Bagian 7

190 29 2
                                    

Plastik hitam itu ia jinjing malas, sedangkan sebelah tangan nya yang tengah memegang botol soju. Di perjalanan pulangpun, Hyunjin masih menenggak minuman memabukkan itu.

"Hik, ah.. Dingin sekali." Racaunya.

Beberapa orang yang melihat hanya acuh, sesekali menghindari tubuh tinggi itu saat oleng.

Brak

Prang

Hyunjin menatap isi plastik nya yang berceceran keluar, 4 botol soju itu tak bisa di selamatkan. Berhamburan di trotoar.

Tegukan terakhir, ia menatap tajam pria di depannya. "Brengsek."

"Yak, kau yang brengsek. Bajingan, gunakan mata mu."

Si pria yang menabraknya tak mau kalah, ia mendorong tubuh Hyunjin dengan kasar menarik nya hingga memasuki gang gelap yang tak jauh dari mereka berdiri.

Dengan kepala yang masih berat karena pengaruh alkohol itu membuat Hyunjin tak bisa melawan kala wajah nya di pukuli.

"Cuih, bajingan." Pria itu meludah, lalu berbalik.

Hyunjin yang sudah terkapar di tanah terkekeh, menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Dengan sekuat tenaga bangkit, mengambil botol sojunya yang tadi terlempar.

Buk

Pukulan itu cukup kuat, si pria langsung jatuh ke tanah dengan darah yang sedikit demi sedikit membasahi.

"Brengsek, aku hanya ingin membeli soju."

"Kau—hah.. nasib mu jelek sekali."

Hyunjin dengan kesal menusuk tubuh itu berulang kali, dengan sisi yang tajam karena hantaman keras tadi.

Bunyi daging juga darah terasa mencekam di malam itu, Hyunjin menyeka darah yang menyemprot ke wajah nya. "Hehehe.. menyenangkan sekali."

Tangan itu mengayun tinggi, sebelum akhirnya ujung botol tajam itu menancap di kepala pria yang kini sudah meregang nyawa.

Suara langit menggelegar, awan hitam sudah selimuti seluruh penjuru kota.

Hyunjin mendongak, hujan turun deras. Ia menikmati setiap tetes yang menyapa wajahnya.

Aliran air hujan buat tubuhnya kembali bersih, tetesan darah yang basahi bajunya hilang terbawa air.

Hyunjin bangkit, kembali berjalan ke apartemen nya dengan langkah goyah. Malam ini ia mungkin akan menghabiskan waktu dengan tidur.

Cekrek

Cekrek

"Wah, ini penemuan yang gila." Pria di atas gedung itu mengklik foto-foto yang baru saja ia dapatkan.

Getaran di sakunya, membuat ia mengambil benda canggih itu.

"Kau dimana Ji?"

"Aku menemukan harta karun, kau pasti setuju dengan ucapan ku."

Yang di panggil Ji itu tak mengindahkan nada kesal di ujung telpon sana, ia masih tersenyum lebar menatap foto-foto di kamera nya.

"Cepat kembali, atau kau tidak bisa tidur di atas kasur!"

Panggilan di putuskan sepihak, membuat pria itu mendecih. Ia memakai kembali tutup kepala Hoodienya sebelum turun dari atas gedung dengan tali yang melingkar di pinggang nya.

Pokoknya dia harus mendapatkan pria tadi.



.
.

.
.
.



"Makanan mu!"

Piring bulat dengan 1 roti juga susu kotak itu menjadi makan malam nya, Felix menarik piring itu mendekat, "te-terima kasih." Cicitnya kecil.

Ia tak peduli, bagaimana penampilan roti yang kini jarinya sentuh. Mendapatkan makan malam saja membuat ia bersyukur, rasa pahit yang menyapa lidahnya hanya membuat dahi Feli mengkerut.

Di dalam ruang 3*3 dengan pintu besi, tak ada fentilasi udara selain bawah pintu yang sedikit tinggi 15cm untuk makanan keluar masuk.

Felix menepuk dadanya, "u-uhuk.."

Ia lalu meraih susu kotak, merobek ujungnya dengan gigi.

Gulp

Binar mata itu bergetar, sebelah tangannya meremat celana lusuh yang ia gunakan.

Gulp

Gulp

Dengan tangan gemetar, ia kembali menyimpan kotak yang masih berisi setengah itu.

Felix kembali duduk ke sudut ruangan, dengan kaki menekuk hingga ke dada. Tangannya meremat perut, rasanya seperti tengah di pelintir isi perutnya.

Seperti itu setiap hari, hanya akan ada makanan basi. Entah sudah expired 2 hari atau bahkan 1 minggu, susu itu sudah menggumpal dan terasa aneh.

Felix kembali menangis, "K-kak Hyun, hiks.."

"Jahat, J-jahat sekali."

Di setiap ruangan itu sudah ada cctv yang memantau, Jaehyun menatap komputer nya. Ia bersandar dengan nyaman, ternyata keputusannya untuk mengambil anak idiot itu salah.

Ia sudah menyewa beberapa dokter juga profesor, tapi tetap saja mereka bilang pria cantik itu tidak bisa di sembuhkan.

"Apa aku harus membuang nya?" Ucap Jaehyun dengan jari yang mengetuk dagu.

Ryujin yang berada di belakang nya memutar bola mata malas. "Setidaknya dia berguna untuk para psikopat sex, walaupun nanti mungkin si idiot itu akan semakin rusak." Balas Ryujin sembari terkekeh.

Jaehyun mengangguk setuju, walaupun begitu sudah setahun belakangan ini Felix lah yang selalu mendapatkan pelanggan, juga bayaran yang cukup besar.

"Kau benar, siapkan dia. Kita akan menampilkan nya di ruang para eksekutif nanti."

"Kau yakin?"

"Hm, sebaiknya dia di jual saja. Walau dengan harga rendah sekalipun, setidaknya itu yang bisa dia lakukan."

"Dengan senang hati." Ryujin tersenyum miring, ia bisa bermain dengan si idiot itu.








Tbc🌹

Mianhe (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang