"Pulanglah, sudah larut, nanti Mama mencari," ungkapku pelan.
"Tidak, ayo kuantar pulang. Aku tidak bawa kendaraan, tidak masalah kalau hanya jalan saja?" Aku menggeleng pelan menanggapi pertanyaannya.
"Aku tau ini mengagetkan bagimu, tapi tolong maafkan aku, lain kali aku akan berusaha untuk mengabari kamu." Aku tidak mengerti kenapa dia harus berusaha untuk mengabariku, apa sulitnya sih?
"APA SULITNYA SIH?" Sejenak aku bertanya dengan nada yang sedikit naik, tidak hanya nada, namun alisku yang kiri juga ikut naik.
"Aku sibuk Thala, makanya perlu waktu ya, aku pasti ngabarin kok." Aku menatapnya sendu.
"Entah bagaimana caranya percaya, namun aku akan berusaha," ucapku singkat dan berjalan selangkah lebih depan dari Thelonius.
"Iya, tolong ya, aku yakin kamu pasti bisa kok. Ini terakhir kalinya aku berbohong. Aku berjanji." Thelonius mengangkat jari kelingkingnya dihadapanku, sebagai janji kelingking. Aku yang masih kesal tentu saja jual mahal, namun dia menarik tanganku dan mengaitkannya.
"Janji. Baik, aku tidak akan berbohong lagi padamu." Thelonius bicara dengan senyum yang membuatku terpukau.
"Hanya padaku? Namun apakah saat ku tanyakan lagi soal rahasia itu kau tidak mau menjawab? Sekalipun tidak berbohong lagi?" tanyaku jahil.
"Itu bukan sesuatu yang harus ku jawab Thala, karena itu adalah sebuah rahasia, bukan kebohongan." Aku menutup telingaku.
"Telingaku muak mendengar omongan manismu Thelo, berhenti bicara dan ayo terus berjalan." Aku tau tidak seharusnya dia mengungkapkan itu semua, aku hanya ingin tau garis besarnya saja.
"GUK!" Mendadak suara anjing terdengar jelas dari belakang. Kita berdua panik dan hendak berlari.
"Itu apa woy Thelonius?" Kakiku gemetar takut dikejar.
"Anjing Thala! Ayo lari!" Aku pikir dia akan memberi solusi, namun malah nambah masalah.
"Jangan bodoh. Ayo berjalan pelan saja." Aku menguatkan diriku, namun perlahan suara langkah kaki anjing mendekat.
"Bagaimana ini?" Aku mulai gemetar. Anjing itu menggonggong pelan, seolah ingin memanggil kita.
"Apa dia lapar ya? Dia baik kok di depanku. Kau ada makanan?" tanyaku singkat.
"Ada, daging sandal buatan Mama." Sejenak aku tertawa mendengar jawaban Thelonius, dia segera membuka tasnya dan memberikan daging sandal dari Mama.
"Apa sekeras itu?" tanyaku penuh tawa.
"Iya, gigiku sakit semua, hahaha." Aku ikut memberi makan anjing kecil dihadapan kita ini. Warnanya begitu manis. Perpaduan warna kuning dan putih menambah kesan elegan dan sangat manis.
Aku menduga kalau anjing di hadapan kami ini adalah sejenis golden retriever, yah bulunya yang lebat dan sifatnya yang baik membuatku yakin kalau anjing ini sejenis dengan yang ku maksud tadi.
"Bulunya begitu manis, siapa pemiliknya ya? Mugkinkan dia tidak berpemilik?" tanyaku membuka keheningan.
"Dia terawat, hanya saja dia lapar. Apa dia tersesat ya? Kita harus apa?" Kami berdua bingung tentang apa yang sebaiknya dilakukan dengan kondisi seperti ini.
"Kau bawa kertas dan bolpoin?" tanyaku singkat.
"Bawa. Ini." Dia memberikannya padaku. Segera, aku juga langsung menulis nomor telepon, dan alamat Thelonius. Yang akan ku tempel di tiang listrik agar sang pemilik anjing bisa memiliki peluang untuk melihatnya.
🕐
![](https://img.wattpad.com/cover/374707922-288-k175679.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Time Takes You - Thessalonians
Подростковая литератураThalassa memiliki banyak penderitaan dan kebahagiaannya dengan cukup. Akan tetapi ada sesuatu yang terlalu besar terjadi dalam hidupnya, dan dia akan selalu mencintai laki-laki itu, selamanya (Cover dari pinterest)