10. Dalam Istikharah

79 11 3
                                    

Assalamualaikum, haloo👐

Info update aku ubah jadi hari Rabu dan Sabtu. Tapi buat hari Rabu kadang² aja sih up-nya.

Sebelum baca, pencet dulu tombol votenya, kalau bisa komen.⭐

•••

"Tentang Istikharah, pada hakikatnya bukan untuk memilih satu diantara dua pilihan. Tapi, untuk menetapkan hati pada satu pilihan."

--0o0--

--0o0--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚒🚒🚒

Di sebuah ruangan kamar dengan warna cat perpaduan antara putih dan biru muda, Salwa hanya bisa berdiam diri di atas kasurnya. Kedua matanya memerah dan di pipinya juga terlihat basah bekas air matanya. Gadis itu sebenarnya masih kepikiran dengan omongan Seira yang menyakiti hatinya. Selama ini Salwa sudah berusaha menjaga dirinya dengan baik, menjaga kehormatannya sendiri sebagai wanita. Ia juga tak sama sekali ingin mencari perhatian dengan Pak Riki. Lagi pula untuk apa ia melakukan hal serendah itu? Sampai Seira dengan berani menyebutnya sebagai wanita murahan, wanita gampangan. Apa maksudnya?

Salwa sebenarnya ingin sekali membalas ucapan Seira dengan kemarahannya sendiri, namun ia tak ingin lisannya dikotori oleh hal semacam itu. Melayani orang yang berani menghinanya, membuat waktunya menjadi terbuang sia-sia.

Salwa memeluk erat boneka gajahnya. Perlahan air matanya menetes kembali. Kali ini, ia sambil terisak.

Tok tok tok

Refleks Salwa langsung menghapus air matanya, dan mencoba untuk bisa kembali tersenyum. Ia tak ingin sampai kedua orang tuanya melihat dirinya menangis. Nanti bisa-bisa mereka terus bertanya tentang apa yang terjadi dengannya, dan membuat keduanya menjadi khawatir.

"Salwa? Lagi apa?" tanya Bilqis.

Salwa menoleh ke arahnya sambil tersenyum, "Gak kok, Muya. Salwa lagi diem aja."

Bilqis menatap wajah putrinya yang sedikit terlihat sembab.

"Bener gapapa?" Bilqis memastikan.

"Tak apa Muyaku yang cantik jelita," Salwa tiba-tiba memeluk Bilqis.

Bilqis hanya terkekeh pelan lalu ia mulai membalas pelukan putrinya.

"Wa, besok pagi Muya sama Buya pergi dulu ya. Ada acara penting pagi-pagi. Kamu gapapa tinggal di sini sendirian?" tanya Bilqis sambil mengusap puncak kepala Salwa.

Dahi Salwa berkerut, "Acara apa kok pagi-pagi?"

"Yaaa ada." Bilqis tak ingin memberitahu lebih detailnya.

Janji Ksatria BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang