Bagian 9

168 32 7
                                    

Ketukan pintu membuat Hyunjin meringis, ia memijat pelipisnya pelan. "Siapa?" Bisiknya.

Sungguh, ia sudah tidak memiliki tenaga lagi. Tubuh Hyunjin pun menggigil kecil, entah karena hujan semalam atau imunnya tubuhnya yang menurun karena konsumsi alkohol.

Pria yang mengetuk pintu itu menunggu tak sabar, "aku sudah pastikan jika dia tidak kemanapun setelah itu."

"Min, ayolah kau hacker handal. Bobol saja pintu nya." Ucapnya tak sabaran.

Min, atau lebih tepatnya Seungmin, pria yang dijuluki puppy itu mendengus. Sebenarnya sangat malas jika harus di partner kan dengan si tupai Han Jisung.

Seungmin mengeluarkan alat tempurnya, satu set alat untuk sidik jari. Dengan waktu singkat tak lebih dari 3 menit ia bisa membuka pintu itu.

"Astaga!"

Seungmin yang mendengar jeritan Jisung ikut berlari ke dalam.

"Ayo ke mansion!" Ucapnya sembari menggendong Hyunjin di punggung.

Seungmin mengangguk, mereka membawa tubuh demam itu ke mansion utama. Tempat dimana mereka bekerja, bukan pekerjaan kantoran pada umumnya.

.
.

Kini tubuh itu terbaring dengan nyaman, sebelah tangan Hyunjin di pasangi jarum infus juga vitamin, Minho segera merapikan alat kedokteran nya.

"Dia hampir sekarat, untung saja cepat di bawa." Ujarnya.

Jisung hanya mengangguk kecil, ia sidah tahu hal apa yang menimpa si pria yang masih terlelap itu. Sebagai seorang informan, mencari informasi adalah hal mudah untuk Jisung.

"Kau yakin dia bisa di manfaatkan, Ji?"

Chris, yang tertua berjalan keluar. Di ikuti Jisung, karena si tupailah yang merekomendasikan Hyunjin.

"Aku rasa dia bisa menjadi berlian jika di poles sedikit saja Hyung. Membunuh orang untuk pertama kali itu juga butuh keberanian."

Chris mengangguk paham, apa yang di katakan Jisung ada benarnya.

Mereka sedang kekurangan anggota, Sam sudah tiada karena tertangkap para mafia. Jadi posisi algojo di tempat mereka kosong.

Christopher Chan, seorang pengusaha tekstil terbesar di korea. Namun, tak hanya itu ia juga memiliki bisnis di dunia bawah tanah. Perdagangan obat terlarang juga senjata api yang langka.

Ia memiliki 6 bawahan seharusnya, namun kematian Sam membuat keseimbangan menara mereka hampir runtuh.

Minho, seorang dokter jenius. Ia menjadi kunci utama untuk keselamatan para bawahan nya jika terjadi peperangan ataupun ada yang terluka.

Changbin. Kepala kepolisian Seoul, walaupun begitu ia merupakan orang kepercayaan Chris untuk mengurus rumor yang beredar jika menyangkut perusahaan Chris ataupun kejahatan yang di lakukan.

Seungmin, seorang Hacker handal. Chris sangat terpukau dengan kecerdasan anggota nya yang satu ini.

Jisung, memang di juluki tupai karena pipinya yang tak pernah berhenti makan hingga mengembang. Tapi pada dasarnya ia seperti belut yang licin jika sudah turun kelapangan untuk mencari informasi klien yang Chris butuhkan.

Jeongin, walaupun masih berseragam sekolah. Ia di percaya Chris untuk terjun di lapangan. Membersihkan tempat kejadian.

Lalu, Sam. Pria asal Sydney itu adalah seorang algojo, pria yang akan menyiksa targetnya hingga mati. Ada ataupun informasi yang di dapatkan, Sam akan tetap membunuh nya.

Semenjak kematian Sam, Chris menghentikan operasi nya untuk menggeledah pelelangan berkedok club malam di pusat Seoul. Kali ini, tempat itu harus benar-benar di berantas hingga ke akarnya.

"Baiklah, setelah dia lebih baik. Aku akan melatih nya." Ucap Chris final.

Jisung tersenyum lebar sembari membungkuk kecil, "Thank, Hyung."

Chris mengangguk tipis sebelum menutup pintu, ia berjalan masuk ke dalam kamar. Tangannya memegang figura kecil yang ada di nakas.

Foto lawas itu terlihat sudah menguning, mungkin saat itu usianya baru memasuki remaja. Di samping nya, anak kecil dengan surai blonde tertawa lebar hingga kedua matanya melengkung seperti bulan sabit.

"Hahh, kau mungkin sudah besar sekarang."

"Harusnya, aku tidak mempercayai ucapan mereka."

Chris menyimpan kembali figura itu, matanya menatap langit yang gelap.




.
.


Hyunjin mengerjap kecil, bibirnya meringis kala merasa perih di punggung tangannya.

"Itu antibiotik."

"Si—akh." Baru saja akan bangkit, seluruh tubuhnya terasa lemas. Hyunjin hanya menatap langit kamar.

Minho yang melihat nya hanya terkekeh, ia memang baru saja menyuntikkan tambahan antibiotik di cairan infus. Mungkin rasanya akan sedikit sakit.

"Berterima kasih lah, karena kau masih di beri hidup."

Hyunjin hanya diam, padahal ia tidak meminta nya. Ia tidak ingin hidup.

"Seharusnya aku sudah mati." Ucapnya pelan.

Minho mengangguk setuju, "ya. Tapi takdir tidak mengizinkan."

"Muka mulutmu!" Ucap Minho, ia sedikit bangkit agar bisa sejajar dengan Hyunjin.

"Ap—"

Dengan ganas, Minho menekan pipi Hyunjin. Memaksa pil itu di minum, walaupun dengan perlawanan. "Ayo telan!"

"Mmn!!"

Gulk

Gulk

"Pwaah.."

"Brengsek, apa-apaan kau!"

Hyunjin terduduk, menyeka mulutnya. Cairan merah itu membasahi punggung tangannya.

"Seharusnya kau telan! Aku sudah susah payah membuat nya." Ucap Minho kesal. Pil dengan isi cairan merah itu adalah penemuan terbaru nya.

Hyunjin meludahkan nya, rasanya pahit pekat. Seperti telah memakan deterjen.

"Dimana ini?"

"Welcome to your Hell." Ucap Minho, deretan gigi kelinci itu hiasi senyuman nya.





To be continue❤️
08 September 2024

Mianhe (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang