02

1.2K 152 7
                                    

Enjoy the story (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

***

Siang itu, Garin, anak kecil bersurai hijau itu tengah memainkan makanan nya sembari melirik ke arah pintu berkali kali.

Perawat yang menjaga nya sedari tadi selalu ia sinisi dan ia bentak, menolak untuk di suapi selain oleh Harris. Jika tidak, ia tak mau makan. Dan yang menjadi masalahnya sekarang adalah, Harris tengah sibuk mengurus surat adopsi Garin, dan menyerahkan hak asuh Garin kepadanya bukanlah hal yang mudah seperti membalik kertas tentunya.

Sudah hampir dua jam makanan itu tak tersentuh sama sekali, para perawat yang menjaga Garin juga mulai merasa lelah. Mereka akhirnya memberi tahu hal tersebut kepada dokter.

Setelah beberapa saat, pintu terbuka, dan memperlihatkan pria manis bersurai merah yang sedari tadi di nanti nanti oleh Garin. Harris.

"Ka Ayyis!.." Garin tersenyum manis lalu memeluk Harris dengan erat.

Harris melirik piring makan Garin yang masih penuh dan sudah dingin sejenak, lalu ia menghela nafas sembari tersenyum tipis, dan membalas pelukan itu.

"Garin.. kenapa makanan nya di diemin aja? Kasian dong kalo ga dimakan, nangis nanti dianya.." ujar Harris dengan lembut sembari duduk di tepi kasur, dan mengelus lembut kepala Garin.

"No.. Garin don't want to eat.. mau di suap ka Ayyis.." rengek Garin dengan manja, sembari masih memeluk Harris erat.

Harris tersenyum, lalu mencium lembut kepala Garin. Setelah itu dia memanggil salah satu perawat dan meminta makanan baru yang masih hangat untuk Garin.

Setelah menunggu beberapa menit, makanan baru yang hangat sudah kembali diantar. Harris lalu dengan perlahan menyuapi Garin.

"Maaf kalo ga enak ya, nanti setelah keluar dari sini, aku masakin makanan yang enak deh.."

Mendengar itu, Garin tersenyum. Namun yang ia pikirkan bukan makanan, tapi ia berfikir, berarti setelah keluar dari rumah sakit, dia tak akan berpisah dari pria manis nan baik di hadapan nya ini. Itu sudah membuatnya bahagia dan tenang.

"Ka Ayyis, aku bakal tinggal sama kaka?.." tanya Garin dengan ragu ragu

Harris tersenyum lalu mengangguk mantap. "Kamu bakal aku angkat jadi anak ku.. gapapa kan, Garin?"

Senyum Garin tampak semakin lebar, ia sangat senang sekarang. Mengingat ia tak akan sendirian lagi di dunia yang kejam ini. Entah mengapa, berada di sisi Harris membuatnya merasa begitu bahagia dan ringan. Seakan semua masalahnya melayang jauh ke tempat antah beranta.

"So.. Can i call you Dad?.. " Garin menatap Harris dengan tatapan penuh harap, bahkan matanya bersinar sinar memancarkan aura kepolosan seorang anak.

Tentu Harris tak lagi dapat menahan tawa gemas nya. Ia langsung menciumi pipi Garin dengan lembut lalu mengangguk.

"Sure sure.. just call me whatever you want, my dear" Harris mencubit lembut pipi Garin, lalu kembali menyuapi anak manis itu dengan sabar.

Akhirnya siang menjelang sore itu menjadi acara makan dan obrolan santai orang tua dan anak bagi mereka berdua. Suasana manis benar benar terbangun diantara kedua insan yang bertemu karna ketidaksengajaan itu, membangun keharmonisan keluarga baru.












































[2 tahun kemudian, kediaman Chana] 06.15 AM

"Dad! I can't find my socks!~.."

Stay away from my mom, guys! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang