♬ 10. hopeless

87 18 1
                                    

Beberapa bus berkapasitas 40 orang sudah rapi berjajar di depan kampus. Tepat hari ini, para mahasiswa fakultas psikologi angkatan Nala akan melaksanakan kunjungan penelitian ke sebuah panti asuhan anak.

Perlu diketahui, proposal buatan Artha lah yang memiliki jasa besar pada project ini.

"Tempat duduk gue ini."

"Gue duluan."

"Nggak! Gue sama Hawa udah booking duluan."

"Emang bisa booking seat?"

"B-bisa." Nala menjawab dengan lantangnya.

"Udah-udah, gini aja." Hawa mendorong Artha agar duduk di bangku pojok paling belakang, dan sahabatnya itu ia arahkan untuk duduk tepat di sebelahnya.

Sementara dirinya sendiri memilih untuk duduk di depan mereka, bersebelahan dengan orang lain.

"Kok gitu sih Wa?"

"Sttt diem dah, ntar aja pas pulang kita sebelahan."

Nyalinya seketika menciut, sebelumnya Hawa memang mengeluh bahwa dirinya sedang benar-benar mengantuk karena kurang tidur semalam. Nala sadar bahwa dirinya tidak akan bisa duduk damai selama perjalanan, pasti itu salah satu alasan Hawa memilih tempat duduk lain.

Tapi kenapa harus bersebelahan dengan Artha?

"Lo mau permen nggak?"

Tidak ada jawaban, Nala memutuskan untuk mengecek kondisi laki-laki di sebelahnya itu. Rupanya mata itu tengah terlelap damai, tak lupa dengan earphone yang nyaman menyangkut pada kedua telinganya.

"Tai, terus gue ngajak ngobrol siapa dong?" Gadis itu mendengus kesal.

"Diem." Ternyata laki-laki itu tidak tidur, ia melepas salah satu earphone nya dan memberikan benda mungil itu pada Nala. "Denger"

Setelahnya ia kembali memejamkan mata dan bersandar dengan nyaman.

Nala merasa sedikit gagal fokus dengan penampakan Artha dari samping, ia mulai berpikir wajar bila banyak sekali mahasiswi yang terpesona dengan paras laki-laki ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nala merasa sedikit gagal fokus dengan penampakan Artha dari samping, ia mulai berpikir wajar bila banyak sekali mahasiswi yang terpesona dengan paras laki-laki ini.

Ia memasang earphone tersebut dan mencoba ikut memejamkan mata. Terputar sebuah lagu yang cukup tak asing di telinganya.

"Lagunya Nirvana?"

Kelopak mata itu seketika terbuka, "Lo tau?"

"Ngga tau judulnya sih, tapi gue tau Nirvana. Kenapa?"

"Oh, kalau ngga suka lepas aja earphone nya."

Nala hanya mengangkat bahunya dan kembali memejamkan mata tanpa melepas benda yang menyumpal telinganya itu.

Perjalanan mereka pun berlangsung cukup lama hingga sampai ke sebuah panti asuhan yang terletak cukup jauh dari pusat kota.

"DOR!"

Mata gadis itu mengerjap terkejut, "Kurang ajar lo Binala."

"Hehe maaf, bangunn! udah sampe nih."

Satu persatu mereka mulai masuk ke dalam bangunan yang terlihat tak lagi baru itu. Sapaan hangat dari para anak kecil pun menyambut kedatangan mereka.

Sapaan itu, hanya sebuah lambaian tangan dan rekahan senyum yang begitu cerah.

Setelah pembimbing dan perwakilan dari mereka berbincang dengan pemilik panti kemudian membuka acara itu, mereka pun bebas berinteraksi dengan para tuan rumah panti asuhan.

Dengan penuh semangat Nala membagikan susu kotak kepada mereka tanpa terkecuali. Anak-anak itu mengucapkan terimakasih, dengan gerakan tangan. Ia pun mengerahkan gerakan-gerakan tangan yang telah ia pelajari sebelumnya. Ya, Nala memang suka sekali belajar bahasa isyarat. Setidaknya ia bisa berkomunikasi baik dengan teman-teman tuli, meskipun tak selancar mereka yang sehari-hari menggunakan bahasa isyarat.

"Kalian bisa menulis?" Jemarinya lihai mengisyaratkan kata demi kata.

Mereka membalas, "Bisa."

Kemudian Nala membagikan sebuah kertas kepada anak-anak tersebut dan menyuruh mereka untuk menuliskan nama.

Yang lainnya pun turut membantu menempelkan kertas tanda pengenal itu pada baju anak-anak tersebut.

Sesederhana itu alasan Nala untuk bisa tersenyum dengan tulus tanpa sedikitpun paksaan. Tetapi sesaat kemudian atensinya terpaku pada salah satu anak yang tiba-tiba saja menangis.

Ia hendak menghampiri, namun seseorang telah terlebih dahulu menggendong anak kecil yang mungkin masih berusia lima tahun itu. Sang pemilik sempat menjelaskan bahwa beberapa anak yang masih berumur dibawah sepuluh tahun di sini belum terlalu lancar menggunakan bahasa isyarat. Bahkan beberapa diantaranya belum bisa berkomunikasi.

Laki-laki yang mengenakan outer berwarna hitam itu mengelus pucuk kepala sang anak kecil dengan pelan hingga anak itu berhenti menangis.

"Padahal dia kelihatan kayak bukan penyuka anak kecil." Ujar Nala dalam bantinnya.

"Kenapa?" Ia memberanikan diri untik bertanya.

"Rebutan susu, kayaknya."

Gadis itu menancapkan sebuah sedotan pada susu kotak yang tengah ia pegang kemudian meraih tangan anak kecil itu untuk memberi.

"Kasian ya, mereka pengen ngutarain apa yang mereka pengen aja susah. Sementara kita yang bisa, malah dibuat ngeluh setiap saat."

"Makanya, jangan kebanyakan ngeluh." Kalimat singkat itu Artha ucapkan sebelum beranjak meninggalkan Nala di tempat.

Sang gadis bingung dibuatnya, sungguh laki-laki yang susah ditebak. Terkadang ia cukup banyak bicara dan jahil, tapi terkadang ia juga sangat berhemat kata dan cuek. Hal yang seperti ini sangat memacu rasa ingin tau yang dimiliki oleh Nala, bagai sebuah misteri yang ingin dipecahkan, Nala ingin tau lebih banyak soal Artha.

Meskipun mereka akan menikah dengan tujuan formalitas nanti, bolehkan jika ia ingin tau sedikit soal laki-laki yang akan menjadi pasangannya itu?

Tapi tenang saja, Nala tak berniat untuk jatuh cinta. Karena tujuan dari pernikahan mereka sudah terpatri permanen dalam otaknya, bukan dalam hatinya. Ia juga sama sekali tak berniat untuk menyakiti Artha maupun dirinya sendiri. Satu-satunya cara yang efektif adalah tidak saling jatuh cinta. Nala rasa itu semua cukup.

Sejak awal dirinya juga sama sekali tak melihat binar pada pupil mata sang laki-laki, menandakan bahwa dia benar-benar melakukan semua ini semata-mata untuk menjaga kepentingannya sendiri. Entah akan berjalan seperti apa nantinya, gadis itu tak menabur sedikitpun harapan.


♬♩♪♩ ♩♪♩♬

anw, kemarin lupa masukin ucapan bday buat pacarku ini :> semoga dia selalu bahagia, itu aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

anw, kemarin lupa masukin ucapan bday buat pacarku ini :> semoga dia selalu bahagia, itu aja. and- i just want to say i miss his oreo hair so bad :'[

↓ click the star⭐ below please??

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Deceit - Han Taesan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang