09. Sikap Berbeda

108 12 8
                                    

Assalamualaikum, haiii!

Kok update hari ini sih? Kecepetan! Iya maaf, harusnya kan hari Sabtu aja😖

Cuma karena lagi pengen update, jadi update aja deh.

🚒🚒🚒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚒🚒🚒

Hari ini Komandan Fathir mengajak Biru untuk bertemu di suatu tempat. Entah tempat apa sebenarnya yang ia tuju ini, karena sejak tadi Biru hanya melihat ke arah google maps yang komandan Fathir kirimkan.

Melihat wajah Salwa tadi, Biru merasa ia pernah mengenalnya sebelumnya. Cantik sudah pasti, Biru pun mengakuinya namun ia tak terlalu ingin menatapnya lebih dalam. Takutnya nanti ia malah zina mata, lagi pula sampai saat ini Biru belum pernah menemukan wanita yang disukainya karena sebelumnya Biru hanya fokus dengan pekerjaannya.

Terakhir kali ia jatuh cinta mungkin sejak SMP. Itu pun hanya sebatas pengagum rahasia biasa, tak sampai berencana ingin memilikinya. Hingga beberapa tahun kemudian, ia belum menemukan wanita lain lagi yang mampu untuk menarik hatinya kecuali ada seorang wanita yang kala itu pernah ia tolong saat tiga tahun lalu. Itu pun hanya sebatas cinta pada pandangan pertama saja.

Tapi...tunggu dulu, pria itu masih berpikir sejenak, gadis yang ia tolongnya dulu itu sungguh mirip sekali wajahnya dengan Salwa, dan benar saja setelah dibayangkan sekilas, Biru baru ingat dan yakin sekarang. Gadis itulah yang saat itu berteriak keras di gudang sekolah dan sempat terkunci di sana. Sepertinya ia tak mungkin salah mengingat, karena wajah wanita itu tak banyak berubah malah saat ini wajahnya semakin terlihat cantik.

"Yaudah supaya lebih aman. Kita sama-sama pegang ujung kayu ini, dan jangan jauh-jauh dari saya."

"Hah? Bapaknya gak modus, kan?"

"Ini dalam bahaya. Cepat pegang kayunya!"

Biru masih tak menyangka karena akan bertemu dengannya lagi, kejadian tiga tahun lalu masih terekam jelas dalam pikirannya dan saat itu pula Biru sudah jatuh hati padanya.

Soal perjodohan Biru masih perlu memikirkannya. Ia takut Salwa tak suka dengan perjodohan ini, apalagi melafalkan akad tanpa sepengetahuannya. Bagaimana nanti jika sewaktu-waktu Salwa sudah tahu, dan ia malah ingin meminta untuk menceraikannya?

Bagaimana bisa Biru membuatnya jatuh cinta padanya? Ia bahkan tak tahu bagaimana caranya untuk bisa menjadi pria romantis seperti dinovel-novel romansa religi.

"Astaghfirullah, mikir apa sih? Fokus ke jalanan!" Biru menggelengkan kepalanya.

Lima belas menit berlalu, Biru mulai tiba di sebuah taman indah yang penuh dengan aneka bunga yang berwarna-warni.

Biru baru saja turun dari motornya, kedua matanya sambil melihat ke sekeliling taman.

"Ini serius tempatnya?" Biru menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.

Janji Ksatria BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang