Chapter 4 - Khawatir

9 7 0
                                    

Thalassa bangun melihat jam di ponselnya. Sekarang sudah pagi dan menunjukkan pukul 4:28 yang mengartikan kalau dia harus sudah bangun dan memasak bekal. Dia berjalan ke dapur dan mengambil bahan masakan. Pandangannya sangat berat, dia mengedipkan matanya berulang kali karena rasanya sangat berat.

"Hahhh, mataku terus mengantuk karena terlalu berat." Dia mengusap wajahnya lembut dan berusaha menguatkan matanya. Thalassa kembali memotong Bawang Bombay, Tomat, Tahu, dan tidak lupa mengocok telur.

Kemudian dia memasukkan air dengan takaran 3 gelas ke dalam panci untuk direbus. Sambil menunggu air mendidih, Thalassa menambahkan bumbu-bumbu ke dalam telur kocoknya agar rasanya tidak hambar.

Saat air mendidih, Thalassa memasukkan Tomat cincang, Bawang Bombay, dan Tahu potong ke dalam panci. Mengaduknya selagi menunggu matang, memberi garam dan lada ke dalam sup, dan step terakhir adalah menuangkan telur kocok ke dalam sup.
Sub telah matang, Thalassa pergi mandi sembari menunggu supnya dingin.

"Baik, sekarang saatnya mandi." Segera Thalassa masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Mulai dari wajah, leher, dada, perut, hingga ke ujung jari. Aroma tubuhnya sudah wangi berkat sabun yang baru dia pakai, matanya yang sembab sudah kembali kempes dan menjadi mata yang indah dengan bulu mata yang lentik. Thalassa keluar kamar mandi dengan hanya berbalut handuk berwarna putih miliknya.

"Segar sekali, namun terlalu dingin." Kedua tangannya mengusap lengan miliknya untuk menghangatkan dirinya. Thalassa menggunakan pakaiannya lalu merias wajahnya sedikit dan menyiapkan bekalnya. Sedikit aneh, tapi sup sangat enak kalau dimakan, dimana pun itu. Yah meskipun sup enak dimakan saat hangat, namun ketika dingin rasanya jadi lebih segar kok.

"Aku ingin bubur ayam. Pasti tenggorokanku terasa lebih enak." Thalassa memutuskan untuk mencari bubur ayam untuk sarapan dan bekal nya untuk istirahat.

Berjalan beberapa menit, dia menemukan gerobak penjual bubur ayam, sangat murah, hanya 10 ribu saja per porsi. Tanpa pikir panjang, Thalassa memesan satu dan memakannya disana. Rasanya sangat enak, kuahnya tidak terlalu asin dan tidak terlalu manis, juga tekstur buburnya yang sangat lembut membuat Thalassa ingin makan lagi. Potongan ayam suwirnya juga tidak pelit dan begitu gurih. Thalassa akan sering-sering beli bubur disini.

Selesai makan, perjalanannya menuju sekolah semakin cepat karena sekolah sudah dekat. Dia masuk melewati gerbang sekolah dan langsung menuju kelasnya.
Susah payah dia mencoba untuk tidak memikirkan tentang Thelonius hari ini. Dia masuk menginjakkan kakinya di kelas lalu menuju bangkunya. Baru saja dia sampai di bangkunya, terlihat bunga gompie pink sedang tergeletak di mejanya dengan sebotol air minum yang masih disegel.

"Dia...." Thalassa tau ini ulah siapa, namun ketika melihat sekeliling, Thelonius tidak ditemukan. Dia bertanya-tanya di dalam dirinya dimana Thelonius sekarang.

"Thala!" Sang pemilik nama yang sedang mencari Thelonius seketika menoleh dan menatap si pemanggil.

"Eh, Leora, ada apa?" tanyanya singkat.

"Itu, yang di mejamu dari Thelonius, tapi hari ini dia tidak masuk, jadi dia memintaku untuk memberikannya padamu.

"Thelonius tidak masuk? Kalau boleh tahu ada apa?" Thalassa mengerutkan keningnya.

"Jujur saja aku tidak tahu, tadi Thelonius tidak bercerita apapun padaku Thalassa. Dia hanya memintaku untuk melakukan ini." Leora menjawab pertanyaan Thalassa.

"Ohh, jadi begitu, yasudah tidak apa-apa. Terima kasih ya!" ucap Thalassa menepuk pundak Leora, sementara yang ditepuk hanya menganggukkan kepalanya.

Aku mengkhawatirkanmu.

🕐

When The Time Takes You - Thessalonians Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang