Chapter 5 - Kecewa

10 6 0
                                    

"Dia kemana? Pesan.... Apa ku beri dia pesan singkat?" Thalassa khawatir bukan main, pasti ada sesuatu yang tidak beres.

Kalau sakit dia tidak mungkin sakit, kalau ada acara, kenapa tidak memberitahuku?

Pikiranku kacau, aku mencemaskannya. Segera aku mengirim pesan singkat pada Thelonius, berharap agar dia membaca pesanku. Meskipun aku percaya dia akan membalasku, namun perasaanku tetap saja tidak enak dan kurang nyaman.

"Apa-apaan pergi tanpa bilang ini." Pembelajaran hampir dimulai namun pikiranku tidak tenang. Tapi terpaksa, jika aku tidak tenang, hariku di sekolah akan sia-sia. Tak terasa istirahat telah datang dan membuatku lapar.

"Aku akan makan bekalku." Kotak bekal yang sudah kusiapkan itu ku buka dengan hati-hati, bersama sup yang ku ikat di dalam plastik. Rasa asin, pedas merica, asamnya tomat, dan gurih menjadi satu di sup ku itu. Aku jadi ingin memasakkan untuk Thelonius. Pikiranku terus memaksaku untuk menghiraukanmu, tapi hatiku enggan.

"Thelonius, kau kemana? Kenapa pesanku tidak kau balas?" Makananku yang seenak itu reflek menjadi hambar karena banyak pikiran.

"Kenapa kau tidak mengabariku sih? Kenapa sangat sulit bagimu untuk memberitahuku? Aku... aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu Thelonius. Dimana kamu sekarang?" Pertanyaan membelengguku dan belum ada satupun yang terjawab.

"Andai dulu aku tidak jatuh cinta padamu Thelonius." Penyesalan sangat terasa dari dalam hatiku. Rasa menyesal yang begitu dalam ini membuat diriku kacau.

Segera aku melihat jadwal pelajaranku sehabis ini. Jadwalnya adalah sejarah, aku dengan buru-buru mengambil ponsel dan headphone milikku. Aku naik ke rooftop lalu menyambungkan ponselku dengan headphone kesayanganku.

Aku duduk disana sambil terus merasakan angin yang menerpa wajah kering milikku. Namun perlahan wajah yang kering menjadi lembab karena air yang jatuh dari mata.

Tidak ada yang bisa menjelaskan perasaanku saat itu. Rasa menyesal, kecewa, sedih, dan kesal menjadi satu. Aku berusaha untuk terus menahannya agar tidak terlalu ku pikirkan. Namun nyatanya semakin aku menahannya, perasaan emosional ku semakin meluap dan seolah naik dari dada ke tenggorokan. Ditambah dengan batuk yang terus mengganggu, perasaanku semakin kacau.

"Sial." Tanganku terangkat untuk memukul dadaku yang terasa sesak, kemudian mengusapnya dengan perlahan, dan tanganku beralih ke rambutku yang sekarang sudah lembut karena sudah dikeramas.

"Apa yang sebaiknya aku perbuat?"
ucapku sembari mengusap wajahku.


🕐

When The Time Takes You - Thessalonians Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang