Chapter 9 - Menginap

5 3 0
                                    

   “Terima kasih. Pulanglah, hati-hati.” Aku menatapnya dengan senyum.

“Aku tidak mau pulang.” Apa ini? Mendadak dia mengistirahatkan kepalanya di pundakku. Aku tersipu malu.

“A-apa maksudmu. Pulanglah, Mama mencari. Juga bagaimana dengan anjingnya?” Thelonius merangkul pinggangku, aku panik namun sangat senang.

“Mama tidak akan khawatir kalau aku bersama denganmu. Untuk anjingnya letakkan saja di teras depan, kan ada pagar. Aku, hanya ingin bersamamu, saat ini.” Bulu tubuhku bergidik ngeri, tubuhku sedikit merinding, dan sekarang aku berada di kurungan pelukannya.

“T-tapi kau mau tidur dimana?” tanyaku cepat ke telinganya.

“Dimana saja.” Aku yang mendengar ini seketika menghela napas dan membuka pintu rumahku. Aku meninggalkan anjing tadi di teras dan menyuruh Thelonius masuk dan duduk di sofa.

“Kau tau, aku tidak punya tempat lain selain sofa ini dan lantai. Kalau kau tidak mau pulang tidurlah di sofa ini.” Thelonius tidak menjawabku, dia hanya diam dan masih menggenggam tanganku. Sebenarnya untuk apa semua ini.

“Baik, aku disini saja, tidak masalah.” Aku hendak kembali untuk mengambil satu bantal, guling, dan selimut untuknya, namun tanganku malah ditarik dan sekarang aku berada di pangkuannya.

“Diamlah, disini sebentar.” Tangannya melingkari perutku yang tidak ramping itu. Yang tidak semungil perut perempuan lain, namun ini terkesan empuk dan menggemaskan. Dia menghirup aroma badanku dari leher ke pundak sehingga aku bergidik geli.

“S-sudah, aku akan ke kamar dan mengambilkan bantal untukmu.” Pelukan tadi kupaksa untuk usai karena aku malu sekali, wajahku akan menjadi tomat kalau pelukan tadi berlangsung dengan sangat lama. Aku mengambil bantal, guling, dan selimut dengan cepat lalu memberikannya pada Thelonius.

“Ini, tidurlah yang baik. Besok kita harus ke sekolah, bagaimana dengan seragammu?” Aku mengusap rambutnya dengan perlahan.

“Jangan pedulikan aku, besok aku tidak masuk lagi saja, aku tidak enak badan.” Apalah, padahal aku tidak menemukan ciri-ciri orang yang tidak enak badan selama bersamanya tadi.

“Berhenti membolos, kau tadi sudah ku beri A.” Thelonius merengek dan menggoyang goyangkan tanganku karena tidak ingin diberi A.
“Maka dari itu, besok masuklah, tidak ada sakit-sakit an,” ucapku sebal. Dia tertawa dan memandangku, lalu melakukan sesuatu.

“Ini.” Thelonius menunjuk pipi kanannya padaku, aku menaikkan alisku bingung, ragu memahami apa maksudnya.

“Berikan ucapan selamat malam, disini.” Mataku membulat mendengar ucapannya yang tidak terpikirkan ini. Yah ini sudah malam jadi wajar saja, sudah saatnya memasuki jam rawan.

“D-disini? B-baik tapi hanya sekali ya.” Dengan malu wajahku mendekati pipinya perlahan, akhirnya setelah banyak berpikir aku memajukan bibirku untuk mencium pipinya. Tapi sialnya saat baru saja ingin menyentuh pipi, wajahnya menghadap ke arahku dengan cepat sehingga bibirku mengenai bibirnya.

“Eh!” Aku terkejut sampai sedikit berteriak, namun sang pelaku malah hanya tertawa dengan senyumannya yang sangat manis.

“Maaf, ayo tidur, kembalilah ke kamarmu. Tuhan menjagamu, selalu.” Suara lembut itu memintaku untuk tidur, aku dengan segera akhirnya memutuskan untuk kembali dan tidur dikamarku.

🕐

When The Time Takes You - Thessalonians Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang