Chapter 11 - Sial

3 2 0
                                    

   “Pelan-pelan saja.” Aku membiarkan dia membalut jari tanganku dengan sebuah plester karena jariku tergores pisau.

“Kau ini bagaimana sih?” Thelonius menatap cemas ke arahku. Aku senang, namun dia pasti khawatir sekali.

“Lagipula siapa yang menyuruhmu untuk merangkulku begitu? Dasar tidak izin dulu, aku kan jadi terkejut!” ucapku kesal.

“Kalau soal itu aku minta maaf. Aku juga reflek melakukannya tidak tahu kenapa.” Dia seolah mengelak, aku ingin memukul kepalanya.

“Berhenti berbohong.” Aku memutar kedua bola mataku dan menyilangkan tanganku di dadaku. Sekarang aku kembali ke dapur dan menyelesaikan masakanku.

Tok tok tok

   Sebuah suara mengganggu konsentrasiku, aku dengan segera membuka pintu yang diketuk berkali-kali.

“Siapa?” Aku membuka pintu dan bertanya, namun ternyata yang datang adalah temanku sendiri.

“Ini aku, Lilac, maaf mengganggu waktumu. Namun aku disini hanya untuk mengembalikan buku catatan yang sudah kupinjam darimu seminggu yang lalu,” jelasnya.

“Oh, buku itu, ya baik terima kasih ya sudah mengembalikan sampai kerumah. Kenapa tidak menunggu di sekolah saja?” tanyaku asal.

“Nanti aku tidak masuk, kakekku… kakekku meninggal Thalassa, jadi aku harus ke pemakaman.” Dengan wajah bersalah aku menatapnya, aku tidak bermaksud, aku akan minta maaf.

“M-maafkan aku Lilac, aku tidak bermaksud, kau tau kan….” Aku dengan segera meminta maaf padanya.

“Tak apa, kau tidak salah. Memangnya kau cenayang sampai tau kalau kakekku meninggal.” Ditengah perasaannya yang campur aduk, dia masih tertawa dengan ucapannya sendiri. Aku jadi merasa tidak enak.

“Maaf, apa pihak sekolah sudah diberi tahu?” tanyaku.

“Sudah kok Thala, terima kasih ya sudah mau bertanya.” Lilac mengusap air matanya dan menggantinya dengan senyum yang lebar.

“Kau mau masuk dulu?” tanyaku basa-basi.

“Tidak perlu Thala, sudah saatnya bagiku untuk kembali dan mendoakan kakekku.” ucapnya menolakku.

   Aku tidak masalah karena memang sudah seharusnya. Aku dan Lilac hendak saling mengucapkan salam perpisahan dan ditambah aku yang memberi ucapan bela sungkawa.

   Mendadak suara benda jatuh mengagetkan kami berdua.

Bruk

Kita berdua saling pandang dan sama-sama masuk untuk melihat apa yang terjadi.

“Thelonius ada apa?” ucapku geram. Thelonius kejatuhan buku satu kardus, namun untung bukunya tidak berhamburan kemana-mana.

“Loh, Thelonius? K-kalian tinggal satu rumah?” Lilac curiga, ya aku yakin.

“Tidak kok, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Dia hanya menginap kemarin kok.” Aku menjelaskan pada Lilac kejadian sebenarnya dengan perlahan.

“J-jadi semuanya baik-baik saja kan? Aku jadi tidak heran lagi kalau Thelonius memberimu bunga setiap hari.” Lilac menertawakanku.

“Yah… begitulah. Kau akan kembali bukan?” tanyaku.

“Iya Thala, aku pergi dulu ya, nanti aku akan menutup pintunya. Oh ya, anjingmu sangat ramah.” Lilac bicara sambil jalan. Aku mendengarkan dan mengucapkan salam perpisahan dari kamar.


🕐

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When The Time Takes You - Thessalonians Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang