07. Tiga Kali Pertemuan

99 15 3
                                    

Assalamualaikum, halo✨

Gimana kabarnya? Semoga sehat-sehat yaaa.

•••

"Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua yang datang adalah takdir Tuhan. Yang baik melatih kita untuk bersyukur dan yang kurang baik mengajarkan kita untuk bersabar."

🚒🚒🚒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚒🚒🚒

"Saya baru saja mendapatkan pesan dari Kapten Biru, katanya dia tak ingin membuat kamu masuk ke dalam penjara, Dadvar!" ucap komandan Fathir.

Khalid dan Faris terbelalak kaget, bagaimana bisa Biru memutuskan untuk tak memenjarakan Dadvar, sedangkan seseorang yang sudah ia anggap sebagai sahabat sejatinya itu telah mengkhianatinya saat ini dengan berpura-pura biasa saja di depan, namun di belakangnya ternyata ia menyimpan dendam.

Dadvar hanya terdiam. Ia sama sekali tak merasa senang karena Biru tak memenjarakannya. Dadvar berpikir bahwa Biru sengaja ingin bersikap sok baik di depan komandannya agar pria itu bisa dipuji lagi.

Khalid berdecak pelan, "Saya bener-bener gak setuju!"

"Sama. Saya juga!" tekan Faris.

Dadvar hanya memutar bola matanya.

"Sudah lah. Ini sudah menjadi keputusan Biru. Tapi inget Dadvar, mulai hari ini kamu sudah saya keluarkan dari anggota damkar. Saya tidak ingin memiliki seorang ksatria yang pengkhianat. Apalagi sampai memfitnah seseorang. Mungkin hati saya tak bisa sebaik dan seluas hati seorang Albirru.Jadi mulai hari ini saya akan mengeluarkan kamu!"

Para petugas polisi itu pun refleks mulai membuka kunci borgol dari kedua tangan Dadvar.

Dadvar menghela nafasnya kasar. Sepertinya hidupnya ini sudah berakhir sekarang, jika begini akhirnya mungkin lebih baik ia memilih untuk di penjara daripada ia harus dikeluarkan dari anggota personel damkar.

"Komandan tapi sa--"

"Tidak. Saya tidak ingin mendengar apapun lagi dari mulut kamu. Saya kecewa! Udah ayo, Lid! Ris!" ajak komandan Fathir.

Setelah mereka bertiga pergi meninggalkannya, sontak Dadvar seketika mulai memukul sebuah tembok dengan kepalan tangannya sebagai bahan pelampiasan kemarahannya.

Bug!

"Awas aja kamu, Biru! Kamu sudah menghancurkan hidup saya." kesalnya.

Komandan Fathir hanya bisa terdiam menatap dua orang pria di hadapannya yang saat ini terlihat termenung sedih. Sontak komandan Fathir mulai menepuk kedua bahu mereka.

"Khalid, Faris. Sudah jangan emosi lagi, sabar. Dan setelah kapten kalian sudah selesai menenangkan dirinya, tolong kalian berdua hibur dia, ya?" pesannya.

Janji Ksatria BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang