuju rumahnya.
kepala itu bergerak kesana dan kemari mencoba untuk mengetahui dimana posisinya sekarang. jalanan ramai pengendara, banyak beberapa toko grosis juga pedagang kaki lima disetiap pinggir jalan.
ia akhirnya teringat sesuatu dan meraih tas nya untuk ia buka, namun mata itu terbelalak ketika benda yang ia cari tak ada didalam. dengan tergesa ia merogoh saku rok nya namun tetap nihil, ia kemudian memejamkan matanya kuat kuat ketika mengingat bahwa ia mengeluarkan ponselnya saat diruangan junkyu tadi, jadi sudah pasti tertinggal. baiklah, ia akan menangis terus sepanjang hari ini.
menit dan detik telah berlalu, jam kini menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya pulang. junkyu bergegas membereskan beberapa berkasnya dan meraih jas nya yang tergantung di pojok ruangan. meskipun dirinya ini adalah pemilik perusahaan, ia menerapkan diri untuk disiplin dan tetap menjalankan tugasnya, jadi tak heran jika ia tetap masuk ketika bos-bos lain diluar sana hanya memantau dari rumah, dirinya itu bahkan rela lembur ketika kerjaannya belum selesai.
saat ingin meraih tas kerjanya, junkyu dibuat kaget karena mendengar suara benda jatuh dari atas tasnya, itu ponsel rora, beruntung jatuhnya diatas meja jadi tidak akan rusak.
junkyu meraih ponsel tersebut dan memasukkannya kedalam jas nya, ia melangkah keluar dan tiba disebuah lift ia menyadari suatu hal. apakah rora telah sampai dirumah?
pemuda itu dengan cepat meraih ponselnya disaku dan menelepon security rumahnya, ia bertanya apakah rora sudah pulang kerumah? dan jawaban yang tak ingin ia dengar malah terucap oleh securitynya, gadis itu belum pulang.
kalang kabut, junkyu menelfon beberapa kenalannya untuk ia minta bantui, jika terjadi sesuatu pada rora ia benar-benar tidak akan memaafkan dirinya, terlebih lagi ia akan habis dimarahi oleh kedua orangtuanya. itu tidak boleh terjadi.
hari semakin gelap, hujan tampaknya akan segera turun tapi rora masih dijalan yang tak ia ketahui, air mata itu tak henti hentinya keluar membasahi pipinya sejak tadi. ia takut, dirinya tak suka hujan karena pasti akan dibarengi oleh petir, sekali lagi, ia takut..
dirinya terus berjalan tanpa arah yang jelas, disaat begini ia harap mama, papa, bahkan kakaknya yang jahat itu datang menjemputnya, akan tetapi harapannya harus pupus akibat kelalaiannya sendiri yang meninggalkan ponselnya, itu adalah jalan satu-satunya agar ia bisa pulang tapi kini tidak, ia bahkan tak hafal satupun nomor keluarganya.
dan pada akhirnya, hal yang paling tak diinginkannya terjadi. hujan turun sederas-derasnya, langit pun menghitam sepenuhnya.
rora menutupi kepalanya dan berlari cepat mencari tempat untuk berteduh, ia memeluk dirinya yang menggigil kedinginan ketika tiba di sebuah ruko kosong. jalanan perlahan sepi akibat hujan yang turun kian derasnya, rasa takut semakin menyelimuti dirinya, semoga tidak ada orang jahat dan meminta petir untuk tidak muncul dulu saat ini.
kepalanya pusing, badannya melemas, ia hampir saja kehilangan kesadarannya kalau saja sebuah mobil tak berhenti tepat dihadapannya. tangan itu mengepal erat erat, derasnya hujan membuat gadis itu tak mengetahui detail mobil yang berhenti tersebut juga orang yang turun dari sana tampak begitu samar.
dirinya berdoa didalam hati meminta pada sang pencipta agar diberi hidup sedikit lebih lama lagi setidaknya sampai ia mampu membalas semua kebaikan orangtua angkatnya.
"RORA?!!"
rora membuka matanya dengan cepat dan berlari menyambut lelaki yang barusaja meneriakkan namanya. ia memeluknya begitu erat sambil menangis, tak lupa ia juga berterimakasih pada sang pencipta yang telah mengabulkan doanya karena sekarang, sang kakak telah muncul, tidak ada orang jahat juga petir yang ia takutkan sejak tadi, ia sungguh berterimakasih.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
°love me
Teen Fictionjunkyu treasure ft. rora babymonster [WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Highest rank: #|2| rora #|2| junkyu